Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memilih Snack Untuk Anak

Istilah snacking atau “ngemil”sangat populer dan kegiatan ini digemari oleh anak kecil sampai kakek-nenek. Namun, apakah sebenarnya yang disebut snack dan apa bedanya dengan makan utama? Snack adalah makanan yang dikonsumsi di antara jadwal makanan utama (meals), yaitu di antara makan pagi dan makan siang, serta di antara makan siang dan makan malam. Sedangkan makan utama dikonsumsi tiga kali, yaitu pagi, siang dan malam. Komposisi makanan utama seyogianya lengkap mengandung sumber karbohidrat, protein, dan lemak serta vitamin-mineral dengan komposisi seimbang. Sedangkan komposisi snack yang umum dikonsumsi tidak selalu mengandung semua zat gizi secara lengkap. Tapi tunggu dulu…, ini bukan berarti membebaskan kita sembarangan memilih snack, karena snack terutama untuk balita merupakan kesempatan untuk mendukung asupan nutrisi. Kenapa? Karena batita umumnya memiliki kapasitas makan yang terbatas sehingga berisiko tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dengan hanya mengandalkan tiga kali makanan utama dalam sehari.

Pemberian snackyang bernutrisi seimbang secara terjadwal di antara jam makanan utama dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan nutrisi seorang anak. Sebaliknya, snacking yang tidak terjadwal dapat memicu perilaku makan yang buruk yang pada akhirnya berdampak pada kekurangan atau kelebihan nutrisi, serta nutrisi yang tidak seimbang. Sebagai contoh, seorang anak yang menurut persepsi orangtua “sulit makan”, ditawarkan biskuit, wafer, keripik, dan jus setiap saat. Hal ini dapat menyebabkan anak sudah merasa kenyang saat jadwal makan utama tiba. Akibatnya asupan makanan sang anak sebagian besar diperoleh dari snack yang bernilai nutrisi rendah yang selanjutnya berdampak pada kekurangan nutrisi.

Di sisi lain, seorang anak yang dibebaskan untuk makan snack setiap saat dapat berdampak pada asupan kalori dan zat gizi tertentu secara berlebihan. Hal ini dikarenakan snack yang disukai anak pada umumnya mengandung sebagian besar karbohidrat, tinggi gula dan garam, namun kandungan protein dan vitamin rendah.

Apa tugas orangtua dalam pemilihan snack?

Orangtua bertugas menyediakan makanan yang bergizi lengkap dan seimbang serta membiasakan jadwal makan yang teratur. Porsi makanan yang akan dihabiskan ditentukan oleh sang anak dan bervariasi untuk masing-masing anak. Makanan yang bergizi mutlak perlu disediakan baik untuk makanan utama maupun snack. Beberapa orangtua memandang waktu snacksebagai sarana untuk memanjakan anak. Orangtua berpikir bahwa sang anak telah mendapat kecukupan nutrisinya melalui makanan utama dan pemberian snackhanya bertujuan untuk kesenangan. Orangtua cenderung memiliki snack kemasan karena praktis, mudah didapat terutama saat di luar rumah, dan rasanya enak, misalnya keripik, wafer, biskuit, dan permen. Suatu studi di Amerika menunjukkan bahwa 86% batita mengonsumsi satu jenis snack yang tidak bergizi dalam sehari, berupa snack asin atau manis, minuman manis, dan permen.

Untuk menyikapi hal ini, dokter atau tenaga medis perlu memberikan edukasi bahwa snack merupakan kesempatan orangtua untuk memberikan asupan nutrisi bagi anak, bukan sarana untuk memanjakan ataupun memberikan penghargaan (reward) atas prestasi anak. Orangtua perlu mengetahui bahwa anak, terutama batita, berisiko untuk tidak mendapatkan kecukupan zat gizi hanya dengan mengandalkan tiga makanan utama, sehingga pemberian snack bergizi perlu dijadwalkan 2-3 kali sehari. Pemberian snack haruslah terjadwal, dilakukan dengan prosedur seperti pemberian makanan utama, yaitu anak duduk di kursi makan dan tidak dilakukan sambil bermain, menonton televisi, atau berjalan-jalan. Ingatkan orangtua bahwa pemberian snack sepanjang hari tanpa jadwal dapat berdampak buruk pada perilaku makan serta kemampuan mengatur rasa lapar dan kenyang.

Berikut adalah tips memilih snack sehat untuk anak yang ditulis oleh Dr. Klara Yuliarti, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia;

  1. Sediakan snack yang bergizi, artinya mengandung karbohidrat, protein, lemak secara seimbang namun dengan porsi lebih kecil dibandingkan makanan utama. Contoh snack misalnya seperti bubur kacang hijau, sandwich keju mini, roti selai kacang, puding susu, lemper, risoles, pastel dan makaroni panggang. Siapkan snack dalam porsi-porsi kecil dan tampilan yang menarik agar anak tertarik untuk menyantapnya dan tidak memilih snack Bila memilihsnack dalam kemasan, cermati komposisi bahan, pastikan anak tidak mengonsumsi gula berlebih.
  2. Pastikan snack yang kita sajikan aman, artinya bebas dari bahan tambahan pangan (BTP) yang berbahaya. Bahan tambahan yang dilarang oleh BPOM adalah asam borat, asam salisilat, dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, dan formalin. Pewarna tekstil seperti Rhodamin B sering pula ditemukan pada kerupuk dan jajanan anak. Mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin atau rhodamin dapat menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh dan kanker.
  3. Snack harus diolah dan disajikan secara higienis.
  4. Jangan menyimpan makanan yang tidak bergizi di lemari atau kulkas, misalnya permen atau keripik.
  5. Untuk anak dengan status gizi lebih atau obesitas, snack juga merupakan sarana mengontrol asupan kalori sambil tetap mempertahankan rasa kenyang. Berikan snack berupa buah potong, bukan jus buah. Bila anak minum susu, berikan susu rendah lemak/tanpa lemak untuk anak usia di atas 2 tahun.
  6. Biasakan hanya minum air putih. Hindari kebiasaan minum minuman manis seperti teh manis, teh botol, susu kental manis, minuman berperisa, jus buah yang ditambah gula, dan minuman bersoda.

Melihat paparan di atas, maka kita dapat menggunakan snack sebagai sarana untuk mendukung asupan nutrisi anak dan membentuk perilaku makan yang sehat. Mendidik anak untuk memilih snack yang bergizi dan tidak menjadikan snacksebagai reward merupakan bekal untuk kebiasaan makan sehat di masa depannya.

Sumber; IDAI

Foto dari SHEKNOWS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *