Rombongan Sedekah Jalanan Banyuwangi; Berbagi dari Desa ke Desa

KOMUNITAS ini bisa dibilang beda. Fokusnya berbagi. Membantu kaum dhuafa dan anak-anak yatim, serta kegiatan sosial masyarakat Banyuwangi. Komunitas ini dikenal dengan Rombongan Sedekah Jalanan (RSJ) Banyuwangi. Kegiatannya, selalu berkeliling dari desa ke desa untuk berbagi. Seperti apa kegiatannya ?

Nama komunitas ini bisa dibilang unik. Namun, kegiatannya layak diacungi jempol. RSJ Banyuwangi bergerak dalam penghimpunan dana infaq, sedekah, kemanusiaan. Dan, melakukan distribusi melalui sedekah secara langsung kepada anak yatim piatu dan kaum dhuafa secara bergilir. Dari satu desa ke desa lainnya, rutin setiap bulan di minggu kedua.

Bendahara RSJ Banyuwangi, Hendry Setyowanto mengatakan sejarah terbentuknya komunitas ini berawal dari media sosial. Seiring banyaknya peserta, akhirnya muncul inisiatif membuat komunitas yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Hal ini sebagai bentuk pengabdian bagi masyarakat. “Meski berawal dari dunia maya, Komunitas RSJ Banyuwangi selalu melakukan aksi nyata membantu orang lain. Karena, kami bergerak murni sosial. Gerakan peduli anak yatim dan dhuafa,” kata Hendry saat berbincang dengan Bisnis Banyuwangi, pekan lalu. Komunitas ini didirikan 10 Mei 2015.

Saat ini, lanjut Hendry, Ketua RSJ Banyuwangi dipegang Hadi Pranoto, sedangkan Sekretaris dijabat Saiful Hadhie. Markas komunitas ini di Jalan Tegalsari, Desa Setail, Genteng.

“Tujuan kami mendirikan Komunitas RSJ karena masih banyak di sekitar kita yang hidup kurang mampu. Setidaknya, dengan gerakan ini, sedikit membantu pemerintah menanggulangi kemiskinan dan ketidak mampuan anak-anak menikmati pendidikan,” jelasnya.

Selain anggota tetap, Komunitas RSJ juga mempunyai anggota yang tergabung dalam grup dunia maya. Saat ini, menurut Hendry, anggota dunia maya yang mendukung gerakan RSJ sebanyak 4500 orang. Dari jumlah ini, yang aktif kurang lebih 40 persen. Mereka warga Banyuwangi di luar daerah, termasuk luar negeri. Seperti Hongkong, Taiwan, Korea Malaysia dan Singapura. “ Kami dipersatukan di dunia maya dan melakukan aksi nyata seperti ini,” jelasnya.

Hendry menambahkan, selain berbagi dengan orang lain, manfaat bagi pengurus maupun anggota RSJ Banyuwangi adalah menambah saudara. Sehingga, rasa kekeluargaan makin dekat dan menjalin tali silahturammi. Bagi RSJ Banyuwangi, kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat. “Bagi kami, prestasi itu tidak hanya berbentuk piala, lencana maupung piagam. Namun, dengan bisa melakukan kegiatan rutin tiap bulan merupakan prestasi bagi kami. Walaupun masih terbatas.  Insya Allah, ke depannya bisa lebih baik,” ujarnya.

Kegiatan RSJ, kata Hendry, baik tahun lalu maupun tahun ini masih terbilang sama. Sesuai kesepakatan dan komitmen pengurus, door to door memberikan sumbangan dan santunan. Serta kopi darat bersamaan dengan santunan tersebut. “Saat ini kami sudah memasuki periode ke 22 dalam kegiatan santunan. Tentu akan selalu konsisten dengan komitmen kami,” tegasnya.  Sumber dana, kata Hendry, berasal dari anggota di Banyuwangi maupun di luar Banyuwangi.

Setiap bulannya, RSJ Banyuwangi akan selalu melaporkan keuangan yang telah disumbangkan dan yang akan dibuat santunan. “Kami rutin melaporkan sumber dananya. Kami juga selalu up date penggunaan dan sisanya. Supaya para donatur lebih percaya lagi, karena ini memang bukan uang pribadi kami,” imbuhnya..

Mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, Komunitas RSJ Banyuwangi selalu transparan dalam keuangan. Bahkan, tak segan-segan, dalam beberapa kegiatan santunan, mereka kerap mengeluarkan kocek sendiri untuk transportasi dan akomodasi lain. Sehingga, tidak akan mengganggu dana dari hasil sumbangan tersebut.

“Pengurus RSJ sendiri berasal dari berbagai kalangan dan usia. Usia pengurus termuda 25 tahun, tertua lebih 45 tahun. Sedangkan anggota, ada yang umur 1-5 tahun yang selalu ikut kegiatan tebar sembako, maupun santunan anak yatim,”jelas Hendry.

Wilayah yang selama ini mendapatkan santunan dari RSJ Banyuwangi tersebar di beberapa tempat. Seperti, Kecamatan Genteng, Purwoharjo, Glenmore, Pesanggaran, Tegaldlimo, Banyuwangi, Kabat, Tegalsari, Rogojampi dan Muncar. “ Setiap bulannya, kami selalu mengeluarkan anggaran kurang lebih Rp 12-15 juta. Untuk biaya operasional, kami menggunakan uang sendiri. Karena uang donatur kami salurkan 100 persen,” pungkasnya.

Sumber: BISNIS BANYUWANGI

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *