Gelar “Tarveling Seminar”, Komunitas Peduli Surabaya RAR ingin Lestarikan Cagar Budaya

Menyambut HUT Surabaya yang jatuh pada tanggal 31 Mei 2016, beberapa pegiat komunitas menunjukkan kepeduliannya terhadap pembangunan di Kota Surabaya. Tak ketinggalan juga Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek, Jum’at siang ( 29/4/2016 ) melakukan giat “ Sambang Kampung Lawas “ di sekitar Jembatan Merah dan Jalan Bongkaran Surabaya dan berakhir di bekas Penjara Kalisosok.

Kegiatan yang dikemas dalam bentuk “ Travelling Seminar “ ini menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya Freedy H istanto, pegiat pelestarian cagar budaya dan ketua Surabaya heritage, Ketua DPRD Surabaya Armudji, M. Machmud anggota komisi C, AH Thony serta Sachiroel Alim, Pengamat Kebijakan Publik.

Kegiatan yang dimulai pukul 13.00 ini diawali paparan dari Freedy dititik kumpul taman Jayengrono Jembatan Merah, selanjutnya para peserta bergerak ke Jembatan Merah, kemudian menuju ke bangunan cagar budaya disekitar jalan bongkaran Surabaya. Dalam paparan singkatnya, Freedy H Istanto mengajak kepada semua warga kota dan pemerintah kota, agar bisa menjaga peninggalan pusaka Surabaya yang berupa bangunan – bangunan lama yang bernilai sejarah. “ Marilah kita membangun Surabaya dengan konsep memasakinikan masa lalu “, ujarnya, disela sela perjalanan menuju kawasan cagar budaya Bongkaran.

“ Konsep penataan kota yang berdampingan dan bersinergi antara bangunan – bangunan cagar budaya dengan bangunan modern sebagai gambaran kota tua, sudah mulai tergerus. Hadirnya bangunan modern seperti mall dan hotel serta gedung – gedung perkantoran baru seharusnya bisa memadukan konsep kota tua Surabaya dengan modernitas, sehingga Surabaya sebagai kota yang syarat dengan peninggalan cagar budaya tetap bisa dinikmati warga masyarakat ditengah tengah arus modernisasi . dengan konsep perpaduan yang bersinergi seperti itu, Surabaya bisa diharapkan akan menjadi laboratorium cagar budaya dan menjadi tempat belajar“, Ujar Isa Ansori, Sekretaris RAR yang juga mantan Ketua Dewan Pendidikan Surabaya.

Cak Doel biasa disapa, salah seorang jurnalis senior dan pegiat cagar budaya, sehari sebelumnya berkunjung ke Jembatan Petekan Surabaya yang legendaris itu, sekarang mangkrak tak terurus, “ Saya sungguh sangat prihatin, bangunan yang bernilai sejarah yang luar biasa seperti Jembatan Petekan, saat ini kondisinya merana, craine yang dulu bisa menjadi katub pembuka dan penutup jembatan begitu ada kapal atau perahu yang mau masuk ke Kalimas, Jembatan ini merupakan saksi sejarah Surabaya sebagai Kota bahari, saat ini kondisinya mangkrak tak terurus, semogalah pemerintah Kota Surabaya, melalui Dinas Pariwisata, bisa mengkonsep ulang penataan dan perawatan bangunan – bangunan cagar budaya di surabaya “, Ungkapnya.

“ Jangan seperti Penjara Kalisosok, Toko Nam dan RS Mardi Santoso yang kemudian bisa jatuh ke tangan Swasta, Bahkan Rumah kecil Bung Karno yang terletak di Peneleh, sampai saat ini masih ditempati oleh per orangan. Harus ada upaya penyelematan bangunan – bangunan itu agar kembali dikelola oleh Pemkot, sehingga akan bisa menjadi tempat belajar bagai generasi muda dan pelajar di Surabaya”, ungkap AH. Thony, Pelestari Budaya.

Ketua DPRD Kota Surabaya Armudji mengungkapkan   “ Kegiatan Sambang Kampung Lawas ini diharapkan akan menggugah kepedulian kita semua, baik itu warga kota maupun pemerintah kota untuk saling bahu mambahu dan bersinergi melestarikan warisan budaya yang tak ternilai ini, sehingga meski Kota Surabaya terus berkembang menjadi kota modern, namun Surabaya tetap memeprtahankan nilai nilai budaya yang ada “, pungkasnya.

Sumber: cahaya pena

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *