Aksi Indonesia Muda (AIM), komunitas yang menghimpun anak muda Makassar yang aktif dalam melakukan pemberdayaan masyarakat marginal, mengajak masyarakat untuk membantu renovasi rumah baca Aksi Indonesia Muda.
Rumah baca AIM merupakan suatu program dari AIM yang berfokus kepada pendidikan informal untuk anak-anak di kampung kusta Jongaya. Tujuannya untuk memberdayakan para pengemis yang berlokasi di kampung Binaan Dangko.
Menurut President AIM, Adryan Yudistira Purwanto, ada 3 indikator yang menjadi penilaian sejahtera sebuah daerah. Pertama adalah perekonomian, bagaimana daerah tersebut bisa mampu secara ekonomi. Kedua, Pendidikan. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, dan yang ketiga kesehatan, tanpa kesehatan kita tak mampu berbuat lebih.
“Berdonasi merupakan cara untuk membantu upaya menyejahterakan anak-anak warga dangko, melalui renovasi Rumah Baca Aksi Indonesia Muda. Mungkin kecil bagi anda, berarti besar untuk mereka,” ujar Adryan, Selasa, 29 Maret 2016.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal AIM, Sulaiman. Dia menuturkan bahwa selain itu pihaknya juga menerima sumbangan berupa papan tulis, meja belajar lipat, kipas angin, tarpal, alat tulis, rak buku, buku-buku pelajaran sekolah dasar dan lain sebagainya untuk membantu pembangunan Rumah Baca Aksi Indonesia Muda.
“Kami sangat membutuhkan bantuan dan uluran tangan bagi siapa saja yang ingin membantu renovasi Rumah Baca Aksi Indonesia Muda,” kata dia.
Untuk bantuan renovasi Rumah Baca Aksi Indonesia Muda, sumbangan bisa dikirimkan melalui rekening BRI a/n : Aksi Indonesia Muda (3051-01-007933-50-1) atau bisa menghubungi Contak Persen : Akbar M (0852 5604 4641) Anjar ( 0823 4438 3800)
Sulaiman menambahkan seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya, perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya.
Namun keunggulan tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi sebuah kelemahan, yang dimaksud sebagai kelemahan ialah diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.
“Terkadang ketika kami mengajar anak-anak warga dangko mereka juga sedang asyik membuat origami. Ada yang berbentuk topi, dompet, pesawat, dan perahu. Di antara mereka ada yang tidak tahu membuat origami, tapi mereka saling mengajari.”
Ada yang berbeda, lanjut Sulaiman, mereka memang tidak menunjukkan perbedaan. Sebagian anak-anak ini ada yang sekolah, tidak sekolah, bahkan sampai ada yang putus sekolah.
Namun itu tidak menjadi rintangan mereka untuk belajar bersama, Mereka juga selalu menuliskan cita-cita mereka. Antara lain mereka ingin menyembuhkan orang sakit, memberantas kejahatan, mengajar, membawa orang tua mereka keliling dunia, dan hal lainnya merupakan impian mereka.
“Ayo bantu impian mereka menjadi kenyataan,” ujar Sulaiman.
Sumber: Makassar Terkini