Deaf Art Community: Menginspirasi Seperti Kupu-Kupu

Deaf Art Community (DAC) merupakan komunitas seni yang beranggotakan difabel rungu (tuna rungu) dengan segala usia. Deaf Art Community dilahirkan pada 28 Desember 2004 yang bertepatan dengan merek mementaskan karya pertama kalinya ke khalayak ramai.

Di komunitas DAC ini teman-teman Tuna Rungu digembleng untuk menjadi sosok yang lebih berarti, lebih baik, dan mengagumkan melalui kegiatan berkesenian. Di setiap pementasannya Deaf Art Community mengusung filosofi kupu-kupu dan sekaligus menjadi filosofi bagi semua teman-teman DAC. Kenapa kupu-kupu?  Semua berawal dari pertanyaan seorang pelajar tentang ulat bulu yang menjijikkan dan dijauhi oleh semua orang yang pada akhirnya ulat bulu akan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah dan mengagumkan. Nah, dengan filosofi metamorfosa kupu-kupu, kesempatan dan dukungan keluarga, orang-orang yang sangat peduli, maka DAC berubah dari yang tadinya dianggap menjijikkan dan dipandang sebelah mata menjadi sebuah komunitas yang menginspirasi dan memotivasi bagi banyak orang.

Komunitas DAC terus bermetamorforsis menjadi komunitas yang memiliki berbagai kegiatan dalam berkesenian. Selain menampilkan kebolehannya dalam musik dan tari, berpuisi isyarat, mereka juga mahir ber-hip hop, bermain jimbe, serta free basket ball. Melalui komunitas ini, mereka mencoba menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa mereka juga bisa berkreasi, mereka tidak perlu dikasihani. Mereka mampu mengubah stigma masyarakat bahwa walaupun deaf, mereka mampu melakukan segalanya, kecuali mendengar melalui telinganya.
Satu hal yang tak kalah penting adalah anak-anak deaf pada komunitas ini mampu berfikir positif terhadap kesempatan dan dukungan yang diperolehnya. Dengan perjuangan, latihan dan kegigihannya ia mampu menembus ruang dan waktu sehingga komunitas ini berhasil mengundang perhatian dan mendapatkan kesempatan yang lebih luas.
Foto dan narasi disadur dari sumber.
Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *