Andi Malewa: Beri Wadah Musisi Jalanan Unjuk Talenta

Di tangannya, karya-karya musisi jalanan berhasil dibawa ke kancah dunia. Berkat ia pula, para musisi jalanan kini punya wadah untuk menyalurkan bakat mereka. Ia adalah Andi Malewa, pendiri Institut Musik Jalanan, ruang bagi para pengamen yang bertalenta dalam bidang musik untuk berkarya.

Institut ini ia dirikan berdasar keprihatinannya terhadap para pengamen dengan bakat musik yang tergerus peraturan daerah yang melarang semua masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada pengemis, termasuk pengamen.

“Ketika ditangkap, para pengamen akan diajarkan menjahit dan keterampilan lainnya yang dapat dijadikan profesi. Lantas bagaimana kalau passion-nya memang bermusik? Pengamen kan nggak sama dengan pengemis, mereka bukan meminta belas kasihan orang lain, bahkan sebagian besar dari mereka sungguh-sungguh menjadikan hobi bermusiknya sebagai mata pencaharian,” ujar Andi menyayangkan.

Andi adalah seorang perantau. Ia meninggalkan kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan, menuju ke Jakarta ketika umurnya masih belasan tahun. Ia pergi merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik demi membiayai adiknya sekolah. Kala itu ia mengasi rezeki dengan cara mengamen di terminal Depok, hal ini Ia lakukan disela-sela kuliahnya di jurusan Teknik Informatika, Universitas Pancasila, yang dibiayai oleh seorang donatur.

“Tempat nongkrong saya waktu itu ya di terminal, dan dari sana saya mulai banyak berteman dengan anak-anak jalanan. Nah, pas dengar peraturan itu diberlakukan, ya saya marah. Kenapa? Karena saya dan teman-teman pengamen benar-benar berkarya, main alat musik dan bernyanyi. Bukan sekadar tepuk tangan, nyanyi nggak jelas lalu minta uang, apalagi mintanya sambil maksa,” jelasnya seraya menyindir oknum pengemis berkedok pengamen.

Institut yang murni didirikan dari kantong pribadinya pada tahun 2013 ini menjadi tempat bagi para pengamen berbakat mematangkan karya dan memproduksinya ke dalam CD lalu dipasarkan via media sosial hingga ke mancanegara. Tak hanya itu, IMJ juga membina para pengamen jalanan lewat kelas-kelas yang berisi program pengajaran yang bertujuan mengasah wawasan musik serta talenta mereka.

Pada tahun 2014, markas IMJ semakin matang. Fasilitas home studio yang terletak di kota Depok ini semakin lengkap, bahkan sudah mampu melahirkan sejumlah karya musisi jalanan bertalenta yang albumnya sudah terjual sebanyak 2000 keping di pasar domestik dan mancanegara, salah satunya Jepang.

Bapak satu anak ini berharap karya-karya para musisi jalanan binaannya dapat diterima masyarakat luas dan juga industri musik Indonesia. Ia juga menaruh harapan kepada pemerintah agar mendukung institut yang memberdayakan pemusik jalanan ini.

“Saya punya harapan supaya industri musik Indonesia ramah dengan musisi jalanan, memberi mereka banyak ruang dan kesempatan untuk berkarya dan memperlihatkan bakat mereka. Jangan hanya angkat profil musisi jalanan untuk dieksploitasi kisah sedihnya saja,” tutup Andi.

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *