Paguyuban 3055: Sumbang Sekolah di Melbourne Dengan Jualan Nasi Kuning

Warga Indonesia yang bergabung dalam Paguyuban 3055 di daerah Brunswick, Melbourne, bergotong-royong memasak nasi kuning lengkap untuk dijual pada Festival Twilight Fete yang digelar di halaman SD Brunswick South West Primary pekan lalu. Hasil penjualan sekitar Rp 20 Juta seluruhnya disumbangkan buat sekolah tersebut.

 Ini merupakan untuk kedua kalinya komunitas Indonesia yang umumnya kalangan mahasiswa internasional bersama keluarga turut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah anak-anak mereka.

Kawasan Brunswick di Melbourne menjadi pilihan tempat tinggal bagi kebanyakan warga Indonesia yang melanjutkan pendidikan di University of Melbourne atau RMIT karena jaraknya yang tidak begitu jauh dari kampus. Paguyuban 3055 merupakan wadah berkumpul warga Indonesia di Brunswick dan sekitarnya, merujuk pada kode pos di daerah itu. Wadah ini terbentuk sejak beberapa tahun lalu dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan sekolah anak-anak mereka.

“Kami bersyukur bisa turut andil menyumbang buat sekolah anak-anak kami di sini,” ujar Illian Deta Arta Sari, yang kali ini dipercaya menjadi koordinator kegiatan jualan nasi kuning.

“Bahwa anak-anak kami bisa sekolah gratis di SD ini saja sudah patut kami syukuri, makanya kami pun ingin turut memberikan sesuatu buat sekolah mereka,” kata Illian kepada wartawan ABC Farid M. Ibrahim, hari Rabu (2/3/2016).

Dijual 8 dollar perporsi, hasil penjualan nasi kuning itu, kata Illian, mencapai 1.890 dollar atau sekitar Rp 20 juta. “Semuanya langsung kami serahkan kepada pihak sekolah,” ujar mahasiswa S2 jurusan Public Policy and Management pada University of Melbourne. Paket nasi kuning yang dijual mencakup nasi kuning dengan bumbu lengkap, ditambah pula dengan tempe, ayam panggang madu, telur dadar, serta sayuran. “Jualannya cepat sekali habis,” kata Illian.

Festival yang digelar mulai Pukul 4 sore di halaman SD Brunswick South West Primary pada Jumat (26/2/2016) tersebut, berlangsung hingga Pukul 9 malam. “Pukul setengah 8 jualannya sudah habis,” ujar Illian lagi.

Dia menjelaskan, selain ibu-ibu yang kebagian tugas memasak, mereka dibantu pula oleh voluntir lainnya. “Karena masaknya di sekolah, bahkan sejak kami memasak pun orang sudah mulai tanya-tanya dan ingin membeli,” katanya.

“Mungkin karena bau bumbunya yang sedap, jadi bahkan guru-guru sekolah itu pun turut membelinya,” tutur Illian yang memiliki dua anak yang sekolah di SD tersebut.

Tidak sedikit di antara para pembeli itu yang penasaran dengan paket nasi kuning lengkap ini. “Ada tanya kok nasinya bisa kuning begitu,” ujar Illian.

Pembeli lainnya juga bertanya betapa enaknya jadi orang Indonesia karena bisa makan nasi kuning seperti ini setiap harinya. “Saya jelaskan nasi kuning lengkap seperti ini biasanya untuk special occasion saja, tidaklah dimasak setiap hari,” tutur Illian lagi.

Dia menambahkan, sebagian pembeli merupakan orang yang sama yang datang ke festival itu di tahun sebelumnya. Mereka sengaja datang untuk mencari makanan Indonesia.

Twilight Fete Festival memang digelar di sekolah itu setiap pekan terakhir bulan Februari, dan Paguyuban 3055 sudah dua tahun ini berpartisipasi menjajakan jualan makanan khas Indonesia.

Selain itu ada pula stan yang menjual makanan lainnya seperti dumpling, sosis dan roti. Lalu, ada pasar second hand yang menjual barang-barang bekas yang unik. “Tapi stan Indonesialah yang paling ramai antriannya,” ujar Illian bangga.

Jika pada tahun sebelumnya hasil penjualan makanan dipergunakan untuk membeli panel surya yang kini dipakai di sekolah itu, untuk tahun ini menurut Illian penggunaan dana sumbangan mereka percayakan sepenuhnya kepada pihak sekolah.

“Kami bangga bisa menyumbang buat sekolah anak-anak kami di sini,” ujarnya.

Pihak SD Brunswick South West Primary, menurut Illian, menyambut positif partisipasi dan donasi warga Indonesia tersebut.

Foto dan berita disadur dari sumber.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *