SHEI LATIEFAH: IBU ASUH ANAK-ANAK JALANAN

Shefti Lailatul Latiefah, yang akrab disapa Shei Latiefah adalah salah satu aktivis pendidikan yang sejak tahun 2011 aktif di sosial media mengkampanyekan gerakan Save Street Child (SSC) sebagai wujud empati terhadap pendidikan anak-anak marjinal. Perempuan kelahiran 5 September 1989 di Jombang, Jawa Timur ini tergerak untuk membuat gerakan ini karena melihat fenomena masih banyak anak-anak jalanan yang tidak mampu melanjutkan pendidikan karena terkendala keadaan, dimulai saat ia mengajak enam anak jalanan untuk tinggal bersama, kemudian muncul gagasan untuk menggalakkan kepedulian terhadap anak-anak jalanan tersebut dengan mengajak lebih banyak orang. Darisitu lah lahir komunitas Save Street Child, yang kemudian diadopsi oleh anak-anak muda dari berbagai kota di Indonesia.

Perjalanan Shei saat membangun SSC tidaklah mudah, banyak sekali tantangan yang dihadapi seperti masalah dana untuk menghidupi anak jalanan yang tinggal bersama di rumah kosnya. Walaupun pada awalnya tidak terpikir olehnya yang sebagai perantau di Ibukota untuk menjadikan rumah kosnya sebagai tempat penampungan mengurusi anak-anak jalanan, apalagi saat itu Ia tengah disibukkan dengan kegiatan kuliahnya di jurusan Komunikasi Universitas Paramadina.
Selain itu, tantangan lainnya yang Ia hadapi saat membangun SSC justru datang dari teman-teman pendukungnya sendiri. Para pengurus komunitas SSC yang hanya bersifat relawan tak terikat datang dan pergi hingga akhirnya hanya tersisa tiga orang. Kemudian, saat anak asuhnya di Jakarta mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolah lagi, yang akhirnya dimasukkan ke sekolah terbuka di Depok. Ia pun akhirnya harus rela pindah kos dari Jakarta ke Depok, dan ditempat barunya ini lah Ia menemukan tantangan baru seiring bertambah anak asuhnya yang beberapa kerap kali mencuri uang.

Keinginan kerasnya untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan untuk anak-anak jalanan, Ia membesarkan SSC melalui program Pengajar Keren, dengan membuka kelas di berbagai wilayah, seperti Jakarta, Depok, dan Tangerang. Saat membuka kelas di Cawang, Ia bahkan kerap kali harus berurusan dengan preman karena merusak dinamo yang menjadi sumber listrik di kelas dan menghancurkan fasilitas belajar mengajarnya. Seiring dengan berkembangnya SSC diberbagai wilayah, tantangan yang Ia hadapi pun lebih besar, bukan hanya dengan preman, namun dengan aparat kepolisian juga. Sebab, tidak jarang anak didiknya tertangkap karena melakukan tindak kriminal.

Dalam mengelola kelas SSC, untuk menghindari permasalahan relawan Ia mencari relawan yang memiliki visi sama dan tidak banyak kegiatan lainnya, sehingga bisa fokus untuk mengelola kelas yang membutuhkan perhatian ekstra. Kemudian untuk mengatasi persoalan dana, Ia bersama rekan-rekan komunitasnya seringkali melakukan fundraising dengan cara berjualan merchandise atau iuran sukarela jika diperlukan, serta menerima bantuan CSR (Corporate Social Responsibility) tidak terikat dari perusahaan terpercaya yang ingin berkontribusi untuk membantu pendidikan anak-anak marjinal.

Saat ini gerakan Save Street Child telah menyebar hingga ke 17 kota, diantaranya Surabaya, Bandung, Jogjakarta, Medan, Makassar, Manado, Palembang, Padang, Madura, Jember, Blitar, Depok, Pasuruan, Malang, Semarang, Solo dan Mojokerto. Sebagai sebuah organisasi, pengurus SSC pun ada regenerasi, Ia kini sebagai penasihat komunitas SSC. Sebab, Shei saat ini tengah sibuk mengurusi anak pertamanya yang masih balita di Surabaya.

“Alhamdulillah saya jadi lebih mensyukuri hidup. Saya juga bertemu banyak teman yang sudah saya anggap saudara, anak-anak yang mengajari saya untuk jadi orang yang lebih sabar, dan yang paling berkesan adalah, saya ketemu suami di SSC (Jakarta), padahal saya lahir di jombang, tempat asal suami juga jombang. Rencana Allah sungguh nenakjubkan.” Ujar Shei yang pernah meraih penghargaan sebagai penghargaan Indi Women Award (2013) bidang Socioactivist dari Telkom Indonesia dan She Can Award (2013) dari PT. Tupperware Indonesia.

Dengan berkembangnya SSC diberbagai wilayah, Ia berharap kegiatan ini bisa berkelanjutan memberi manfaat untuk anak-anak jalanan dan para relawan, sehingga pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *