Valencia Mieke Randa: Perkaya Hati dengan Berbagi Kepada Sesama

1. Ira: Membangun sebuah komunitas / gerakan sosial saja tidak mudah, hebatnya Anda justru membesarkan 3 sekaligus, tantangan terbesar apa yang Anda alami di awal membangun komunitas-komunitas & gerakan sosial tersebut?

Valencia: Ya, memang tidak mudah untuk mendirikan serta mengasuh lebih dari 1 gerakan sosial. Sejak awal yang selalu menjadi tantangan adalah bagaimana menemukan orang-orang yang memiliki visi dan misi serta semangat yang sama dengan saya. Juga bagaimana caranya menjaga agar api semangat untuk berbuat baik pada sesama itu tetap membara di diri para volunteer & rekan-rekan saya.
Sepanjang 7 tahun saya mengelola berbagai gerakan sosial, saya pernah merasakan ditinggal volunteer dan partner kerja. Tapi untungnya masalah seperti itu tidak membuat saya kecik hati. Karena saya percaya, itu seleksi alam. Kita akan menarik orang-orang yang memiliki frekuensi yang sama. Artinya, kalau saya tetap teguh berdiri dan semangat untuk membantu juga berbagi dengan sesama, maka dengan sendirinya saya akan dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki semangat dan minat yang sama.

2. Ira: Kekhawatiran seperti apa yang dirasakan terkait dengan gerakan sukarela (volunteering) yang selama ini menjadi ujung tombak berjalannya kegiatan dalam komunitas yang Anda bangun?

Valencia: Tentu saya memiliki kekhawatiran mengenai itu. Manusiawi jika semangat dalam diri seseorang memudar, terlebih semua manusia memiliki kebutuhan primer yanh harus dipenuhi. Menjadi volunteer berarti tidak digaji, tentu tak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan finansial. Karena itu, saya sangat menghargai dedikasi teman-teman yang berkomitmen untuk menjadi volunteer di setiap gerakan sosial yang saya gagas. Salah satunya memerhatikan perlindungan kesehatan mereka dengan membuatkan BPJS Kesehatan. Saya juga selalu berusaha membuat inovasi dalam setiap aktivitas agar mereka tidak bosan dan terus semangat memajukan gerakan ini bersama-sama dengan saya.

3. Ira: Sebagai ibu bekerja yang memiliki banyak kegiatan di luar rumah, time management merupakan sebuah tantangan yang tak terelakkan. Bagaimana cara Anda untuk membagi waktu antara pekerjaan/kegiatan sosial dengan anak-anak di rumah yang tentunya membutuhkan perhatian intensif?

Valencia: Justru setelah resign dari pekerjaan saya dan fokus menjalankan gerakan sosial, saya malah memiliki banyak waktu untuk anak-anak. Pagi hari saya sempaykan untuk berdoa, setelahnya saya olahragaa dan menyiapkan sarapan. Saya beraktivitas ke Rumah Harapan setelah selesai mengantar anak-anak sekolah. Malam hari saya masih bisa bertemu anak-anak, bahkan di akhir pekan saya bisa memiliki waktu dengan anak perempuan saya, kami hobi nyalon berdua, lho!
Kehidupan rohani saya juga membaik, karena sekarang saya bisa ke gereja di akhir pekan tanpa pusing memikirkan setumpuk pekerjaan kantor.

4. Ira: Menurut pandangan Anda, hal-hal apa saja yang harus diperhatikan lebih dalam terkait dengan isu-isu pemberdayaan perempuan & anak di Indonesia?

Valencia: Kalau saya menyarankan untuk memberi wadah bagi para peremouan Indonesia untuk berkatya dan bermanfaat bagi orang lain. Misalnya dengan mengikuti gerakan sosial dan kemanusiaan. Pemberdayaan wanita tak melulu soal finansial, karena hati juga butuh “makanan” untuk menjadi “kaya”. Seperti halnya yang saya alami, saat kita bisa menyentuh kehidupan banyak orang, pasti kehidupan kita akan berubah menjadi lebih berwarna dan berkualitas.

5. Ira: Sejauh ini, kegiatan / topik seperti apa yang paling menarik animo anggota / volunteer / peserta kegiatan wanita di komunitas yang Anda jalani?

Valencia: Karena volunteer kami kebanyakan anak-anak.muda, maka yang laku itu tema-tema yang fun. Untuk remaja wanita, tema percintaan sudah pasti menarik banyak perhatian. Misalnya Blood for Life pernah menyelenggarakan “ketemu jodoh saat donor darah”, itu banyak sekali peminatnya. Saya bilang ke mereka, kalau seorang cowok bersedia mengorbankan darahnya untuk berbagi dengan orang lain, pasti cowok itu sehat secara jasmani dan rohani. Jadi layak dijadikan pasangan.

6. Ira: Setelah membentuk 3 komunitas serta menggagas berbagai gerakan sosial, apakah perubahan besar dalam hidup yang Anda rasakan? Pengalaman berharga apa saja yang Anda dapatkan sejak awal hingga saat ini?

Valencia: Selama ini saya menjadi saksi atas mukzizat dan kekuasaan Tuhan. Saya pernah menyaksikan seorang anak penderita kanker di Rumah Harapan, keadaannya sudah sanga buruk. Badannya sudah penuh luka akibat kanker stadium lanjut tapi seketika Tuhan berkehendak anak itu dinyatakan sembuh dari kanker. Atau ketika ada seseorang nyawanya terselamatkan karena bantuan teman-teman di Blood for Life, saya jadi sadar bahwa hal-hal kecil di mata kita bisa sangat berharga di mata orang lain.
Saat ini bisa dibilang hidup saya sangat bahagia dan berwarna. Bukan karena saya banyak uang, tapi saya menjadi percaya bahwa mukzizat itu nyata. Saya juga belajar untuk terus bersemangat dalam menjalani hidup, tidak gampang menyerah dan say no to drama!

7. Ira: Boleh dishare, apa saja sih tips sukses cara membangun komunitas / gerakan sosial yang berkesinambungan secara sukarela sesuai pengalaman Anda selama ini?

Valencia: Yang terpenting harus jelas bisi dan misinya serta konsisten menjalankannya. Jalankan prosedur sesuai tahapam dan peraturan yang ada, seperti saat saya membuka cabang untuk Rumah Harapan di luar Jakarta. Jangan menganggap posisi volunteer lebih rendah daripada kuta sebagai penggagas gerakan. Perlakukan mereka seperti sahabat dan keluarga sehingga mereka merasa nyaman dan mencintai yang dikerjakannya.

8.Siapa sosok yang menjadi inspirasi bagi hidup Anda dan kenapa? (sehingga Anda bisa menjadi sosok yang seperti sekarang, dimana Anda merasa berterima kasih kepada sosok tersebut)

Ketiga anak saya tentunya. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mereka mengajarkan saya untuk lebih menghargai hidup, bersabar, semangat pantang menyerah dan mensyukuri hidup.
Selain itu, Mother Theresia juga memiliki andil dalam perjalanan saya mengelola berbagai gerakan sosial. Segala sepak terjang Mother Theresa menginspirasi saya untuk selalu berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung. Saya sudah sangat senang deh, kalau bisa 0,1% saja menjadi seperti beliau dalam hal menyebarkan kasih pada sesama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *