Christopher Emil: Sebar “Virus” Gaya Hidup Sehat Lewat Makanan Organik

Karena ia dan anggota keluarganya mengonsumsi makanan organik, ia mengaku tak pernah lagi berbelanja kebutuhan sehari-hari di supermarket. Semua kebutuhannya itu ia dapatkan dari produsen makanan organik lokal secara langsung.

“Ke supermarket paling hanya untuk beli perabot, seperti ember,” ucapnya sambil tertawa.

Pria ini adalah Christopher Emile Jayanata, pendiri Komunitas Organik Indonesia (KOI). Komunitas ini ia dirikan bersama 5 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kenalannya, berdasar pada kekhawatirannya soal makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya atau racun. Komunitas ini juga dibentuk berdasar kesadarannya akan gaya hidup sehat.

“Saya kala itu mulai sadar untuk hidup sehat. Kemudian saya kumpulkan lima orang teman yang punya UMKM, kemudian kami sepakat untuk mendirikan komunitas,” ujarnya.

Diawali Kesadaran dan Kekhawatiran

Komunitas organik yang didirikannya pada 2007 ini tak hanya fokus pada produk pangan sehat dan organik, tapi juga pada pemberdayaan UMKM atau produsen lokal, serta gaya hidup hijau dan ramah lingkungan. Hal itu tercermin dari sederetan kegiatan yang rutin dilakukan komunitas ini, mulai dari bazaar makanan sehat, festival tahunan, lokakarya produk ramah lingkungan, dan edukasi gaya hidup sehat, yang semuanya melibatkan produsen-produsen kecil-menengah dan juga masyarakat luas.

Awalnya komunitas ini bergerak dan bersuara melalui media sosial mainstream, dari situ mereka mulai terhubung dengan orang-orang yang punya kepedulian sama. Komunitas ini juga mulai terhubung dengan para produsen makanan sehat dan organik di beberapa daerah di Indonesia. Semakin meluas, pada tahun 2009, sebuah perusahaan media swasta  memfasilitasi sebuah website dan menjadikan Komunitas Organik Indonesia sebagai organisasi yang lebih kokoh.

Tantangan Ubah Gaya Hidup Masyarakat

Diakui betul oleh pria kelahiran Bogor ini, pembentukan dan pengembangan komunitas ini tak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi menyangkut soal mengubah gaya hidup atau kebiasaan masyarakat Indonesia. Ditambah lagi stigma yang masih sulit dijauhkan dari masyarakat soal makanan atau produk organik yang ‘mahal’. Padahal kata Emil, tak semua makanan organik itu mahal.

“Inilah tantangan untuk kami sekarang. Kata mahal itu yang bikin orang enggan untuk mengonsumsi bahan makanan organik. Padahal nggak mahal kok! Coba lihat sekeliling kita, banyak produsen makanan sehat yang tak mematok harga tinggi, lho!” jelasnya lewat pembicaraan telepon.

Tantangan lain yang dihadapi Emile dan kawan-kawan adalah para perusahaan raksasa yang telah lama bercokol di negara ini, seperti perusahaan makanan cepat saji.

“Produk makanan mereka ini masih sangat lekat dan disukai oleh masyarakat. Pemerintah juga jadi tantangan yang cukup besar bagi KOI,” jujur Emile.

Diceritakan oleh pria yang pernah mengambil studi arsitektur di Universitas Parahyangan ini, usaha pemerintah juga belum banyak terlihat dan terdengar untuk mendorong masyarakat konsumsi makanan sehat.

“Pemerintah pernah mengeluarkan wacana ‘Indonesia Go Organik’, tapi seiring berjalannya waktu hal tersebut hnya sebatas wacana yang terlupakan begitu saja. Buntutnya, acara yang sudah kami persiapkan terkait hal itu juga ikut gagal terlaksana,” ungkap Emile kecewa.

Namun ia optimis. Untuk sebuah perubahahan, ia paham betul bahwa ada proses yang harus ditempuh, pelan tapi pasti. Proses itu telah ia lakukan bersama ribuan anggota komunitasnya dengan cara turun langsung ke masyarakat, memberikan sosialisasi dan edukasi.

Komunitas dan Gerakan Berkembang

Sembilan tahun berjalan, komunitas di bawah naungannya ini telah berhasil menghimpun ribuan anggota yang terdiri dari produsen produk sehat lokal dan konsumen di berbagai daerah. Bahkan dikatakan Emile, sejak bergabung dengan Komunitas Organik Indonesia, usaha para produsen kecil dan menengah ini semakin berkembang dan beragam produknya. Para konsumen yang tergabung komunitas ini juga membuat komunitasnya sendiri, ‘Komunitas Selaras Alam’.

“Konsumen komunitas kami bahkan bikin komunitas baru. Mereka juga aktif ikut kegiatan yang diselenggarakan KOI, mulai dari mengisi acara talkshow, penampilan dan lainnya,” tambahnya.

Berkat gencarnya kegiatan dan kampanye yang dilakukan, Emile mulai melihat masyarakat berangsur-angsur sadar akan kesehatan yang dipengaruhi oleh gaya hidupnya. Katanya, “banyak tuh orang-orang yang mulai capek kena penyakit ini itu, makanya mereka mulai merubah gaya hidupnya.”

Selain sibuk mengurus KOI, Emile juga mengurus bisnis peternakan ayam organik dan aktif jadi pembicara di berbagai forum dan acara televisi. Ia sering diundang untuk mensosialisasikan gaya hidup sehat yang mudah diterapkan sehari-hari, mulai dari mengonsumi makanan sehat, olahraga, dan  istirahat yang cukup.

“Saya ingin kelak seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses yang mudah untuk memperoleh produk-produk makanan sehat yang berkualitas. Nggak mesti organik, tapi bahan makanan sehat dengan kualitas yang bagus itu banyak di sekitar kita. Semoga KOI bisa menjadi jembatan untuk mempertemukan para produsen bahan berkualitas dengan para konsumen,” tutupnya.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *