Komunitas Aku Belajar; “Care and Share For Education”

Apa hal pertama yang terbesit di pikiran kita kalau ngomongin soal pendidikan di Indonesia? Kebanyakan dari kita mungkin akan memikirkan nasib, kualitas, atau sistemnya. Yah, ngomongin soal potret pendidikan Indonesia emang nggak akan ada habisnya ya sobat X, apalagi kalau ditinjau dari sisi negatifnya.

Faktanya masih banyak kendala di lapangan untuk memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia seperti tidak meratanya fasilitas sarana prasarana sekolah yang menunjang pendidikan di daerah terpencil. Permasalahan inilah yang mendorong sebuah komunitas yang diberi nama AKU BELAJAR untuk bergerak menindaklanjuti masalah pendidikan yang terjadi khususnya di daerah Kalbar.

Aku Belajar adalah komunitas yang terdiri dari pemuda-pemudi yang aktif bergerak dalam bidang pendidikan. Komunitas ini benar-benar menunjukkan aksi nyata, bukan sekedar kata. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya upaya dan kegiatan yang sudah terlaksana dalam 4 tahun belakangan. Beberapa diantaranya yaitu mendirikan perpustakaan mini di daerah Parit Sembin, Sungai Lumbung Sambas, TPA Batu Layang dan desa Lumbang di Sambas. Mengajar anak-anak ilmu pendidikan dan pengembangan diri pada 1000 peserta didik di berbagai titik daerah diikuti dengan program yang diberi nama DIMENSI (Duduk Mencari Inspirasi) yaitu sebuah program yang mendatangkan ahli atau narasumber yang berkompeten di bidangnya seperti seniman, pejabat atau tokoh inspirasi untuk sharing pengalaman dan memotivasi anak agar memiliki cita-cita untuk kedepannya.

Tidak hanya itu, komunitas ini juga aktif berpartisipasi dengan komunitas lain mengadakan kunjungan yang bertujuan mensosialisasikan isu pendidikan dan masyarakat setempat. Semua yang dilakukan mempunyai tujuan yang tak lain dan tak bukan adalah untuk berkontribusi dalam memajukan segala aspek khususnya pendidikan agar anak-anak yang berdomisili di daerah terpencil ikut merasakan pendidikan baik itu pelajaran formal maupun pendidikan yang bersifat pengembangan diri.

Sebelum menjadi sebuah komunitas, semula ini hanyalah gerakan dari club bahasa inggris, “Youth Action” yang mencetuskan sebuah gagasan yang diberi nama “One Book One Thousand Smile” pada tahun 2011. Awalnya club ini hanya mendonasikan beberapa buku untuk anak-anak di daerah terpencil. Merasa tidak  puas, kegiatan mulia tersebut diiringi dengan proses mengajar secara gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun. Pada tahun 2012 kegiatan ini menjadi booming di sosmed dan mengundang volunteer-volunteer baru ikut serta sampai pada akhirnya terbentuklah komunitas yang diberi nama Aku Belajar disahkan dengan notaris pada tanggal 17 Januari 2013.

Komunitas ini mulanya terdiri dari 11 orang yang sekarang menjadi pengurus inti, terdiri dari Mia Pratiwi (ketua), Dessi Ferianti (sekretaris), Susi Novianti (bendahara), Elisa Yuzar, Dwi, dan M. Maulidin (divisi program), divisi humas dan fun raising: Sony Rahmadhani, Tati Hartanti dan Nina Niken, terakhir ada divisi publikasi yaitu Rio Riandani dan Jatu Rahmawati. Uniknya semua yang tergabung dalam komunitas ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda lho sobat! Komunitas ini tidak memandang latar belakang seseorang, semuanya sepakat bagi siapa saja yang merasa pemuda dan ingin berkontribusi lebih dalam bidang pendidikan baik mahasiswa, pelajar, bahkan yang sudah bekerja boleh join dalam komunitas yang sudah berdiri sejak tahun 2013 ini. Tak heran jumlah anggotanya kini semakin bertambah dari waktu ke waktu.

Bagi kalian yang mungkin hatinya ikut tergerak ingin berkontribusi lebih untuk pendidikan di daerah kita tercinta, ayo gabung dan bisa jadi volunteer. Kepoin aja sosmednya di Aku Belajar (fanpage fb), akubelajarID (twitter), dan akubelajar_id (instagram). Open requitment-nya setiap tahun kok! Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita yang bertindak siapa lagi? Sedikit tindakan positif yang kamu lakuin bakal bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan lho!

Sumber: Pontianak Post

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *