Bincang Hangat: Kelas Bahasa Isyarat bersama Youth For Diffable

Ada yang berbeda dari kegiatan Bincang Hangat Sebangsa Jumat (2/12) lalu. Jika sebelumnya Bincang Hangat diisi dengan kegiatan belajar bahasa asing, kali ini peserta dalam kegiatan yang rutin diadakan seminggu sekali ini diajak untuk belajar bahasa isyarat bersama Piether Angdika, seorang tuli dari komunitas Youth For Diffable.

Pertama-tama kegiatan dibuka oleh Ahmad Yusuf, pendiri komunitas YFD. Dalam kesempatan ini, ia menjelaskan kiprah YFD yang fokus pada pendidikan dan advokasi hak-hak kaum difabel di Indonesia. Kemudian tanpa berlama-lama kegiatan belajar bahasa isyarat pun dimulai. Para peserta diajak untuk belajar abjad dalam isyarat, mulai dari huruf A-Z pun dipraktikkan satu per satu menggunakan gerak tangan.

Beberapa kali dalam kegiatan ini Pieter juga melontarkan candaan yang membuat seisi ruangan penuh dengan tawa. Dan untuk menguji sejauh mana para peserta belajar, Pieter menantang para peserta mengeja namanya dalam abjad isyarat di depan kelas. Ternyata sebagian besar sudah cakap mengeja namanya dalam isyarat, namun ada pula yang lupa saat maju ke depan, sehingga jadi bahan tertawaan peserta lainnya.

Tak hanya mengajarkan bahasa isyarat, Pieter juga menjelaskan gestur-gestur, ekspresi dan tata cara dalam komunikasi dengan orang tuli, serta manfaatnya mempelajari bahasa isyarat.

“Belajar bahasa isyarat itu punya manfaat untuk antisipasi kelahiran keluarga tuli atau bisa jadi juru bahasa isyarat di Indonesia. Soalnya di Indonesia jumlah jurunya sangat sedikit, padahal yang tuli sangat banyak. Lain hal dengan Amerika yang punya puluhan ribu juru bahasa, sehingga para tuli di sana dapat hidup setara dengan orang normal, bahkan mereka juga sukses,” ujar Pieter.

Bahasa isyarat yang diajarkan Pieter ini disebut BISINDO. Bahasa isyarat ini punya perbedaan tata bahasa dari bahasa isyarat yang dicanangkan pemerintah, yakni SIBI. BISINDO dikatakan Pieter lebih mudah untuk dipelajari dan digunakan orang tuli.

Tambahnya, “Sayangnya di Indonesia, sekolahan tuli masih menggunakan SIBI dan hasilnya justru menyulitkan anak didik. Inilah yang masih diadvokasi oleh Pieter dan teman-teman komunitas YFD.”

Kegiatan ini diikuti sejumlah peserta dari beragam latar profesi dan komunitas, salah satunya Ezzat Fajria Atsa, seorang dokter umum yang menyampaikan perasaan senangnya dapat mengikuti kelas bahasa isyarat. Ia mengaku, meski awalnya hanya ikut-ikutan teman setelah melihat pengumuman di media sosial, ia merasakan manfaat luar biasa, bahkan ilmu yang didapat nantinya bisa ia praktikkan saat memberi pelayanan kesehatan.

“Saya juga sebenarnya penasaran soal bahasa isyarat karena waktu itu pernah mendapat pasien tuli dari suku Baduy ketika melakukan pengabdian di daerah. Saya bingung bagaimana berkomunikasi dengannya, karena saya nggak bisa bahasa isyarat,” jujurnya.

Kegiatan ini diakhiri dengan foto bersama dan penyerahan donasi buku dari Founder dan Chairwoman Sebangsa, Indira B. Widjonarko kepada Ahmad Yusuf, untuk disalurkan kepada sekolah binaan YFD di Kota Tua.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *