Komunitas Cinta Pejuang Indonesia: Perhatikan Para Mantan Pejuang Dari Masyarakat Sipil Indonesia

Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) berdiri sejak tanggal 25 November tahun 2011. KCPI adalah salah satu Komunitas penggemar sejarah Perjuangan Bangsa, dan sahabat Pejuang Indonesia, yang bertujuan mengenang kembali sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, dengan cara mengingat kembali sejarah tokoh-tokoh pejuang dan Pahlawan Bangsa baik yang masih hidup maupun yang telah Gugur demi membela Tanah Air dari Kekuasaan Penjajah.

Dalam Komunitas ini, mereka saling berbagi informasi tentang berbagai hal yang menarik dan layak diketahuii tentang sejarah para pahlawan yang berjuang ketika perang Kemerdekaan hingga berakhirnya perang kemerdekaan Republik Indonesia (antara tahun 1940 s.d tahun 1958).

Melalui Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) diharapkan agar para pemuda Indonesia pada saat ini, hingga generasi dimasa yang akan datang dapat terus mengingat sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan tetap menghargai jasa para pahlawan serta menghormati para pejuang yang masih hidup.

KCPI terbentuk dilatarbelakangi melihat kenyataan, banyak komunitas di Indonesia yang kurang mengangkat jiwa nasionalisme secara utuh. Kebanyakan dari komunitas tersebut hanya menampilkan kebanggaan sebatas atribud atau seragam yang mereka gunakan, sehingga KCPI menilai komunitas tersebut tidak menyentuh jiwa nasionalisme Indonesia yang sudah mulai berkurang pada saat ini. Komunitas ini fokus pada keberadaan para mantan pejuang di Indonesia, terutama yang berasal dari kalangan masyarakat sipil. Mereka secara suka rela ikut serta berperang mengorbankan jiwa raga melawan penjajah pada saat itu. Ketika perang berakhir, hanya sebagian kecil dari mereka yang meneruskan karirnya di bidang militer dan mendapatkan sedikit tunjangan hidup dan penghargaan dari pemerintah Indonesia. Namun, sebagian besar lagi dari mereka kembali menjadi rakyat biasa. Mereka para mantan pejuang tersebut ada yang kembali menjadi petani, nelayan, guru, pegawai, dan lain sebagainya.

Bagi para pejuang yang menjalankan hidupnya sebagai seorang veteran, setidaknya mereka mendapatkan apa yang menjadi hak mereka sebagai tanda penghargaan atas jasa-jasanya ikut serta mempertahankan Negara ini. Sedangkan bagi para pejuang yang sama, tapi tidak meneruskan karir di bidang militer, pada saat usia mereka saat ini tidak pernah lagi mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah dalam hal ini lembaga yang bergerak di bidang sosial.

Kesenjangan sosial yang berbeda tersebut, tampak terlihat jelas apabila kita melihat langsung kenyataan hidup mereka saat ini. Di kota besar seperti Jakarta, banyak kita ketahui lewat media cetak maupun elektronik yang memberitakan kondisi mereka saat ini. Mereka para pejuang yang dulu pernah berjasa membela Negara ini tanpa mengharapkan balas jasa, saat ini sulit menjalani hidup karena tidak mendapat jaminan apapun. Mereka dengan terpaksa menjalani sisa hidup dan mencari nafkah yang membuat kami tersentuh. Ada yang menjadi penjaga pintu kereta api, penarik becak, tukang parkir, tukang angkut di pasar-pasar, buruh tani, tukang tambal ban, tukang sul sepatu, bahkan pernah di laporkan ada dari mereka yang mengharapkan bantuan kepada masyarakat dengan cara meminta sumbangan dari pintu kepintu hanya untuk biaya makan setiap hari, dll.

Untuk itulah KCPI tergerak untuk membentuk suatu komunitas, yang tujuannya adalah sebagai penghubung antara mereka para mantan pejuang yang tidak pernah mendapat perhatian dengan masyarakat, agar ada yang dapat bisa diberikan kepada mereka baik berupa bantuan moril maupun materil dengan tujuan sebagai bentuk kepedulian dan upaya menghibur masa-masa tua mereka. Mereka para mantan pejuang tersebut tidak membutuhkan penghargaan apapun. Tapi, kita layak memberikan pengakuan dan perhatian pada mereka. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawan.

Sumber: Website KCPI

FOTO: DOK. KCPI

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *