Kain batik terlihat sedang tren secara nasional. Namun, nyatanya tidak banyak mengetahui bahwa terjadi krisis regenerasi yang signifikan bagi keberlangsungan batik. Problematika sosial tersebut banyak ditemukan oleh Gelar dan Komunitas Batik Budaya Jawa. Ditemukannya saat Cultural Trip dengan tema Tamasya Batik ke titik-titik batik khususnya Jawa.
Hal ini tentunya menjadi sorotan bagi komunitas pecinta batik yang akhirnya menamakan diri sebagai Komunitas Batik Budaya Jawa. Mulai dari kecintaan terhadap batik, hingga ingin turut berpartisipasi untuk menjaga dan melestarikan batik.
Berangkat dari sinilah, Gelar dan Komunitas Batik Budaya Jawa tergerak untuk membuat acara ‘kumpul-kumpul santai’. Sebagai bentuk inisiasi untuk menjaga dan memperkenalkan keragaman batik nusantara, menggagas acara “Kisah Goresan Canting Pesisir Utara”.
Acara yang didukung oleh Yayasan Bina Museum ini merupakan rangkaian acara Weekend@TheMuseum yang diselenggarakan di Museum Nasional.
“Tujuannya, untuk membahas sekaligus memperkenalkan keragaman batik di Indonesia, khususnya daerah pesisir utara Jawa,” ujar Founder Gelar Nusantara Kumoratih Kushardjanto dalam acara “Kisah Goresan Canting Pesisir Utara” di Museum Nasional Jakarta
Apalagi, Komunitas Batik Budaya Jawa Koesdorotanti Koesnoen menambahkan, komunitasnya terbentuk dari para penggemar batik yang sering kumpul-kumpul untuk praktek mbatik. Akhirnya, timbul kesadaran untuk belajar lebih dalam lagi. “Misalnya, belajar ragam teknik hias batik dari daerah-daerah tertentu hingga trip ke titik-titik batik,” sambungnya.
Acara ini dihadiri oleh para pengrajin batik dari Jakarta (Betawi), Indramayu, Cirebon, Tegal, Brebes, Pekalongan, Juwana, Lasem, dan Gresik. Acara ini dilengkapi dengan bincang santai, workshop membatik dengan teknik colet’ oleh komunitas Batik Budaya Jawa. Serta demonstrasi batik dengan canting dan teknik ‘complongan’ khas Indramayu.
Dengan diadakannya acara ini, diharapkan para partisipan dapat menyadari betapa berharganya budaya batik Indonesia sehingga perlu dijaga kelestariannya. Terutama, ketika dihadapi dengan berbagai problematika sosial yang terjadi di tengah para pengrajin batik.
“Semoga acara ini dapat menginspirasi dan menjadi perhatian bagi masyarakat,” tutup Kumoratih.
Sumber: Jawa Pos