Kembali Terdampar, Nasib Lumba-lumba Ini Tidak Terselamatkan

Satu individu lumba-lumba gigi kasar (Rough Toothed Dolphin) yang sebelumnya terdampar di pantai Nambangan, Kenjeran, Surabaya, dan telah dilepas ke perairan Senin sore, kembali ditemukan di antara mangrove di pantai Timur Surabaya, Kamis (26/05/2016) siang. Namun, kondisinya kali ini telah membujur kaku.

Menurut Maftuhin, pengawas perikanan dari Dinas Pertanian Pemerintah Kota Surabaya, seorang nelayan yang menemukan lumba-lumba tersebut mati, saat ke pantai usai melaut. Nelayan tersebut yang kemudian melaporkan kepadanya sebagai pengawasas perikanan. “Kami hubungi BKSDA dan pihak terkait setelah menerima laporan tersebut. Memang benar, lumba-lumba itu yang kita release Senin (23/05/2016) lalu,” kata Maftuhin kepada Mongabay.

Aktivis Jakarta Animal Aid Network, Amang Raga mengungkapkan, penyakit morbili virus dan pox virus yang diderita lumba-lumba tersebut diduga menjadi penyebab kematiannya. Pox virus yang menyebabkan daya tahan tubuh lumba-lumba berkurang hingga berujung maut.

“Sebagaimana prediksi saya sebelumnya, virus merenggut nyawa lumba-lumba malang tersebut.”

Keputusan melepasliarkan lumba-lumba ke laut lepas, kata Amang, sudah tepat berdasarkan pertimbangan berbagai aspek. “Kalau kami, inginnya di-treatment dulu dengan membuat kolam di habitatnya, di laut. Tapi, untuk mengobati pox virus memang susah dan kita tidak punya dokter ahli di bidangnya,” papar Amang.

Negara terdekat yang memiliki dokter dan laboratorium penanganan pox virus adalah Australia dan Filipina. Untuk penanganan morbili virus, Indonesia mampu melakukannya. “Kondisi lumba-lumba makin parah dengan kualitas air yang tercemar di wilayah yang dilaluinya di Selat Madura.”

Menurut Amang, dari pantauan dan uji yang dilakukan, air laut di Selat Madura tercemar akibat ceceran minyak kapal dan limbah rumah tangga. “Kita tidak tahu asal lumba-lumba tersebut, karena tidak menemukannya dalam kelompok terdekat di pantai Kenjeran. Paling dekat perairan Situbondo dan Probolinggo yang juga sudah tercemar.”

Menurut Amang, mamalia laut penting sebagai indikator alami apakah laut itu bersih atau tidak. Ketika ada habitat mamalia laut di situ, berarti lautnya bersih. “Sebaliknya, ketika jarang dijumpai, berarti lautnya tercemar,” ungkapnya.

Kualitas air

Koordinator Komunitas Nol Sampah, Hermawan Some tidak menampik bila kondisi air di sungai Surabaya maupun perairan Kenjeran memang tercemar. Beberapa peristiwa kematian ikan, munculnya semacam busa detergen di sekitar muara Sungai Surabaya dekat pintu air Wonorejo beberapa waktu lalu, menjadi indikasi kuat tingginya pencemaran.

“Sampah yang ke laut, 80 persen berasal dari darat yang terbawa air dan sebagian besar plastik. Belum lagi limbah cair industri yang dibuang ke sungai dan sampai ke laut.”

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi, saat dikonfirmasi membenarkan kondisi perairan Kenjeran yang tercemar. Limbah domestik menjadi penyumbang utama. “Secara umum, kondisi sungai di Surabaya memang tercemar ringan oleh limbah domestik. Di pantai Kenjeran juga demikian, tapi setahu saya tidak ada limbah minyak.”

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya, telah melakukan uji periodik, baik untuk badan air sungai maupun perairan pantai enam bulan sekali. Musdiq mengakui, untuk kandungan BOD, COD dan TSS di perairan itu memang melebihi baku mutu. “Kondisi ini memang terjadi, terutama di Kali Surabaya yang sejak di hulu sudah tercemar.”

Amang meminta Pemerintah Kota Surabaya, BKSDA, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, melakukan juga uji laboratorium ikan konsumsi yang ditangkap nelayan di perairan Kenjeran atau Selat Madura. Tujuannya, agar ikan tersebut dapat dipastikan layak konsumsi. “Ini penting untuk diketahui, jangan sampai kadar timbalnya di ambang batas.”

Kamis sore, lumba-lumba yang panjangnya 2,5 m dengan berat 1 kuintal itu, dikubur di sekitar kawasan mangrove pantai Kenjeran yang sebelumnya dilakukan pengambilan sampel virus untuk penelitian lebih lanjut.

Sumber: Mongabay

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *