Dinda Nawangwulan: Tularkan Semangat dalam Melawan Kanker Payudara

Kurangnya info seputar penyakit berbahaya yang dapat mengancam nyawa biasanya berujung petaka. Namun tak begitu halnya dengan Dinda Nawangwulan. Pasalnya, ketidaktahuan akan penyakit yang menyerangnya di akhir tahun 2005 ini justru menolongnya untuk selamat dari serangan kanker payudara.

“Aku justru nggak tahu kalau penyakit itu mematikan, pokoknya awam sekali, deh! Informasi tentang penyakit ini kala itu juga minim. Lalu aku tanya sama dokter, dia katakan bahwa penyakit ini bisa disembuhkan asal rutin melakukan perawatan. Dari situlah aku percaya kalau penyakit ini bisa disembuhkan, karena nggak punya banyak info jadinya aku malah positive thinking,” bukanya seraya menjelaskan.

Ya, Dinda –begitu ia biasa dipanggil- memang terlihat punya pengalaman tidak mengenakkan dalam hidupnya. Namun, ketika berbincang dengannya selama 60 menit, perspektif tentang penderitaan Dinda yang mantan seorang pengidap kanker akan berubah 180 derajat. Alih-alih mengumbar kesedihan, Dinda justru merasa mengaku justru bersyukur karena mendapatkan banyak hal baik di balik kesulitan yang ia hadapi selama berjuang melawan penyakitnya.

Menurutnya, lewat kesulitan ia justru bisa berbagi dengan banyak orang, khususnya penderita kanker payudara dan survivor kanker. Beragam pintu kesempatan juga terbuka lebar. Ia bahkan mengaku, berkat sang kanker, mimpi-mimpi yang sebelumnya tak pernah dibayangkan, nyatanya bisa terwujud. Sebut saja travelling ke berbagai berbagai belahan dunia, pengalaman kerja di perusahaan kenamaan, hingga menjalankan passion-nya sebagai make up artist dan fotografer. Dari situ pula lah ia mendirikan sebuah komunitas yang diberi nama Pink Shimmer Inc.

Bisa dibilang ini blessing in disguise. Penyakit yang kata orang mematikan ini malah mengantarkan Dinda ke berbagai kesempatan dan peluang emas. Melalui Pink Shimmer Inc, ia berbagi pengalaman dan semangat.

“Dulu orang-orang terdekat sempat heran dan bingung, karena aku masih saja ceria dan semangat di tengah perjuangan melawan kanker. Hal itu bukan tanpa maksud, aku menguatkan hati agar para penderita kanker lainnya membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang penyakit ini yang justru membuat mereka makin terpuruk dan kehilangan harapan hidup,” ungkap perempuan kelahiran Jakarta ini.

Meski begitu, bukan berarti ia melakukannya dengan mudah. Dinda mengaku, bagian terberat para pengidap kanker itu letaknya pada saat treatment atau perawatan, seperti kemoterapi. Proses ini cukup membuat dirinya drop. Badannya lemas dan semua aktivitasnya terhambat. Tapi ia selalu menekankan pada dirinya sendiri untuk percaya bahwa dirinya bisa pulih.

Tambahnya, “Pas jalanin treatment aku berusaha berpikiran happy terus. Fokus menjalani kegiatan yang bikin aku senang. Aku juga konsultasi sama terapis, kata dia aku nggak boleh stres, harus senang-senang terus.”

Langkah Awal Perjalanan Komunitas

Komunitas yang  didirikan saat dirinya tengah menjalani pengobatan ini, tak hanya diisi dengan kegiatan berbagi pengalaman, tetapi juga kelas make up bagi para penderita kanker. Dalam kelas ini, selain Dinda menyalurkan hobinya di dunia tata rias, ia juga ingin mengajari para penderita kanker agar tetap tampil cantik, meski harus tertatih melawan ganasnya kanker.

Kegiatan komunitas ini pertama kali dilakukan pada 2010. Kala itu Dinda dibantu teman-temannya menyelenggarakan kegiatan pameran foto survivor kanker dengan menggaet sebuah pusat perbelanjaan mewah di bilangan Jakarta Pusat. Foto-foto yang dipamerkan dalam pameran itu mengangkat kisah masing-masing survivor kanker payudara yang dikumpulkan Dinda dan kawan-kawan.

“Seru deh acarany, saat itu kami rias wajah mereka, lalu mereka kami minta mereka menuturkan kisah perjuangannya memerangi kanker, setelahnya kami potret. Dan aku bersyukur sekali, apresiasi terhadap kegiatan itu luar biasa besar. Banyak sekali yang mengunjungi pameran itu,” tukasnya diiringi senyum.

Semenjak itu, berbagai dukungan berdatangan untuk komunitasnya. Tak hanya mereka yang kenal dan bersentuhan langsung dengan kanker payudara, support itu juga datang dari kalangan masyarakat yang tak mengidap kanker. Diakui perempuan yang sekarang bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan minyak swasta, bahkan banyak yang menawarkan diri menjadi relawan dan ingin mengadakan kegiatan serupa di tempat lainnya.

Menantang Diri Sendiri

Tak ada kendala berarti yang dirasakan Dinda selama mendirikan dan menjalankan kegiatan bersama komunitasnya. Anak ke-12 dari 13 bersaudara ini malah mengaku kian banyak terbantu lewat berbagai dukungan yang datang.

Tantangan itu justru muncul dari dalam dirinya sendiri. Semakin banyak komunitas-komunitas sejenis yang mengadakan beragam kegiatan yang sama, baginya itu merupakan hal yang bagus. Justru dengan demikian Dinda malah tertantang untuk menciptakan inovasi dan ide-ide kegiatan yang lebih fresh. Tantangan lainnya adalah masalah membagi waktu.

“Saat ini aku kan bekerja dan meskipun sudah pulih dari kanker, aku tetap harus mengatur jadwal istirahatku. Nah untuk menyiasati ini, aku dan teman-teman lebih banyak berkomunikasi lewat media sosial dan atur waktu yang fleksibel untuk bertemu,” imbuhnya.

Dukungan Almarhum Suami

Pendirian komunitas ini diakui tak lepas dari dukungan almarhum suaminya, Alex. Menurutnya sang suami punya peran besar dalam menuntun dirinya bangkit dan berbuat kebaikan untuk banyak orang. Kala itu ia menikahi Alex setelah selesai melakukan serangkaian treatment untuk kanker, namun setelah dua tahun menikah, Alex meninggal dunia.

“Saat kami sedang menikmati masa-masa bahagia pernikahan, Alex justru pergi untuk selamanya. Tapi saya sudah mendapat tanda sebelum kepergiannya. Saat itu Alex pernah berkata, ‘dia sudah bisa saya lepas dan berjalan sendiri’, itu perkataannya yang masih saya ingat hingga sekarang,” kata Dinda.

Kepergian almarhum suaminya ini tak dapat dipungkiri membuatnya terpukul hingga setengah tahun lamanya. Namun ia selalu ingat pesan sang suami untuk selalu bangkit, menantang diri, dan berbuat kebaikan untuk orang lain. Ia juga tak ingin suaminya tahu bahwa ia jatuh dan bersedih lagi. Dan saat itulah ia kembali bangkit dan menjalani hidupnya. Dapat dikatakan, Alex adalah pembangkit semangat hidupnya dan pembuka jalan bagi Dinda.

“Semua jalan terasa mudah ditapaki setelah bertemu Alex, dank arena itu saya bersyukur,” tambahnya.

Takkan Pernah Berhenti Berbagi

Ia berharap, kelak komunitasnya dapat terus melakukan banyak kegiatan untuk menguatkan para pengidap kanker dan survivor kanker. Ia percaya, komunitas ini tak akan pernah mati selama ia ada. Karena ia bertekad tak akan pernah berhenti berbagi.

Tak sampai di situ saja, ia juga menitipkan harapan untuk para pengidap kanker dan survivor kanker agar pantang menyerah dalam menjalani perawatan yang berat.

“Jalani saja, semangat dan berjuang terus. Dan ingat, jangan pernah marah sama Tuhan!” serunya seraya menutup percakapan.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *