6 Tips Mengendalikan Marah kepada Anak Saat Berpuasa

Saat Ramadhan tiba, tidak bisa dipungkiri bahwa di bulan puasa banyak para Ibu yang curhat tentang emosi marah yang makin menjadi, padahal di bulan ini justru saatnya mengendalikan emosi. “Ya gimana, maklum lagi lapar dan haus, jadi sensi deh, ditambah anak pada ngambek dan tantrum, jadi emosi deh.”

Berikut 6 tips untuk Ibu mengendalikan marah pada Anak saat berpuasa yang ditulis oleh Komunitas Menulis Online Indonesia:

  • Luruskan niat, kuatkan do’a Ibu. Ketika memasuki bulan Ramadhan, tancapkan niat dalam hati, “Ya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, saya niat berpuasa karenaMU, mohon bimbingan MU supaya saya mampu mengendalikan marah, Aamiin. Dengan niat awal yang kuat dan meminta pertolongan Allah, insya Allah dimudahkan Allah.
  • Kenali sebab anak marah yang membuat kita marah, minimalisir penyebabnya. Ibu yang marah kepada Anak, tentu bukan tanpa sebab, biasanya Ibu marah ketika anak tersebut tidak patuh atau melakukan hal yang tidak seharusnya malah melawan ngambek, marah, bahkan tantrum (marah berlebih). Atau anak memiliki keinginan yang tidak bisa atau tidak boleh kita kabulkan, lalu anak marah dan kita pun  ikut marah. Ada 2 cara meminimalisir  penyebabnya, sesuai tahapan usia anak:

– Balita. Makhluk Allah yang menggemaskan ini belum bisa maksimal membedakan mana yang baik dan buruk. Maka Ibu harus menghindari penyebab marah balita. Misal : Balita marah jika tidak ditemani bermain, maka Ibu setelah sahur dan shalat shubuh utamakan selesaikan pekerjaan rumah yang tidak bisa disambi bermain bersama si kecil. Untuk pekerjaan rumah yang bisa disambi bermain bersama si kecil, boleh dikerjakan dengan tetap meminta izin dan memberi pengertian kepadanya. “Adek, Ibu putar mesin cuci sebentar ya.. Adek tunggu ya sambil nyanyi huruf Alif sampai Ya, nanti kita main lagi.” Atau jika memungkinkan ajak si kecil ikut serta, “Adek, Ibu mau keluarin baju dari mesin cuci, adek mau bantu?” tolong simpan di ember, nanti kita dorong embernya sama-sama ke tempat jemuran ya.. 1, 2, 3, go!” Insya Allah si kecil sangat suka bermain menaruh benda dan mendorong sesuatu. Bagaimana jika penyebabnya karena menginginkan sesuatu yang tidak boleh? Jauhkan benda-benda berbahaya dan tidak boleh dimainkan dari jangkauannya, karena bukan kesalahan balita memegang pisau, bukan kesalahannya menumpahkan isi botol kecap ke lantai, tapi Ibu yang salah karena menaruh di tempat yang terjangkau olehnya. Jika sudah terlanjur, minta baik-baik, beri alasan, kemudian alihkan dengan hal yang lebih menyenangkan. “Adek, Ibu pinjam pisau nya ya.. tajam.. Kita buat kereta dari balok aja yuk.” Bagaimana jika terlanjur menangis dan marah? redakan dengan melihat sesuatu diatas dan ajak bicara suatu hal yang disukainya, alihkan dengan berbagai pertanyaan.

– Anak usia anak 5 tahun ke atas sudah mulai bisa diajak membuat kesepakatan. Buat daftar kesepakatan peraturan bermain, hal yang boleh dan tidak boleh beserta alasannya. Buat tanda ceklis untuk kesepakatan yang berhasil dilaksanakan lalu beri hadiah.  Anak usia 5 tahun ke atas sudah bisa diikutsertakan belajar melaksanakan ibadah Ramadhan, sibukkan anak dengan kegiatan ramadhan agar emosi anak stabil, membuat poster sambut ramadhan, membuat rencana kegiatan ibadah ramadhan sesuai usianya, termasuk membuat kesepakatan untuk lebih menjaga adab selama ramadhan. Misal ‘Mematuhi Ibu dan Ayah,’ ‘Mengendalikan marah.’ Jika memungkinkan sibuk anak dengan aktivitas positif seperti pesantren kilat, camp ramadhan dengan program menghafal Qur’an, dll. Bagaimana jika anak tidak mematuhi kesepakatan, menangis dan marah? Sama dengan perlakuan kepada balita, hanya saja untuk usia anak, bisa memberi alasan lebih jelas. “Kakak, jangan main pisau ya, tajam.. kalo kena tangan kakak bisa berdarah sakit loh.” Ingatkan juga kesepakatan untuk mematuhi Ibu Ayah.

  • Perhatikan pola makan dan minum Ibu saat sahur dan berbuka puasa. Ibu wajib makan dengan pola gizi seimbang agar kesehatan terjaga, karbohidrat 50%, protein 30%, lemak 20%.  Jika tubuh sehat maka emosi lebih stabil. Perhatikan pula kadar air yang diminum, minumlah minimal 1 liter sehari, agar tubuh tidak dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan ketidakstabilan emosi. Untuk Ibu yang masih menyusui, makan kudapan ringan di sela-sela menyusui saat malam dapat meningkatkan produktivitas ASI, mencegah bayi rewel sehingga tidak memancing emosi Ibu. Perbanyak buah-buahan dan sayur agar pencernaan lancar, jika pembuangan lancar maka akan terhindar konstipasi yang mempengaruhi mood Ibu. Buah kurma dapat mengobati rasa sedih, sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an bagaimana Maryam ketika sedang susah dan putus asa akan melahirkan Isa, mendapat perintah makan buah kurma. Makanlah 3 buah kurma saat berbuka seperti Rasulullah, sunnah dan sehat emosi.
  •  Jaga kualitas tidur. Ibu mungkin kehilangan kuantitas tidur saat Ramadhan ketika harus menyiapkan makan sahur. Seimbangkan dengan kualitas tidur yang baik. Tidur sebentar dengan kualitas baik, terbukti lebih efektif daripada tidur lama dengan kualitas buruk. Jalankan sunnah sebelum tidur, bersihkan dan kebas kasur, matikan lampu, membaca do’a dan dzikir, miring ke kanan. Terbukti sunnah yang sehat. Qoilulah atau sunnah tidur sejenak sebelum shalat Dhuhur juga terbukti efektif merehatkan pikiran, hati dan otak yang sangat berpengaruh terhadap emosi. Tidak perlu lama, 15 menit Ibu benar-benar tidur sudah cukup.
  • Jaga ketenangan hati Ibu. Mengisi hati dengan dzikir, ayat Al-Qur’an, atau mendengarkan murottal dapat membuat hati lebih tenang dan sabar. Memperbanyak rasa syukur kepada Allah dengan menghitung-hitung nikmat Allah juga membuat hati lebih bahagia sehingga tidak sensitif. Menjaga hubungan baik dengan suami melalui kualitas komunikasi. Menjaga hubungan baik dengan tetangga dan saudara melalui silaturrahim. Selalu berpikiran positif, hindari prasangka buruk. Jangan sampai kita melampiaskan emosi marah kepada anak, padahal hati kita yang sedang keruh karena masalah pribadi.
  • Ketika akhirnya Ibu marah, padamkanlah. Caranya baca ta’awudz ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.’ Tarik napas dalam tatap dengan tenang mata dan wajah anak, insya Allah hati kita luluh. Jika kita dalam posisi berdiri maka duduklah, Jika duduk masih marah maka berbaringlah. Jika berbaring masih marah maka diam. Jika diam masih ada emosi di hati maka berwudhu lah. Itu yang diajarkan Rasulullah.

Tentunya, ke- 6 tips di atas lakukanlah dengan niat ibadah, agar usaha kita belajar mengendalikan marah bernilai pahala di sisi Allah.

Sumber: Komunitas Menulis Online

FOTO DOK. Akun Instagram sabbry_

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *