Foreign Policy Community of Indonesia: Dari Kemenlu hingga mahasiswa jurusan HI

Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) adalah suatu organisasi nir- laba dan non-politis yang bergerak di bidang hubungan internasional, dan terbuka untuk semua kalangan.  FPCI ingin memfasilitasi suatu ruang bersama yang mempertemukan mahasiswa, dosen, Kementerian Luar Negeri dan Departemen lainnya yang mempunyai dimensi internasional, korps diplomatik, pengusaha (Indonesia maupun internasional) dan think tank, wartawan dan semua kalangan yang bergerak di bidang hubungan internasional.

Proses pembentukan FPCI dimulai pertengahan tahun 2014 oleh Dr. Dino Patti Djalal sebagai inisiatornya. Para pendiri FPCI adalah : Dr. Dino Patti Djalal, Dr. Dewi Fortuna Anwar, Wisnu Wardana (Ketua ABAC), Peter Gontha (Kadin, Duta Besar RI di Polandia), John Riady (UPH), Sandiaga Uno (mantan Ketua HIPMI).

 

Dewasa ini, profil Indonesia di dunia internasional telah mengalami perubahan signifikan, baik secara geostrategis, politik dan ekonomi. Indonesia telah menjadi kekuatan regional sekaligus pemain global (sebagai anggota G-20). Lingkungan strategis, aset nasional, agenda diplomasi dan ruang manuver Indonesia terus berkembang. Dampak perkembangan dunia internasional terhadap kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia kini jauh lebih tinggi dari era-era sebelumnya, dan trend ini akan terus berlanjut.

Namun pada saat yang bersamaan juga timbul suatu paradox di tanah air: di satu sisi, gelora nasionalisme semakin meninggi, namun di sisi lain semangat internasionalisme kita masih terbatas.  Masih sering ada ketidaksambungan antara pemahaman masyarakat mengenai dunia dengan isu-isu aktual yang berkembang di dunia internasional.  Gejala xenophobiaparanoia, nasionalisme yang defensif dan siege mentality (merasa dikepung dunia) masih sering timbul.  Sementara itu, kekayaan pemikiran dan ide dari Indonesia belum banyak terdengar dalam global marketplace for ideas.

Hal ini penting kita cermati karena Indonesia tidak mungkin menjadi raksasa Asia dan major power di abad ke-21 kalau bangsa kita menganut nasionalisme sempit dan  internasionalisme yang redup.  Kita dapat menarik pelajaran penting dari pengalaman sederetan negara-negara berkembang – apapun ukurannya, apakah besar, menengah atau kecil – yang berhasil melejit karena sanggup mengkombinasikan nasionalisme yang kuat dengan internasionalisme yang dinamis – misalnya, Tiongkok, India, Korea Selatan, Turki, Jepang, Afrika Selatan, Bostwana, Ghana, Costa Rica, Qatar, Singapura, Brazil, UAE, Meksiko, dll.

Karena itulah, FPCI dibentuk dengan tujuan mengembangkan internasionalisme Indonesia, ke seluruh Nusantara, dan memproyeksikannya ke seluruh dunia.  FPCI bertekad membentuk suatu komunitas besar hubungan internasional di Indonesia yang mempunyai wawasan global yang matang dan peka terhadap isyu-isyu bilateral, regional dan global.  FPCI juga bertujuan menjadi fasilitator yang dapat membawa “dunia” ke daerah dan secara bersamaan membawa pemikiran-pemikiran di akar rumput dan daerah ke pentas nasional dan dunia.

Melalui jaringan dan akses yang dimiliki para pendirinya, FPCI mempertemukan berbagai kalangan yang bergerak dalam bidang hubungan internasional: pejabat Pemerintah termasuk Kementerian Luar Negeri, korps diplomatik di Indonesia, lembaga internasional, thinktank, perusahaan nasional dan internasional, fakultas hubungan internasional, mahasiswa dan pelajar, dan semua pihak yang berkepentingan pada diplomasi.  Mungkin FPCI adalah satu-satunya forum HI di Indonesia yang melakukan hal ini.

Foto dan info disadur dari sumber.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *