Danang Nugroho: Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Melalui Gerakan Sosial

Berbagi nasi, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Sebuah gerakan untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung, yang masih susah mendapatkan makan teratur, dengan memberikan sebungkus nasi. Siapakah sosok inisiator gerakan ini?

Gerakan sosial ini dipelopori oleh pemuda asal Bandung, bernama Danang Nugroho, yang dikembangkan dari skripsinya saat Ia menempuh kuliah di jurusan Ekonomi Studi Pembangunan di Universitas Parahyangan. Gerakan berbagi nasi ini merupakan sebuah parameter untuk Human Development Index, dengan 3 indikator yaitu kesehatan, pendidikan dan peningkatan daya beli (income). Ketiga indikator tersebut saling berkesinambungan, karena seseorang tidak akan memiliki income yang tinggi saat ia tidak memiliki kesehatan dan pendidikan yang baik. Hal tersebut, salah satunya dapat diukur dari “apakah mereka sudah makan atau belum”.

Selain itu, gerakan ini juga dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME dengan melakukan syiar dalam bentuk perbuatan, dan mengajak masyarakat supaya lebih empati dan bergotong royong dengan peduli kepada sesama.

Menurut Danang, tantangan dalam menjalankan gerakan sosial ini, justru datang dari diri sendiri. Kenapa? Karena dalam melakukan gerakan berbagi, semua diawali dari niat dalam diri sendiri ingin menjadi pribadi yang seperti apa, apakah ingin menjadi pribadi yang pelit atau dermawan.

“Namanya juga berbagi nasi, bukan berbagi rekening atau pulsa. Sehingga untuk dana tidak terlalu bermasalah buat kami, bahkan satu bungkus nasi pun jadi. Kecuali kalau akan membuat acara, biasanya disesuaikan dengan kemampuan saja, karena untuk berbuat baik tidak perlu dipaksakan.” Tuturnya.

Semenjak Ia menjalankan gerakan ini, Ia mengaku banyak hal positif yang didapatkan, “Hasilnya adalah hati ini menjadi lebih peka, lebih lembut dan aware terhadap lingkungan, jadi banyak sekali dampak untuk diri saya.”

Gerakan berbagi nasi ini, sekarang sudah tersebar di 87 kota di Indonesia, Danang berharap melalui gerakan ini “jangan sampai ada tikus mati di lumbung padi” yang berarti jangan sampai ada orang meninggal karena ketidakpedulian kita.

“Syukur-syukur Indonesia bisa bebas lapar, sehingga orang Indonesia bisa lebih produktif, bisa berfikir dengan jernih, bisa bekerja dan berbuat lebih baik lagi untuk Indonesia. Intinya, jangan sampai ada orang mati lagi karena kelaparan.” Pungkasnya.

Leave your comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *