Melihat fenomena gerhana matahari dengan mata telanjang ternyata bisa mengakibatkan kebutaan. Itu lah materi yang gencar disosialisasikan oleh Mojopahit Astronomy Club (Mojopahit Astro) ke masyarakat, Minggu (6/3/2016). Kali ini komunitas astronomi lokal itu menyasar pengunjung Museum Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Komunitas astronomi memilih melakukan sosialisasi di situs kompleks perkampungan kuno yang ditemukan di sisi selatan Museum Majapahit. Mereka menyasar pengunjung museum yang kebetulan membludak pada hari libur. Dengan berbekal 2 teropong bintang, mereka menjelaskan bahaya melihat gerhana matahari dengan mata telanjang.
Ketua Mojopahit Astro Siti Alfa Nurhayati mengatakan, fenomena langka gerhana matahari juga bisa diamati dari Mojokerto 9 Maret nanti. Hanya saja penampakan matahari yang tertutup oleh bayangan bulan hanya terlihat 83%.
“Di Mojokerto mulai terjadi gerhana pukul 06.21 Wib, puncaknya pukul 07.25-08.20 Wib. Jadi berlangsung selama 1 jam lebih,” kata Nurhayati kepada wartawan.
Meski gerhana matahari yang bisa dilihat di Mojokerto tidak total, lanjut Nurhayati, cahaya matahari saat terjadi gerhana bisa mengakibatkan kebutaan jika dilihat dengan mata telanjang. Khususnya cahaya matahari sesaat setelah kembali terlihat setelah tertutup bayangan bulan.
“Kami sampaikan kepada masyarakat bahayanya melihat gerhana matahari dengan mata telanjang bisa terjadi kebutaan. Karena sewaktu sinar matahari kembali nampak seperti flash kamera. Bisa merusak kornea mata,” jelasnya.
Nurhayati menuturkan, sosialisasi bahaya gerhana matahari ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat. Dia justru ingin agar masyarakat tidak takut untuk keluar rumah saat gerhana terjadi. Hanya saja masyarakat harus memakai alat bantu untuk melihat gerhana matahari secara langsung.
“Saran kami jika ingin melihat gerhana matajari agar memakai kacamata khusus yang bisa meredam cahaya matahari. Bisa juga memakai klise (film foto) black and white. Meski gerhana matahari yang terlihat dari sini tidak total tetap berbahaya bagi penglihatan,” ujarnya.
Tak hanya sosialisasi, 9 Maret nanti komunitas astronomi Mojopahit akan menggelar nonton bareng (nobar) gerhana matahari di Alun-alun Kota Mojokerto. Kegiatan ini untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin melihat langsung fenomena alam langka itu.
“Nanti saat nobar kami sediakan teropong bintang satu buah dan kami akan membagikan klise gratis kepada pengunjung yang datang ke alun-alun,” pungkasnya.
Sosialisasi bahaya gerhana matahari ini mendapat respon positif dari para pengunjung Museum Majapahit. Tak sedikit pengunjung yang ingin tahu lebih banyak tentang gerhana matahari. Tak sedikit pula yang sekedar ingin mencoba melihat matahari dengan teropong bintang.
“Saya baru tahu kalau melihat gerhana matahari langsung bisa buta,” kata Aisyah Virnanda Putri (13), pengunjung Museum Majapahit.
Kendati begitu, pelajar kelas VII SMP di Trowulan ini mengaku penasaran ingin melihat langsung gerhana matahari yang diprediksi akan terjadi pada pagi hari itu.
“Saya penasaran pengen lihat karena kan langka. Nanti rencana mau lihat pakai klise,” tandasnya.
Disadur dari sumber.