Komunitas Exclusive Pumping Mama Indonesia; Bergerak Untuk Berikan ASI Eksklusif

Menyusui bukanlah perkara mudah bagi perempuan, apalagi yang juga bekerja. Di komunitas ini, masalah menyusui menjadi pembahasan utama untuk dicarikan solusi.

Keputusan Amaliya Rahman memberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada buah hati memberi konsekuensi tak mudah. Di sela bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Amaliya harus memerah susu untuk buah hati di rumah.

“Bekerja bukan halangan untuk memberi ASI eksklusif karena itu kewajiban seorang ibu. Saya sudah niat memberi ASI sampai anak umur dua tahun,” terangnya.

Menyusui merupakan hal baru baginya. Beberapa persoalan pun dialami hingga akhirnya dia memutuskan bergabung di Komunitas Exclusive Pumping Mama Indonesia (E-Ping) yang aktif di Facebook.

Dari grup tersebut, dia mendapat banyak ilmu hasil sharing ibu lain yang menyusui dan pernah mengalami masalah serupa. Dari anggota pula, dia mendapat semangat untuk terus memberi ASI eksklusif untuk buah hati. “Jika galau karena hasil perah ASI sedikit, tinggal buat status dan anggota lain memberikan semangat bahkan juga solusi,” katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan ASI anak pertama, Amaliya selalu membawa breast pump (pompa ASI) dan botol ASI saat ke kantor. Beruntung tempat dia bekerja menyediakan ruang laktasi sehingga dia bisa memerah ASI secara tenang di sela bekerja. “Minimal, tiga jam sekali pumping. Dulu, di awal, sekali pumping hanya dapat 60 ml. Tapi, kini, bisa 400 sampai 500 ml. Semakin sering pumping, produksi ASI justru semakin banyak,” kata dia.

Amaliya mengakui, tak mudah memerah ASI di sela pekerjaan apalagi saat dikejar deadline. “Kalau situasinya sibuk banget, pumping dilakukan malam hari di rumah. Konsisnten menjadi kunci, ” tambahnya.

Pengalam berbeda ditorehkan anggota lain E-Ping, Sesilia. Lantaran tak menemukan area laktasi di kantor, dia menggunakan pumping elektrik setelah mendapat saran dari anggota komunitas tersebut.

“Kalau manual repot karena harus ditutup apron. Tapi, kalau elektrik, bisa pumping ASI di mana saja bahkan saat meeting. Saking halusnya, orang sekitar tidak menyadari kalau saya sedang pumping,” ungkapnya.

Admin grup E-Ping di Facebook, Yusticia, mengatakan, E-Ping menjadi wadah bagi ibu-ibu menyusui untuk saling berbagi pengalaman terkait memberi ASI kepada buah hati. Menurutnya, grup yang pertama dibentuk di Facebook, 26 September 2014 itu tak hanya beranggotakan ibu menyusui tetapi juga suami atau ayah yang peduli pada pemenuhan kebutuhan ASI buah hati.

“Selain diskusi di Facebook, kami juga sering menggelar seminar yang menghadirkan narasumber berpengalaman,” jelasnya.

Saat ini, kata Yusticia, pihaknya tengah mendesak pemerintah daerah menyediakan fasilitas berupa ruang menyusui atau laktasi bagi ibu menyusui di lingkungan kerja atau fasilitas umum. Sebab, tidak sedikit ibu-ibu yang merasa canggung ketika harus menyusui di tempat umum. Desakan ini pun pernah disampaikan ke Gubernur Jawa tengah Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu.

“Pemerintah mengimbau agar ibu-biu memberi ASI ekslusif selama dua tahun kepada buah hati. Seharusnya, imbauan ini disertai dukungan dalam bentuk fasilitas. Dan Komunitas E-ping siap dampingi ibu menyusui,” tegasnya.

Sumber: Tribun News

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *