AJI: Gencarkan Program Pelatihan Wartawan

Di tengah ancaman senjakala media, para jurnalis suka atau tidak, musti terus memperlengkapi diri. Demikian dikatakan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Suwarjono dalam sesi penutupan, Banking Journalist Academy yang digelar AJI Medan kerjasama dengan Bank Sumut, di Hotel Miki Holiday, Berastagi.

Sejumlah media arus utama di tanha air, menurut amatan Suwarjono mulai ngos-ngosan menghadapi serangan media sosial. Media sosial telah mengubah banyak perilaku pembaca sehingga sedikit sekali orang yang mau membaca koran.

“Jadi pertanyaannya, bagaimana kita, para jurnalis ini bisa memanfaatkan media baru dengan tiga bentuk: layar handphone, televisi dan komputer,” kata Suwarjono, Minggu (29/5).

Mantan wartawan Detik itu menyebut, salah satu tantangan jurnalisme saat ini adalah bagaimana jurnalis bisa melepaskan diri dari jerat 11 pemilik media besar di taha air. Sebelas taipan media itu telah puluhan tahun menentukan frame pemberitaan sehingga arah pemberitaan cenderung javacentris (berpusat pada Jawa) dan mengabaikan banyak informasi di daerah.

Menyikapi itu, AJI Indonesia mencanangkan tri panji organisasi, yakni tetap peduli pada isu (bukan hanya hegemoni negara, tetapi juga bebas dari intervensi pemilik media, narasumber dan masyarakat termasuk juga tetap sensitive terhadap UU ITE yang melarang kekebasan berekspresi.

Panji kedua adalah profesionalisme. AJI akan terus melakukan pelatihan. Bahkan 80 persen programnya adalah pelatihan, workshop, diskusi dan seminar. Hal itu dipicu dari hasil observasi AJi yang menemukan, kemampuan jurnalis di daerah sangat memprihatinkan, dalam segi teknik dan pengetahuan.

“Banyak jurnalis dan hampir semua media tidak mau investasi di pengembangan kapasitas wartawan. Mereka maunya merekrut wartawan yang sudah jadi. Sehingga kerap terjadi bajak membajak wartawan). Banyak fresh graduate ditarik lalu disuruh meliput ke lapangan. Hanya secuil media yang punya program pendidikan wartawan. Media lain nihil. Jadi AJI berpikir untuk memberikan pendidikan lebih banyak, untuk meningkatkan standar profesional wartawan,” ucapnya.

Panji ketiga adalah Kesejahteraan. AJI meyakini kalau profesionalisme wartawan sudah bagus, kesejahteraan akan seiring waktu meningkat. Dengan kapasitas mumpuni, wartawan akan menonjol di kantornya, sehingga mendapat posisi yang strategis di kantor medianya, lalu bisa mwarnai arah pemberitaan.

“Lima tahun terakhir, AJI mendorong untuk lahirnya pemilik media baru dan diversivikasi konten. Kita tak ingin pemberitaan hanya dikontrol 11 penguasaha media di Indonesia dari Jakarta. Kita berharap konten harus semua dari daerah. Orang Medan tidak lagi harus mengonsumsi berita tentang Jakarta,” pungkasnya.

 

Sumber: AnalisaDaily

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *