Komunitas Ayo Dongeng Indonesia (Ayodi) Sebarkan ‘Virus’ Dongeng untuk Buah Hati

Sejak pukul 09.00 WIB, ratusan anak tampak gembira mengikuti acara bertajuk Festival Cerita Anak yang diselenggarakan Komunitas Ayo Dongeng Indonesia (Ayodi) di Istana Anak-Anak Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Sabtu (23/7). Selain dihibur dengan dongeng, anak-anak itu juga disuguhi pertunjukan dan permainan.

Melalui dongeng, Komunitas Ayodi ingin menyebarkan ‘virus’ kepada para orang tua yang juga hadir sehingga orang tua bisa mendongeng dan berbagi cerita, ceria, dan imajinasi kepada anak masing-masing.

Di sela-sela acara tersebut, Rika Endang Triyani (39 tahun). Kala itu, Rika berharap para orang tua yang hadir dalam acara tersebut juga mampu memenuhi hak-hak anaknya, salah satunya hak untuk mendapatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan mendapatkan haknya untuk bermain.

“Kami ingin menyerukan hak-hak anak Indonesia yang harus dipenuhi oleh orang tua,” ujar pendongeng yang biasa dipanggil Kak Rika tersebut.

Melalui acara tersebut, para pendongeng di Komunitas Ayodi banyak memberikan penyadaran kepada masyarakat melalui dongeng. Menurut Rika, hal ini karena masih banyak orang tua yang lupa untuk mendongeng kepada anak-anaknya.

Padahal, lanjut Rika, hanya dengan mendongeng 20 menit dalam satu hari saja sudah dapat memberikan manfaat banyak. “Pertama, dengan dongeng kita bisa dekat sama anak, kedua anak-anak itu imajinasinya akan lebih liar. Dari dongeng itu kita juga bisa nyambungin ke buku, sehingga anak mau untuk baca buku,” jelas dia.

Ada tujuh pendongeng yang tampil dalam acara tersebut. Mereka membawakan cerita dongeng yang berisi pesan moral, sehingga diharapkan semangat anak-anak tersebut berkobar dalam menempuh pendidikan. Tidak hanya anak-anak, orang tua mereka juga tampak menyimak dongeng dengan seksama.

Salah satu orang tua dalam acara itu, Sovik (32 tahun) tampak sedang menggendong anaknya yang masih berusia delapan bulan. Sovik datang ke acara tersebut untuk mengetahui cara mendidik sang buah hati dengan dongeng. “Saya datang buat edukasi anak sih yang jelas, terus buat mental anak berani ngadepin orang banyak,” katanya.

Sovik datang bersama istrinya sejak pukul 08.00 WIB. Ia berharap, kegiatan dongeng di Indonesia lebih diperbanyak lagi. Karena, kata dia, dari tahun ke tahun acara untuk anak-anak semakin sedikit. “Ini sangat penting, karena ini menyangkut perkembangan anak,” kata pria asal Cengkareng tersebut.

Orang tua lainnya, Yoto (38 tahun) sengaja datang ke acara tersebut untuk memperkenalkan kedua putranya kepada dongeng. Karena, menurutnya, saat ini sudah sangat jarang orang yang bisa mendongeng, termasuk dirinya. “Saya tidak bisa, biasanya sama mamanya yang bacakan buku setiap mereka mau tidur,” kata pria asal Salatiga, Jawa Tengah tersebut.

Di era serbasibuk ini, banyak ayah yang memang tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan anaknya, lantaran disibukkan dengan pekerjaannya. Namun, menurut Yoto, kendati ia juga sibuk bekerja ia selalu menyempatkan waktu bersama anaknya setiap akhir pekan. “Dongeng penting, karena banyak cerita-cerita titipan moral. Dari pada kasih tahu kan biasanya enggak masuk, kalau pakai cerita kan lebih mudah,” ujarnya.

Ketua Komunitas Ayodi, Mochammad Ariyo Farid Zidni (36 tahun), mengatakan, acara tersebut bertujuan mengampanyekan hak-hak dasar anak melalui cerita dongeng, karena dongeng tidak terkesan menggurui anak. Ia pun mendorong kepada para orang tua agar banyak bercerita kepada anaknya. “Karena itu metode yang paling mudah untuk membuat orang tua dekat dengan anaknya,” kata dia.

Ariyo mengapresiasi pemerintah, karena setiap tanggal 23 Juli masyarakat Indonesia selalu memperingati Hari Anak Nasional (HAN). Peringatan ini sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44/1984 tanggal 19 Juli 1984.

Terkait peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan hak-hak anak, menurut Ariyo, sudah bagus. Namun, lanjut dia, untuk pelaksanaannya masih kurang. “Jadi, banyak orang tua yang kadang sibuk dengan rutinitasnya, terus tidak memberikan hak anak untuk bermain. Terus, kadang pendidikan juga dinomorduakan,” katanya menjelaskan.

Sementara, Ariyo melanjutkan, untuk mengatasi orang tua yang tak bisa mendongeng, dalam acara tersebut juga diselipkan acara talk show, sehingga para orang tua secara tidak langsung juga dapat belajar mendongeng. “Orang tua kadang pemahamannya susah, karena itu kami dorong bahwa dongeng itu mudah dan penting buat anak,” kata dia.

Pendongeng yang sempat menghibur anak-anak dalam acara tersebut, Cahyono Budi Dharmawan (36 tahun) merasa senang, lantaran saat ini sudah banyak digelar acara-acara dongeng. “Jadi, mulai berkembang walaupun pekerjaan rumah kita masih banyak,” kata pendongeng yang akrab disapa Kak Budi tersebut.

“Jadi, dongeng di keluarga itu masih kami kampanyekan terus, bagaimana orang tua bisa melibatkan anak setiap hari dengan cerita.”

Kak Budi aktif di dunia dongeng sudah sejak 2009. Ia mengaku, sampai saat ini juga sering mendongeng kepada anak-anaknya menjelang tidur atau sekadar membaca buku cerita bersama anaknya. “Dari dulu saya memang senang dengan dunia anak,” ujarnya.

Kak Budi lantas memberikan tipsnya kepada orang tua yang kesulitan mendongeng. Sebenarnya, kata dia, untuk mendongeng kepada anak tidak perlu memakai teori. Menurut dia, berkomunikasi dengan anak setiap hari saja sudah menjadi awal yang baik untuk mendongeng. Karena dengan begitu, perhatian anak secara tak langsung akan bertambah. “Dari situ kita bisa mulai baca buku bareng. Kan cerita kita tidak perlu bikin, banyak buku cerita yang bagus-bagus. Jika bisa mengeksplor lagi dengan suaranya dan ekspresinya,” katanya menjelaskan.

Kak Budi mengimbau kepada para orang tua, agar dongeng tidak hanya dijadikan hiburan semata. Tapi, dongeng yang dibacakan juga harus mengandung pesan moral sehingga akan lebih mudah untuk mendidik anak. “Artinya tadi, di kegiatan mendongeng keluarga kalau bisa itu dibuat lebih rutin. Itu lebih keren lagi,” katanya.

Sumber: REPUBLIKA

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *