Kenduri Kopi; Ingin menjadi bagian dari kantong kebudayaan di Sumatera Utara

Komunitas pada dasarnya adalah kelompok sosial yang terdiri dari kumpulan orang dengan ketertarikan yang sama. Salah satu komunitas yang berkenaan dengan pengertian diatas adalah Kenduri Kopi. Sebuah komunitas yang menekankan nilai kesenian dan kebudayaan yang hakikatnya banyak dibangun lewat diskusi kecil, workshop panggung dan hal yang berkaitan dengan kreatifitas. Sebelumnya Kenduri Kopi memiliki nama Komunitas Rindu Panggung. Karena anggotanya  memiliki jiwa seni tinggi, namanya kemudian berubah seiring perkembangan zaman.

Kenduri Kopi berasal dari pengertian kenduri itu sendiri yaitu sebuah tradisi berkumpul yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu yang biasanya diselingi dengan doa dan syukuran. Kopi sendiri disandingkan dengan kata kenduri adalah tak lain karena penggiatnya kebanyakan adalah penyuka kopi dan rutin meminum kopi ketika berkumpul.

Komunitas yang tak bisa lepas dari kreativitas ini pada umumnya adalah alumni dari salah satu Teater di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang ingin mengasah kembali jiwa seni yang mereka miliki.

Awalnya Kenduri Kopi memang bergerak dibidang seni musik, teater, puisi dan budaya. Namun, lambat laun berkembang ke arah yang lebih bermanfaat bagi orang lain. Kepedulian sosial Kenduri Kopi ditunjukkan lewat beberapa kegiatan seperti meresmikan rumah baca di Sinabung beberapa waktu lalu untuk mencerdaskan anak bangsa lewat media buku. Juga mendukung segala jenis kegiatan pendidikan kepada para korban musibah letusan Gunung Sinabung yang bertujuan untuk memulihkan suasana hati para korban.

Selain itu, Kenduri Kopi juga menebar manfaat ke beberapa bagian. Salah satunya adalah kepedulian Kenduri Kopi kepada salah seorang anak yang mengidap gangguan kelainan pada bagian kepala yang berlokasi di Pangkalan Brandan, mereka juga melakukan aksi penggalangan dana untuk membantu biaya pengobatan kepada anak tersebut. Nyatanya, sampai sekarang Kenduri Kopi juga masih mengontrol kesehatan dan perkembangan anak tersebut sebagai tanda kepedulian.

Cerita lainnya yang juga mengagumkan adalah Kenduri Kopi selalu menyuarakan kritikan sosial dan moral lewat lantunan lagu. Baik itu di panggung atau pun di pagelaran seni. Tak heran jika komunitas ini dianggap sebagai grup musik padahal tidak hanya itu.

Anggota yang berjiwa seni selalu berusaha menunjukkan kelihaiannya lewat penampilan panggung berupa nyanyian, sastra, musikalisasi puisi maupun drama.  Kenduri Kopi telah mengisi beberapa penampilan seperti hajatan kenduri musikalisasi puisi, performance dalam kegiatan go ahead challenge dan banyak lainnya.

Kerinduan anggota Kenduri Kopi akan budaya dan proses hidup terbukti dari keaktifan mereka pada pagelaran budaya di Medan. Kenduri Kopi terus berupaya membudayakan budaya Indonesia, seperti halnya membudayakan makan dodol  yang berlangsung akhir bulan 2 mendatang. Gelar budaya berlangsung di berbagai pementasan dalam bentuk orasi tanpa kekerasan.

Seperti namanya aktivitas lainnya yang rutin, Kenduri Kopi adakan kendurian selang dua atau tiga bulan sekali di salah satu rumah anggota yang tujuannya menjalin silaturrahmi sesama anggota dan keluarga Kenduri Kopi.

Sejauh ini, Kenduri Kopi pernah mendapat penghargaan sebagai penyaji terfavorit pada festival musikalisasi Puisi Helvy Tiana Rosa beberapa tahun lalu. Tak tanggung-tanggung Kenduri Kopi juga akan menerbitkan antologi puisi dan essai dalam waktu dekat yang keseluruhan isinya adalah tulisan dari anggota Kenduri Kopi. Antologi ini sengaja dibuat sebagai apresiasi kepada pihak-pihak yang selalu mendukung Kenduri Kopi.

Sebagai wadah berkumpul, Kenduri Kopi biasanya melakukan pertemuan di Kedai Teduh Kenduri Kopi yang terletak di Jalan Muchtar Basri Nomor 14 A, Medan. Kedai ini milik salah seorang anggota Kenduri Kopi.

Lagi-lagi dalam membudidayakan budaya, Muhammad Fauzy atau biasa disapa Ozy selaku salah satu owner Kedai Teduh sengaja tidak memasang wifi dikarenakan Ozy sendiri ingin membudayakan rasa saling sapa tanpa tatap mata. Seperti penuturan Ozy, Beliau harus mempertahankan rasa kebersamaan untuk menggalakkan norma sosial menjadi lebih baik.

Hakikatnya sebuah komunitas, selalu ada yang ingin bergabung. Berbeda dengan komunitas pada umumnya, komunitas ini justru tidak ada perekrutan. Hanya siapa yang ingin bergabung dipersilahkan. Tanpa melihat suku, agama maupun budaya. “Kita terbuka untuk siapa aja yang mau gabung,” cerita Ozy.

Sebagai sebuah komunitas yang ingin memberi manfaat, melalui aktifitasnya komunitas ini berharap kedepannya tidak sekedar menjadi apresiasi khasanah dari komunitas-komunitas yang ada, tetapi Kenduri Kopi juga mampu menjadi bagian dari kantong kebudayaan di Sumatera Utara melalui proses panjang. Serta sebagai wadah bagi orang-orang yang tidak akan pernah melunturkan cita-citanya sebagai manusia yang sebenarnya.

Sumber: Cerita Medan

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *