IBI: 3 Faktor Utama Tingginya Kematian Ibu Melahirkan

Masih tingginya angka kasus kematian ibu melahirkan di Kabupaten Bulungan, menjadi perhatian serius Ikatan Bidan Indonesia(IBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Menurutnya, untuk menekan angka kasus tersebut, perlu perhatian semua pihak, baik dari tingkat Rukun Tetangga (RT) hingga level provinsi. Hj Rahmi FadlilahKetuaIBI Provinsi Kaltara, menyikapi masih tingginya angka kematian ibu melahirkan di Bulungan. Menekankan pada pengurus IBI Kabupaten Bulungan, agar dapat melakukan kordinasi lintas sektoral menindaklanjuti hal tersebut.

“Harapan saya pengurus IBI Bulungan dapat melakukan kordinasi lintas sektor menyikapi hal ini,”ungkapnya, belum lama ini. Demi mewujudkan visi, bidan profesional berstandar global, para bidan di Kaltara didorong meningkatkan kompetensinya. Terutama updating ilmu pengetahuan, keterampilan termasuk pegabdian dan pembinaan masyarakat. “Peran bidan, tidak hanya sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, tapi juga sebagai pemberdayaan masyarakat terutama ibu hamil,”ujarnya.

Untuk Kaltara, saat ini sedikitnya ada 750 orang bidan, idealnya sebuah bidan di sebuah provinsi dihitung berdasarkan jumlah penduduk. Dengan topografi Kaltara merupakan wilayah kepulauan, dengan sebaran penduduk tidak merata sehingga sulit mengetahui secara rill jumlah penduduk yang ada. “Jadi sebenarnya kita tidak mengetahui secara pasti statistiknya (jumlah penduduk rill) tapi minimal saat ini dalam satu desa ada satu bidan,”terangnya.

Yang menjadi kesulitan pemerintah saat ini adalah, pemerataan jumlah bidan di Kaltara, terutama diwilayah terpencil. Saat ini banyak bidan masih bertumpuk di satu tempat, disisi lain banyak desa yang kekurangan bidan. “Mungkin dalam tanda kutip relatif cukup untuk saat ini di upayakan dulu satu desa satu bidan,”terangnya. Terkait bidan yang tak mau ditempatkan diwilayah terpencil, Hj Rahmi mengaku, hal tersebut sebuah tantangan bagi pemerintah dan organisasi profesi, untuk memaksimalkan peran bidan.

“Saya juga ngomong, jika ingin menempatkan Bidan disuatu daerah, saya minta pada pemerintah. Untuk mencukupi, melengkapi, fasilitas, sarana dan prasarana termasuk perlindungan bagi mereka, dari segi keamananya, saya inginkan seperti itu,”urainya. Hal tersebut dimaksudkan agar bidan lebih merasa aman dan tenang dalam bertugas. Dalam hal ini IBI juga konsen terhadap upaya penekanan angka kasus kematian terhadap ibu melahirkan dan anak.

Diakuinya, saat ini angka kematian ibu melahirkan di Bulungan masih relative tinggi jika dibandingkan dengan angka kasus secara nasional. Tahun 2014 saja sedikitnya ada 7 kasus ibu meninggal karena melahirkan, tahun 2015 sekitar 2 kasus, tahun 2016 hingga bulan Juni baru ditemukan 1 kasus. “Jika diproporsikan dengan jumlah perseratus ribu kelahiran masih cukup tinggi, di atas angka nasional dan itu pekerjaan rumah (PR) kita bersama. Dalam hal ini organisasi profesi juga bekerjasama dengan Dinkes (Dinas Kesehatan) dalam upaya pembinaan para bidan,”tuturnya.

Pihaknya berharap adanya saling koordinasi semua pihak menyikapi hal ini, karena kematian ibu dan anak bukan semata peran bidan. Artinya masyarakat pemerintah, penguasa wilayah dari tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan hingga ke level kabupaten dan provinsi harus ikut peduli masalah ini. “Dalam kegiatan bersama pemerintah selalu kita bicarakan masalah ini, memang harus ada komitmen dan kerjasama seluruh pihak,”ulasnya.

Dicontohkan, ketika ada ibu hamil dengan resiko tinggi tidak mau dirujuk ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau rumah sakit, dengan berbagai alasan. Peran bidan disini, harus segera berkordinasi dengan aparat setempat baik RT, RW maupun lurah, jika ada masyarakat hamil dengan resiko tinggi tidak mau dirujuk. “Jadi sekarang peran bidan selain pelayanan kebidanan, juga pemberdayaan dan kordinasi. Karena angka penyebab utama (tingginya kematian ibu melahirkan, Red) masih didominasi pada tiga trias, perdarahan, infeksi, preeklamsia (keracunan kehamilan) dan kejang saat kehamilan,”jelasnya.

Ditambahkan, Hj Rahmi Fadlilah penyebab trias salah satu faktor keterlambatan dalam mendiagnosa hingga lambat dalam mengambil keputusan untuk merujuk. “Banyak faktor di dalamnya, keterlambatan penanganan, mungkin saat dirujuk ibu bisa ditangani, karena keterlambatan penanganan bisa menjadi faktor kematian ibu melahirkan. Masalah ini memang perlu kajian lebih lanjut kenapa tiga trias ini terus berlanjut,”pungkasnya.

Sumber: ProKal

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa liputan acara komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *