Komunitas Anak Cinta Sedekah (KACS); Asah Kepedulian Dengan Berbagi

Di tengah harga kebutuhan pokok yang makin menjulang dan kehidupan makin individualis, berbagi terhadap sesama tergolong istimewa. Tapi itulah yang rutin dilakukan Komunitas Anak Cinta Sedekah (KACS). Mereka mengasah kepedulian dengan berbagi.

Kehidupan modern membuat individu kehilangan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Bahkan bagi anak-anak, kehidupan bermasyarakat menjadi hal yang langka. Anak-anak masa kini lebih sibuk dengan game online, berlebihan menggunakan media sosial, maupun menonton televisi yang tiada kenal waktu.

Namun, KACS berusaha menepis sisi itu. Dengan bermodalkan cinta kasih pada sesama, KACS memupuk kepedulian dengan berbagi. Yang dibagikan beraneka ragam, mulai dari makanan, baju layak pakai, hingga barang yang bermanfaat lainnya.

“Ga pa pa, walau dua potong kue dan segelas air mineral. Akan kita bagi-bagikan kepada yang membutuhkan,” ujar Ari Kurnia, sekretaris Komunitas Anak Cinta Sedekah menirukan ucapan anggota.

Maksud kalimat itu adalah memberikan sedekah tidak harus berupa makanan atau harta berlimpah. Berbagai dengan orang lain dapat dilakukan dengan modal yang terhitung kecil. Yang terpenting adalah makna memberinya. Itulah yang ingin disebarkan KACS, mereka mengajak anak-anak untuk berbagai terhadap sesama.

Komunitas yang digagas sejumlah ibu tersebut ingin mengembalikan kepekaan anak terhadap lingkungan sosial. Kegiatan offline atau terjun ke lapangan menjadi cara untuk mendekatkan anak dengan lingkungan sekitar.

Pasalnya dalam kondisi tersebut, anak-anak akan berinteraksi dengan sesama anggota komunitas lainnya dan penerima sedekah dari berbagai macam karakter.

Lokasi para penerima sedekah seringkali berada di lingkungan perkampungan kumuh, sempit bahkan bau tak sedap. “Hal ini akan memperkaya pengalaman anak dan belajar banyak hal tentang berbagai kehidupan manusia,” ujar ibu dua orang anak ini.

Pada prakteknya, tidak semua anak percaya diri membagikan sedekah kepada sesama. Ada beberapa anak tampak malu-malu sehingga perlu diajak dan mencoba berbagi secara langsung. Namun, sejumlah anak dengan mudah berbaur dengan para penerima sedekah. Semua dipengaruhi latar belakang keluarga, lingkungan, pendidikan, dan sifat dasar anak.

Selain berbagai sedekah, KACS masih menambah kegiatan dengan ketrampilan membuat flanel (kerajinan dari bahan kain) dan pertandingan futsal. Kegiatan tersebut untuk mengasah ketrampilan dan memberikan sarana bermain anak. KACS tergolong komunitas anyar. Pada 3 Maret 2017 dijadikan sebagai tanggal berdirinya komunitas karena pada waktu itu merupakan kegiatan pertamanya.

KACS merupakan komunitas yang didirikan sejumlah ibu di wilayah Tangerang. Mereka tergabung dalam grup jejaring sosial berniat mengadakan kegiatan berbagi bersama anak dengan dana minim. Tujuannya tidak lain agar anak memiliki kepekaan terhadap sesama dan lingkungan.

Meskipun kepengurusan ditangani ibu-ibu, namun dalam pelaksanaannya mereka selalu mengajak anak-anak. Kegiatannya dilakukan setiap hari Jumat sekitar pukul 11.00 sampai menjelang sholat Jumat.

Waktu yang dipilih tidak lain mengikuti jam pulang sekolah anak. Lalu, anak-anak akan membagikan makanan maupun sejumlah barang kepada para pemulung, sopir angkot, tukang becak, anak yatim, penjual keliling maupung penghuni kampung pemulung di wilayah Tangerang yang telah dipersiapkan para ini.

Ari mengatakan bahwa makanan maupun bantuan sederhana yang dibagikan tidak hanya kepada kaum dhuafa melainkan kepada orang mampu. Hal tersebut tidak lain untuk menumbuhkan rasa ini lho rasanya diberi.

Sumber: KORAN JAKARTA

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *