Ismail Agung Rusma Dipraja: Keluar Masuk Hutan Demi Kukang Tersayang

Kalian tahu kukang? Hewan nokturnal yang hidup di tiga kawasan Indonesia, yakni Jawa, Sumatera, dan Kalimantan ini merupakan salah satu jenis primata Indonesia yang terancam punah. Hewan lucu bermata bulat yang berjalan sangat lamban ini ternyata marak jadi korban perdagangan hewan peliharaan. Padahal hewan ini sama sekali tidak cocok hidup di lingkungan manusia.

Coba perhatikan data dari komunitas Kukangku ini, sebanyak 60% kukang mati setelah enam bulan dipelihara manusia. Hal itu disebabkan oleh stres, makanan manusia yang menggangu pencernaan kukang, hingga infeksi rongga mulut akibat pencabutan gigi kukang yang berbisa. Hal ini jelas mengurangi populasi kukang di alam liar yang juga bisa mengancam kelestarian hutan Indonesia.

Melihat kondisi ini, seorang pemuda bernama  Ismail Agung Rusma Dipraja tak tinggal diam, ia dan beberapa temannya kemudian turun tangan mengedukasi masyarakat untuk tidak menjadikan kukang sebagai hewan peliharaan dan menurunkan angka perdagangan kukang. Upaya ini ia lakukan melalui “Kukangku”.

Melalui percakapan lewat telepon siang itu, pemuda yang biasa dipanggil Agung ini mengungkapkan, gerakan yang resmi berdiri pada 3 Februari 2014 ini bermula dari sebuah tesis atau penelitian seorang perempuan pegiat kukang bernama Winar. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kekhawatirannya akan tingginya angka kasus perdagangan liar kukang.

Tingginya angka tersebut disebabkan oleh minat masyarakat akan memiliki dan memelihara kukang. Kata Agung, hal ini disebabkan oleh minimnya pendidikan atau edukasi masyarakat soal kukang. Masyarakat masih menganggap kalau kukang ini adalah hewan yang lucu, lamban, dan tidak begitu mahal untuk dijadikan hewan peliharaan.

Selain melakukan penelitian, mereka kala itu ternyata juga turun ke masyarakat melakukan penelitian dan memberikan edukasi dengan cara dan pendekatan dengan gaya ringan dan sangat khas anak muda. Mereka menghimbau masyarakat untuk tidak memperjualbelikan kukang dan menjadikannya sebagai hewan peliharaan.

Dalam penelitian yang dilakukan Winar itu, Agung ternyata turut andil membantu Winar. Bantuan yang diberikan Agung ialah monitoring di lapangan untuk pengambilan data populasi kukang di Jawa Barat. Kata Agung kala itu ia harus keluar dan masuk hutan di malam hari.

Kegiatan masuk dan keluar hutan itu ternyata semakin membuat Agung tertarik dengan kukang. Setahun kemudian setelah Kukangku berdiri, Agung pun ikut terjun dalam segudang kegiatannya. Bahkan, ia yang sekarang memegang ‘setir kapal’ gerakannya. Ya, agung ditunjuk jadi ketua Kukangku.

Beragam kegiatan ia lakukan, mulai dari edukasi dan komunikasi kepada masyarakat yang tinggal dekat habitat kukang hingga edukasi melalui kunjungan ke beberapa sekolah. Kegiatan itu tentu saja kental dengan pesan kelestarian populasi kukang dengan bagaimana perilaku kukang di alam liar dan karakternya, hingga pesan untuk mengembalikan peliharaan kukang ke alam liar, serta tidak membeli atau memperjualbelikan kukang secara langsung maupun online.

“Ini jadi tantangannya sih di Kukangku, kasih pemahaman orang itu sangat sulit, apalagi menghadapi orang bebal, sampai lelah kalau itu. Ya tapi aku berusaha untuk kontrol diri untuk sabar dan terus semangat kasih pemahaman ke masyarakat secara langsung ataupun online. Karena aku kan pegang medsos Kukangku juga,” tukasnya.

Upaya bersama Kukangku ini dikatakan Agung dilakukan sebagai bentuk bantuan kepada BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat soal kepunahan kukang. Pasalnya komunikasi yang dilakukan oleh BKSDA ini sulit diterima pemilik atau pemelihara kukang karena stigma negatif tentang kinerja suatu badan milik pemerintah yang terlanjur menggelayuti.

“Biasanya mereka punya persepsi negatif, misalnya kalau satwanya dikembalikan ke sana nanti nggak diurus atau mati. Bahkan hingga pemikiran soal kukang yang dikembalikan nanti akan dijual kembali oleh oknum,” tambah pemuda kelahiran 1985 ini.

Ketertarikan Agung dengan dunia konservasi dan berbagai jenis primata, salah satunya kukang yang bermata bulat ini ternyata berangkat dari keprihatinannya akan primata kukang yang kurang diperhatikan keberadaannya dibandingkan dengan orangutan. Padahal berdasarkan status IUCN (Union for Conservation of Nature and Natural Resources) atau Uni Internasional untuk Konservasi Alam, orangutan dan kukang merupakan jenis primata yang sama-sama terancam punah.

Bahkan kata pemuda yang aktif di berbagai kegiatan konservasi primata ini, hal yang semakin membuat miris ialah minimnya penelitian tentang kukang di Indonesia. Hal ini menyebabkan, negara tidak memiliki data pasti tentang berapa jumlah populasi kukang yang ada di alam liar, malahan yang tersedia adalah data yang berisi angka populasi kukang yang diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan.

“Masih ada juga stigma soal kalau beli di pedagang hewan sama saja artinya kita menyelamatkan kukang dari perdagangan hewan dan memberikan dia perawatan kasih sayang. Justru salah, semakin di beli, permintaan akan kukang akan semakin naik, penangkapan akan semakin marak, dan kekejaman terhadap kukang makin terjadi,” kata Agung.

Jika menilik masa lalunya, ternyata Agung bukannya tidak sengaja masuk dan kenal akrab dengan dunia konservasi hewan. Ternyata sejak SMA Agung sudah mengagumi kegiatan konservasi. Katanya Ia terinspirasi dengan kegiatan orang yang bekerja di bidang pelestarian lingkungan dan satwa. Dalam pikirannya kala itu ia membayangkan kalau ia bisa jalan-jalan dan bepergian melakukan pengamatan ke dalam hutan.

Tambahnya diiringi tawa, “Kemudian saya memutuskan untuk masuk biologi saat kuliah, dan ternyata apa yang saya bayangkan sangat jauh berbeda. Benar-benar tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Tapi lama-kelamaan seru. Saya kemudian tertarik dengan primata dan saya fokus di situ hingga sekarang.”

Dan setelah selesai menempuh studi biologi di Universitas Padjajaran dan membawa pulang gelar S. Si. di belakang namanya, ia makin aktif ikut kegiatan konservasi primata. Beragam kegiatan konservasi ia lakoni, mulai dari penelitian, penyelamatan atau rescue,  hingga bekerja di sejumlah organisasi non-profit yang fokus dalam konservasi satwa, seperti saat ini di Yayasan IAR Indonesia atau Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia di kota Bogor.

Dalam yayasan itu Agung didapuk jadi Coordinator for Education and Awareness Program. Tugasnya adalah mengembangkan program edukasi di beberapa lokasi pelepasliaran dan kota-kota besar yang menjadi target pembeli potensial kukang sebagai hewan peliharaan.

Dari kegiatan itu ia berharap, ia dan teman-teman relawan di Kukangku (Kini berada di bawah naungan Yayasan IAR Indonesia) bisa terus semangat memberikan nilai-nilai pemahaman penting akan kelestarian kukang. Ia juga menyelipkan harapan agar gerakannya ini bisa bermunculan di daerah lainnya, khususnya daerah terpencil yang justru lebih marak penjualan kukang.

 

Dokumentasi: Ismail Agung Rusma Dipraja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *