Terminal Hujan merupakan Komunitas Bogor yang bergerak di bidang pendidikan. Berawal dari pertemuan Anggun Intan Pesona, founder Terminal Hujan peraih penghargaan Srikandi Merah Putih 2014, dengan Ibu drg. Wan Aisyah atau biasa dipanggil Umi. Beliau adalah mantan ketua Dinkes Kota Bogor yang juga aktif di PKK kota Bogor dan ketua Lembaga Perlindungan Anak Kota Bogor. Beliau memberikan pengajaran, pemberdayaan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai belakang terminal bus Baranangsiang (Kampung Kebon Jukut). Kemudian, Anggun mulai berkorespondensi dengan Ibu Awan untuk ikut serta membantu pemberdayaan masyarakat. Ternyata masih banyak anak-anak di sekitar kampung yang mengalami beberapa masalah pendidikan, seperti kesulitan membaca, berhitung, kebiasaan malas belajar, dan yang lebih mengerikan lagi, dikarenakan tempat tinggal mereka tepat di belakang terminal Baranangsiang, ancaman-ancaman seperti turun ke jalan untuk menjadi pengamen, tawuran, bahkan drop out dari sekolah cukup tinggi.
Dilatarbelakangi hal tersebut, Anggun bersama-sama kedua temannya, yaitu Sela dan Mario bekerja sama dengan Ibu Awan untuk menyusun sebuah kurikulum dan “rumah” bimbingan bagi adik-adik yang tinggal di kampung Kebon Jukut, sepanjang bantaran sungai Ciliwung, dan melahirkan “sekolah alam” yang diberi nama Komunitas Terminal Hujan. Komunitas ini dinamakan Terminal Hujan, sesuai dengan letak tempat belajarnya di belakang Terminal Baranangsiang dan jika hujan datang, kegiatan belajar harus terpaksa bubar karena mereka belajar di alam terbuka, seperti di lapangan, trotoar, sampai halaman kantor kelurahan.
Relawan yang terlibat mengajar di Terminal Hujan awalnya sahabat-sahabat Anggun, Mario, dan Sela saja, namun saat ini jumlah relawan pun meningkat, bahkan banyak relawan yang berasal dari Jakarta Timur hingga Cikarang turut serta mengajar setiap hari Minggu siang. Dari semula adik-adik yang mengikuti kegiatan Terminal Hujan setiap Minggu berjumlah 30-40 orang, saat ini meningkat menjadi 80 orang. Awalnya, setiap kegiatan belajar akan dimulai, para relawan harus menjemput adik-adik satu persatu ke setiap rumah mereka. Namun, saat ini sebelum acara belajar dimulai, adik-adik sudah stand by di halaman kantor kelurahan Baranangsiang, tempat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
Setelah empat tahun perjalanannya, komunitas yang saat ini diketuai oleh Haqi Zou Fadillah tidak hanya memfokuskan perhatian pada pendidikan adik-adik, tetapi juga melebarkan sayap ke pemberdayaan ekonomi untuk ibu-ibu, dengan cara membuat pelatihan dan produksi barang-barang bekas menjadi barang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Selain itu juga, membudayakan menabung di setiap minggunya. Hal ini dilakukan dengan tujuan melatih ibu-ibu menyusun keuangan rumah tangga yang lebih baik dan membantu perekonomian mereka. Sesuai dengan visi komunitas ini, yaitu menjadi entitas bisnis sosial yang konsisten memberdayakan kampung-kampung di Kota Bogor melalui jalur pendidikan informal dan pemberdayaan ekonomi.
Selama perjalanannya sejak Juni 2011, Terminal Hujan selalu berupaya untuk menjadi sahabat dan pendamping belajar bagi anak-anak di perkampungan sekitar Terminal Bus Baranangsiang, Bogor. Berbagai prestasi dan penghargaan telah berhasil diraih di antaranya, 18 murid Terminal Hujan lolos ke semifinal Olimpiade Sains Kuark 214 untuk wilayah Bogor, Walikota Bima Arya menganugerahi Terminal Hujan sebagai Juara Kategori Berbagi ke Sesama Tahun 2014, dan anak-anak Terminal Hujan meraih juara ketiga dari proyek bernama Penyuluhan Anak Sehat Indonesia (PENSI) saat mengikuti Karya Anak Indonesia (KADO) 2014 yang diselenggarakan oleh komunitas Sahabat Anak.
Dengan berbagai prestasi dan penghargaan yang diraih tersebut, komunitas Terminal Hujan tidak akan berpuas diri, namun dijadikan pacuan untuk supaya mereka bisa terus memberikan yang terbaik untuk mewarnai langit anak-anak di perkampungan sekitar Terminal Bus Baranangsiang, Bogor.
FOTO: DOK. KOMUNITAS Terminal Hujan