Upacara HUT RI ke-71 ala Komunitas dan Berbagai Elemen Masyarakat di Banyuwangi

Jika upacara kemerdekaan identik dengan peserta dari lembaga-lembaga pemerintah, tapi di Banyuwangi, ratusan warga dari beragam elemen, seperti pengamen jalanan, pemulung, tuna wisma, masyarakat umum, dan beberapa komunitas di Banyuwangi, hari ini turut serta mengikuti upacara HUT RI ke 71, Rabu (17/08/2016).

Para peserta upacara di hari ulang tahun kemerdekaan ini tidak dituntut mengenakan sepatu, baju seragam dan celana. Mereka bisa mengenakan pakaian bebas, ada yang bercelana pendek, pakai kaos oblong, bersandal jepit dan bentuk keragaman nonformal lainnya.

Meski mengenakan pakaian nonformal, semua terlihat mengikuti rangkaian upacara dengan khidmat.

Seperti yang disampaikan Bandun (58), warga Kampung Ujung yang sehari-hari menjadi tukang becak dan tidak memiliki rumah sejak tahun 1993 ini, merasa terharu bisa mengikuti upacara Peringatan Hari Kemerdekaan.

“Saya bangga bisa mengikuti upacara ini. Saya terharu, sampai nangis saya tadi. Soalnya sudah 30 tahun lebih tidak ikut upacara, sampai dilupakan. Saya benar-benar bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan. Gak bisa dibilang sampai menangis waktu hormat bendera, tiba tiba terenyuh saya,” ujar Bandun, kepada BanyuwangiTIMES dengan  nada terbata-bata.

Sehari-hari, Bandun mengaku seringkali hanya tidur di atas becak. Sesekali, dia tidur di sekretariat komunitas Merdeka dari Sampah yang ada di Kelurahan Kepatihan. Tepatnya di lokasi upacara.

Upacara bendera rakyat ini, sudah kedua kalinya diadakan di wilayah Kampung Ujung, Kelurahan Kepatihan Banyuwangi. Kegiatan digagas oleh komunitas Merdeka dari Sampah, Maskot, Forum Banyuwangi Sehat dan akhirnya diikuti oleh beberapa komunitas seperti Pencinta Sepeda Onthel Kuno dan masih bayak lagi.

“Tadi ada lebih dari seratus orang yang ikut upacara. Yang menyelenggarakan dari berbagai komunitas,” ujar Ramang (50), dari kumunitas Maskot Merdeka Dari Sampah, peraih penghargaan Kalpataru 2015.

Sementara itu, menurut Slamet Sumarto dari Forum Banyuwangi Sehat mengatakan, memperingati hari kemerdekaan Indonesia merupakan hak setiap warga negara.

“Hal ini yang mendasari berbagai komunitas untuk memberi ruang agar mayarakat mulai dari anak jalanan, pengamen, dan masyarakat umum bisa ikut upacara,” tutur Slamet.

Dari situ, kata Slamat, warga bisa ikut upacara tanpa harus mengenakan pakaian formal. “Mereka sangat antusias, meskipun pakaian bebas, ada yang katokan pendek, ada yang bawa anak kecil juga kan,” ujarnya.

Selain dari komunitas, upacara memperingati hari kemerdekaan kalangan rakyat ini juga dihadiri oleh Dewan Kesenian Blambangan, siswa SMKN Glagah, dan Balai Akreologi Jogjakarta.
“Untuk tahun ini memang lebih ramai,” ujar Ramang.

Usai upacara bendera, puluhan pengamen jalanan yang berasal dari berbagai daerah di Banyuwangi, menggelar konser kecil-kecilan. Masyarakat umum mulai dari Anak-anak, komunitas, terlihat menyanyi bersama lagu “Indonesia Tanah Air Beta” dan lagu Banyuwangi.

Menurut salah satu pengamen jalanan, Samsul (20) mengungkapkan, dirinya sangat bangga bisa ikut upacara kemerdekaan hari ini. Pasalnya, selama hidupnya, Samsul mengaku belum pernah ikut upacara.

“Saya merasa bangga dan terharu bisa ikut upacara bendera hari ini.” ungkap pria lulusan SD ini.

Sumber: Banyuwangi Times

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *