Asian African Reading Club (AARC) Bandung; Suarakan Pesan Masa Lalu Pada Anak Muda

Membaca buku bagi sebagian orang dianggap pekerjaan yang membosankan. Beragam alasan yang dikedepankan, mulai dari minat baca yang kurang sampai kepada budaya yang lebih menyukai audio dan visual. Namun demikian, tidak sedikit juga yang memiliki minat untuk membaca. Hal tersebut dibuktikan oleh sebuah komunitas literasi yang ada di Bandung.
Komunitas tersebut menjadi wadah berkumpul bagi penggiat sejarah, tukang diskusi, penggiat budaya, akademisi, maupun kalangan mahasiswa. Kalangan tersebut bersemangat menyuarakan pesan-pesan masa lalu yang mulai dilupakan oleh kaum muda, maupun masyarakat luas.
Komunitas literasi di Badung mencoba mengkulik kembali nilai-nilai spirit Bandung, yang menjadi pilar Konferensi Bandung 1955. Kemudian memaknai nilai-nilai tersebut untuk diaktualisasikan dalam konteks kekinian, termasuk di dalamnya mengkaji potensi budaya bangsa-bangsa Asia Afrika.
Komunitas literasi tersebut diberi nama Asian African Reading Club (AARC) berdiri di Bandung, tanggal 23 Agustus 2009 silam. Komunitas itu beraktifitas di Museum Konperensi Asia Afrika, Jalan Asia Afrika 65 Bandung. Adapun visi yang diusung adalah menjadi kelompok referensi bagi tumbuhkembangnya nilai-nilai Konperensi Asia Afrika. Seperti diantaranya adalah niat baik, kerjasama, kesetaraan, dan hidup berdampingan dengan damai (peacepul co- existence).
Kemudian yang menjadi salah satu tujuan pendirian AARC adalah untuk menumbuhkan semangat dan budaya baca di kalangan masyarakat Indonesia, terutama bagi generasi muda dalam membaca teks buku sejarah, pemikiran dan ideologi kebangsaan.
Dengan mengusung motto  “Tak Sekedar Membaca” kegiatan utama dari komunitas literasi ini ialah program Tadarus Buku. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata ‘tadarus’? Bagi beberapa orang mungkin langsung mengasosiasikannya dengan ‘mengaji bersama’. Ya. hal tersebut tidak berbeda dengan kegiatan tadarusan buku. Tadarusan buku di komunitas AARC yang diadakan setiap hari Rabu, dari jam 5 sore hingga 8 malam memang dilakukan bersama-sama. Yaitu, setiap orang membacakan buku yang dengan menjadi obyek diskusi secara satu persatu dengan suara lantang dan lebih baik lagi ditambah dengan nada/intonasi suara layaknya orang yang tengah mendongeng atau tampil dalam sebuah pentas teater.
Tidak hanya melakukan kegiatan tadarusan buku, komunitas literasi yang berdiri hampir tujuh tahun silam juga melakukn aktivitas lain yang seperti penerbitan buku, napak tilas, musik dan sastra. Menarik bukan?
Beragam buku yang ditadaruskan di komunitas tersebut, mulai dari buku “The Bandung Connection” karya Dr. Roeslan Abdulgani,”Tonggak-tonggak perjalananku” karya Ali Sastroamidjojo, “Di Bawah Bendera Revolusi” Karya Ir. Soekarno, hingga buku Bung Hatta berjudul “Indonesia Merdeka” telah dibedah dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukan komunitas ini setiap minggunya.
Luar bisa sekali bukan? jika anda memiliki minat yang sama dengan mereka tidak ada salahnya anda sedikit meluangkan waktu untuk sekedar menongok aktivitas mereka di Bandung. Lalu bagaimana pula alur kegiatan tadurusan buku yang mereka lalukan? Semua akan anda temui di Asian African Reading Club.
Sumber: Tungkahan
Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *