GLORIA MORGEN: SENANTIASA BERBAGI BERKAT DARI TUHAN KEPADA ORANG BANYAK

Siapa sangka perempuan cantik yang pintar berbicara ini dulunya merupakan seorang anak yang pemalu, pendiam, dan tak mudah bergaul. Bahkan ia juga dikucilkan teman-teman sekolah yang membuat dirinya semakin terpuruk. Tak putus asa,  kala itu ia berdoa pada Tuhan dan minta pertolongan-Nya. Tak ia sangka, Tuhan mendengar doanya dan melimpahkan perempuan ini banyak berkat. Ia mulai punya banyak teman, komunitas dan bahkan ia diberikan kemampuan berbicara di depan orang banyak.

“Aku dulu merasa punya gambar diri yang rusak, aku gagap dan masuk dalam golongan anak-anak nggak populer. Sampai akhirnya pindah ke Bandung, aku minta sama Tuhan untuk mengubah hidupku dan Tuhan mengabulkannya,” ceritanya panjang lebar.

Perempuan ini bernama Gloria Marcella Morgen Wiria, pendiri Glow For Indonesia, komunitas yang ia dirikan sewaktu duduk di bangku kuliah. Komunitas ini ia bangun untuk menyebarkan berkat dari Tuhan yang ia dapatkan kepada orang-orang di sekitarnya, dengan harapan orang-orang itu juga menjadi berkat untuk orang lain.

“Ketimbang menyimpan berkat ini sendirian, aku memilih untuk membagikannya kepada banyak orang. Aku bahagia dan bahagia itu nggak melulu bicara soal diri sendiri, tapi untuk orang banyak,” jelas perempuan yang biasa dipanggil Gloria ini.

Perempuan kelahiran Palembang ini memang punya latar belakang keluarga yang suka berbagi, mulai dari kakeknya. Keluarganya sering membantu orang-orang yang kesulitan dan miskin. Bahkan mereka juga sering membiayai kuliah dan sekolah anak-anak prasejahtera.

Glow For Indonesia dan Programnya

Berdiri tepatnya pada tahun 2012, Glow For Indonesia punya sederetan program yang punya misi membagikan berkat dengan cara memberdayakan masyarakat dan menginspirasi anak muda serta para masyarakat prasejahtera tanpa mewakili agama apapun. Sebut saja Lele Food, Parahyangan Green Challenge, Sharing With You, Inspirasi Indonesia, Gloria Morgen, YOLO, Deexpor, dan White Cookies.

Salah satu pemberdayaan masyarakat yang dilakukan adalah pembudidayaan lele dan pengolahan pangan berbahan dasar lele di kampung Cimenyan, Bandung, Jawa Barat. Para warga kampung ini diajari caranya mengolah ikan lele menjadi penganan yang bisa menjadi sumber pendapatan bagi mereka. Hingga saat ini program tersebut diakui Gloria telah dijalankan sendiri oleh warga secara berkelanjutan. Hal ini mendapat apresiasi dari warga serta petinggi daerah.

“Program Lele Food di kampung Cimenyan menginspirasi, Puji Tuhan sudah bisa mandiri dan berkelanjutan. Perekonomian warga meningkat, bahkan mereka sudah bisa kembali menyekolahkan anak-anaknya,” jelas Gloria.

Pahit dan Manis Membangun Komunitas

Empat tahun mendirikan dan berjalan bersama Glow For Indonesia, perempuan yang pernah menjalankan studi kimia di Universitas Parahyangan ini mengaku sudah merasakan manis dan pahit selama membangun komunitasnya.

“Aku dan teman-teman relawan pernah kena tipu oknum pemerintahan waktu beli 2000 benih ikan Lele. Saat itu mereka bilang sudah 2000 ekor, tentu saja kami bingung bagaimana cara menghitungnya karena sudah ditempatkan dalam wadah. Ternyata setelah siap panen, ikan-ikan itu bahkan nggak sampai 1000 jumlahnya!” jelas Gloria sambil tertawa.

Pengalaman pahit juga datang dari minimnya dana untuk berkegiatan pada awal berdirinya komunitas. Namun, ia menjelaskan, berkat Tuhan tak pernah ada habisnya.

“Tuhan kembali memberi aku jalan lewat lomba proyek sosial yang diselenggarakan sebuah perusahaan makanan besar di Indonesia. Tak disangka-sangka, aku dan tim memenangkan lomba itu dan membawa pulang sejumlah uang yang bisa kami gunakan untuk membangun Glow For Indonesia,” ungkapnya.

Ia menambhkan, “Dari sini aku juga belajar bagaimana caranya memimpin ratusan orang dan mengambil keputusan. Saat memimpin komunitas ini aku bertemu berbagai kalangan, mulai dari penduduk desa sampai CEO perusahaan ternama. Jaringanku juga makin luas, pemikiranku dan para relawan juga semakian matang. Tentu saja kami banyak belajar dari orang-orang hebat yang ditemui sepanjang berkomunitas.”

Glow For Indonesia menurutnya juga merupakan sebuah keluarga dan di situ tidak boleh ada kebencian di antara anggota dan volunteer.

“Apa yang ingin diungkapkan, baik kritik maupun saran harus disampaikan langsung kepada orangnya. Tidak boleh ada omongan atau gosip di belakang, sehingga dapat langsung diselesaikan, tidak ada salah paham!” tegasnya.

Pengorbanan Demi Mewujudkan Mimpi

Hingga saat ini, perempuan yang merupakan seorang penulis buku profesional dan telah menulis dua judul buku ini masih aktif melakukan pengawasan ke Desa Cimenyan, namun tak lagi aktif dalam kegiatan lainnya karena kesibukannya bekerja di sebuah perusahaan swasta. Namun baginya, agar komunitas ini terus berjalan, ia mesti membagi waktu dan melakukan banyak pengorbanan.

“Memang harus ada yang dikorbankan, bahkan terkadang aku dan relawan harus rela lembur. Ya, tapi pengalaman-pengalaman inilah yang mendewasakan kami dan hasilnya itu memberikan kebahagiaan yang luar biasa,” leganya.

Gloria berharap, komunitas yang dibangunnya dari nol bisa bertransformasi menjadi sebuah yayasan mandiri dan ia juga ingin kelak memiliki sebuah perusahaan yang menjadi sumber pendanaan agar yayasan besutannya bisa terus berkegiatan.

“Terakhir, aku berharap agar orang-orang di sekitarnya terus berkarya dan bergerak untuk membawa pengaruh dan berkat kepada orang lain,” tutupnya.

 

Dokumentasi: Gloria Morgen 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *