Pangestu Banyuwangi: Menggerakkan Kaki Itu Sehat

Komunitas ini dibentuk oleh delapan onthelis yaitu, Slamet, Sucahyo, Memet, Arifin, Hadi, Ribut, Edi dan Budi pada tanggal 26 April 2009 lalu.

Sofyan, salah seorang anggotanya  mengatakan, onthelis Banyuwangi membentuk komunitas karena sepeda onthel adalah salah satu alat olahraga yang digemari. Mulai kaum muda sampai yang tua, tanpa melihat ras dan jabatan. Oleh karena itu, PANGESTU (Paguyuban Ngestreni Sepeda Tuwa) tidak pilah-pilih latar belakang dan profesi ketika merekrut anggota.

Siapapun bisa menjadi anggotanya asalkan memiliki sepeda onthel. “Semua sepeda onthel boleh ikut,” tegas Sofyan. Sebagai salah satu alat olahraga dan menyehatkan tubuh, maka seluruh anggota setiap minggu pagi selalu gowes rutin keliling Kota Banyuwangi, Jawa Timur.

Onthelis PANGESTU, tampil gaya

Onthelis PANGESTU, tampil gaya

Gowes rutin itu, sesuai dengan motto mereka yaitu ‘obahe sikil iku sehat’ yang artinya ‘menggerakan kaki itu sehat’. Jadi agar Anda sehat, maka bisa menggerakkan kaki dengan menggowes sepeda secara rutin.

Hingga saat ini berbagai kegiatan menggowes onthel telah dilakukan, diantaranya adalah Festival Ndog-ndogan, Harkitnas, car free day, ziarah ke makam pahlawan dan halal bihalal.

Sementara terkait dibentuknya PANGESTU, Sofyan menuturkan, karena ingin melestarikan salah satu alat transportasi di Indonesia yakni sepeda onthel. Apalagi sepeda pancal atau ‘kebo’ tersebut pernah digunakan dan menjadi alat transportasi sehari-hari para orang tua atau orang-orang terdahalu.

Ketika itu, sepeda onthel juga menjadi salah satu penanda status sosial bagi pemiliknya. “Karena kita sadar bahwa sepeda onthel juga warisan leluhur kita,” tegasnya.

Arisan

Selain selalu aktif menggowes pada hari Minggu, komunitas yang memiliki basecamp di depan Gedung BTN yang terletak di Jl Ikan Cumi-cumi 80, Banyuwangi ini juga memiliki cara yang unik untuk merekatkan anggotanya. Setiap usai gowes keliling kota Banyuwangi, maka kegiatan lainnya adalah mengunjungi rumah anggota.

“Contoh minggu ini di rumah A, ntar bahas kegiatan-kegiatan dan lainnya. Minggu depan nanti gantian di rumah siapa. Ini bertujuan menjaga silaturahmi,” ujarnya.

Selain  itu, mereka juga memiliki kegiatan unik lainnya yakni arisan. Hanya saja, arisan yang dilakukan tidak berbentuk uang karena hanya mengganti konsumsi saja. Oleh karena itu, arisan itu iurannya hanya sebesar Rp 7000 dengan rincian Rp 5000 konsumsi dan Rp 2000 untuk uang kas.

Arisan akan bertambah akrab mengingat sebagian anggota komunitas ini diantaranya adalah kaum ibu. Adanya arisan, agar semua anggota usai gowes rutin yang dilaksakan setiap minggu tidak merasa jenuh. Oleh karena itu, untuk menjaga keutuhan. Maka, semua anggota sepakat untuk membentuk kegiatan arisan.

“PANGESTU lebih lebih menjunjung kekeluargaan. Apalagi dengan adanya kaum ibu-ibu yang ikut serta menjadi anggota,” ungkap Sofyan.

Terkait anggotanya yang berstatus ibu-ibu, sedikitnya saat ini ada sekitar 10 anggota perempuan di komunitas ini, berawal dari ajakan para suami mereka untuk gowes onthel.

“Ibu-ibu ikut menjadi anggota, salah satunya dengan ajakan suaminya. Tentunya ingin sehat dan ingin melestarikan onthel juga,” tandasnya

Dokumentasi dan narasi disadur dari sumber.

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *