Yudithia, lulusan terbaik dari Pascasarjana Universitas Indonesia jurusan Teknik Lingkungan, adalah seorang aktivis lingkungan yang mendirikan Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI). Pada tanggal 28 Oktober 2010, Ia membentuk KOPHI sebagai wadah bagi berbagai komunitas atau organisasi lingkungan yang terdapat di berbagai kampus, karena pada tahun 2010, hampir sebagian besar kegiatan organisasi lingkungan di tiap kampus dilakukan secara mandiri tanpa koordinasi dengan komunitas kampus lainnya. Ia berfikir apabila setiap kegiatan dan program dapat terkoordinasi antar kampus, maka sebuah aksi lingkungan yang lebih nyata dan berkelanjutan dapat terwujud. Yang kemudian seiring berjalannya waktu, keanggotaan KOPHI pun semakin beragam tidak hanya perwakilan dari komunitas lingkungan di suatu kampus namun juga anggota umum, yang berusia 16-30 tahun, bahkan KOPHI bertransformasi menjadi sebuah perkumpulan pemuda yang tidak hanya menjadi wadah bagi komunitas lain melainkan bagi anggota secara perorangan. Pada tanggal 25 Januari 2016, secara resmi KOPHI disahkan sebagai perkumpulan berbadan hukum oleh Kementrian Hukum dan HAM.
Saat awal mendirikan tentu saja tidak sedikit tantangan yang Ia hadapi, baik dari internal maupun eksternal. Tantangan internal yang paling besar bersumber dari anggota (sumber daya manusia) yang dimiliki, mulai dari awal berdiri yang berjumlah lebih dari 50 orang hingga pertengahan tahun 2011, hanya tersisa sekitar 20 orang. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Ia dan rekan-rekannya untuk terus membangun KOPHI, rangkap tugas dan peran sudah menjadi hal yang biasa dilakukan ketika seseorang menyatakan mundur. Rekruitmen terbuka juga dilakukan untuk mengisi kekurangan anggota dan kekosongan peran yang ada. Hingga akhirnya Kongres Nasional KOPHI yang pertama pada bulan November 2011 dapat dilaksanakan dan dihadiri oleh calon pengurus daerah dari 16 provinsi. Tantangan terbesar lainnya yang Ia hadapi datang dari eksternal, yaitu persepsi dan pandangan berbagai pihak terhadap KOPHI. Sebagai organisasi yang baru didirikan, Ia menghadapi kesulitan dalam membangun kepercayaan masyarakat maupun komunitas sejenis lainnya. Namun, berbagai pendapat, pandangan, dan saran yang diberikan oleh berbagai pihak tersebut, Ia jadikan sebagai suatu acuan dan motivasi untuk KOPHI yang lebih baik.
Saat ini anggota KOPHI sekitar 1000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Keanggotaan yang bersifat sukarela ini kerap kali mengalami kendala dari sisi ketersediaan SDM yang ada, namun KOPHI atasi dengan membangun rasa percaya dan suasana kekeluargaan yang baik bagi seluruh anggot, dengan menghindari kekerasan verbal maupun non-verbal dalam membina anggota maupun dalam aktivitas rutin kami sehari-hari, menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati setiap anggota, dan memberikan kebebasan untuk semua anggota yang beragam dalam menyampaikan ide dan pendapat. Hal inilah yang dijadikan alat pemersatu keluarga besar, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia.
Untuk menjalankan kegiatannya, setiap anggota KOPHI memiliki kewajiban untuk membayar kas sebesar Rp.10.000/orang.
“Karena keanggotaan kami yang bersifat seumur hidup, kami berharap seiring bertambahnya anggota maka dana yang dimiliki akan semakin mencukupi setiap aktivitas kami. Dan karean terkait masalah dana ini cukup sensitif, kami juga menerapkan prinsip transparansi melalui laporan rutin kepada anggota untuk memastikan bahwa penggunaan iuran bulanan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.” Ujar Yudith, yang pernah meraih Top 10 Winner dari Unilever Leadership Action on Sustainability
Selaku Founder KOPHI, Ia merasa banyak sekali hal positif yang didapatkan dengan berbagi ilmu dan keceriaan, misalnya saat mengajar anak-anak kecil untuk menerapkan pola hidup sehat; membantu masyarakat di suatu daerah dalam mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki berbasis kearifan lokal, serta banyak hal lainnya. Karena KOPHI secara tidak langsung mengajak orang untuk berbuat sesuatu yang baik dan positif, maka semakin banyak anggota, akan semakin banyak hal postif dan kebaikan yang diwujudkan, hal inilah membuatnya memiliki rasa syukur yang sangat besar.
“Walaupun umumnya kegiatan KOPHI dilakukan pada hari Sabtu atau Minggu, saya selalu mencoba untuk berpartisipasi. Karena domisili saya di Bogor, maka mayoritas kegiatan yang saya ikuti adalah kegiatan KOPHI Pusat. Namun, saat saya dinas di luar kota saya mencoba meluangkan waktu untuk berkumpul bersama rekan-rekan KOPHI di daerah.” Ujarnya yang sekarang berperan selaku pembina KOPHI, untuk memberikan saran dan masukan jika dibutuhkan oleh pengurus.
Kemudian, Ia berharap KOPHI kedepannya dapat menjadi sebuah organisasi yang bermanfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan, yang memberikan solusi nyata dalam upaya pelestarian lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat karena menurutnya kesejahteraan dan kelestarian lingkungan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan. Ia juga berharap kepada Pemuda Indonesia agar bersama-sama berusaha untuk berpikir positif dan memberikan solusi dalam berbagai hal.
“Kritik merupakan suatu hal yang baik. Namun, alangkah lebih baik jika sebuah kritik dilengkapi dengan sebuah solusi. Dengan demikian, kita, masyarakat, dan lingkungan dapat tumbuh bersama ke arah yang lebih baik.” Pungkasnya.
FOTO: DOK. YUDITHIA