Apindo : Sulit Tembus Harga Daging 80.000 Per Kg

Harga bahan pangan, khususnya daging disebut akan sulit turun pada bulan Ramadhan dan lebaran Idul Fitri mendatang. Kendati Presiden Joko Widodo menargetkan harga daging sapi dapat menembus harga Rp80.000 per kg di moment tersebut, namun, kalangan pengusaha memandang pesimis target ini.

Ketua Dewan Pimpinan Harian (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Apindo Anton J Supit menyebutkan, harga daging sulit untuk turun di saat permintaan yang melonjak saat Ramadan.

“Kalau permintaan meningkat, harganya ya juga pasti meningkat,” kata Anton.

Kenaikan harga daging, kata dia, akan terjadi seiring dengan naiknya harga kebutuhan pokok lainnya. Penyebabnya adalah tingginya permintaan masyarakat yang tidak diimbangi dengan penambahan stok. Selain itu, masalah distribusi juga masih menjadi kendala yang perlu dihadapi oleh pedagang pasar.

“Kan enggak mungkin pedagang itu beli mahal tapi dia jualnya murah. Pemerintah harus melihat kemampuan pedagang juga yang berharap berkah juga dari penjualan saat bulan Ramadan,” ungkapnya.

Meskipun pemerintah akan melakukan impor daging, lanjutnya, harga daging akan tetap sulit untuk turun. Pasalnya, terdapat faktor psikologis yang disebabkan oleh meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok lainnya seperti beras dan bawang yang secara tidak langsung akan menyeret harga daging untuk dapat naik.

“Demand yang lain itu kan tetap tinggi. Ini berpengaruh juga,” jelasnya.

Sekadar informasi, pemerintah berencana akan melakukan impor daging jelang Ramadan. Impor ini dilakukan bersamaan dengan rencana impor bawang merah. Harga yang ditargetkan pun mencapai Rp80 ribu hingga Rp80 ribu per kg untuk daging dan Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kg untuk bawang.

“Kalau mau mencapai harga segitu pemerintah ya harus siapkan barangnya dari sekarang,” tukasnya.

Sementara Badan PBB Urusan Pertanian dan Pangan (FAO) mengungkapkan terus naiknya indeks harga pangan dunia, yang telah mencetak rekor tertinggi. Kenaikan harga pangan ini salah satunya disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu sehingga mengganggu siklus panen di banyak negara.

Demikian menurut pendapat kalangan pengamat atas naiknya harga pangan dunia. Menurut riset FAO, seperti dikutip harian The Wall Street Journal, indeks harga pangan dunia Januari lalu naik 3,4 persen menjadi 231 poin. Mengutip data dari FAO dan penilaian para pakar, harian The New York Times memaparkan empat faktor penyebab naiknya harga pangan dalam tujuh bulan berturut-turut.

Empat faktor itu adalah cuaca, tingginya permintaan, berkurangnya hasil panen, dan beralihfungsinya lahan tanaman pangan dari tadinya untuk sumber makanan manusia menjadi bahan bioenergi.

 

Sumber: Otonominews

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *