Hobi menonton film membawa langkahnya ke ibu kota. Dengan tekad bulat, pada tahun 2006 pria ini meninggalkan kampung halamannya, Padang, Sumatera Barat. Kala itu tepat setelah ia selesai menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Salah satu tujuannya merantau saat itu adalah untuk menonton film-film terbaru yang tak bisa ia akses di tanah kelahirannya.
“Di sana masih ketinggalan kalau soal film, bahkan sampai sekarang. Aku ingat betul momen saat bertolak ke Jakarta, sesampainya di sini aku langsung menonton film di bioskop. Film itu judulnya ‘Jomblo’, karya Hanung Bramantyo,” ujarnya seraya tertawa kecil.
Ia Adalah Zul Guci, salah satu pendiri Komunitas Penggila Film. Komunitas ini awalnya dibentuk melalui obrolan di sebuah forum majalah online. Dari situ Zul kemudian mengenal banyak orang yang punya kesamaan hobi dengannya. Dan pada tahun 2010, bersama teman-teman tersebut, Zul mengatur pertemuan untuk membentuk sebuah wadah sendiri yang diberi nama Komunitas Penggila Film.
“Sejuta” Aktivitas di Bidang Perfilaman
Komunitas besutannya ini rutin menggelar kegiatan nonton bareng dan diskusi. Tahun ini adalah tahun yang berbeda. Dikatakan Zul, komunitasnya menentukan tema tontonan film serial sebagai agenda tahun ini. Kegiatan nonton bareng ini digelar setiap hari Senin di sebuah kafe di bilangan Jakarta.
“Kami nonton bareng serial ‘Game of Thrones’ yang episode barunya tayang setiap Senin. Pemilik kafe tersebut memberi izin pada kami untuk menggunakan tempatnya untuk dijadikan tempat ngumpul dan nonton bareng,” ujar pria yang kini sibuk menjadi freelancer ini.
Komunitas Penggila Film juga sering digaet rumah produksi film untuk menggelar pemutaran film yang akan rilis perdana. Mereka sering diminta jadi media atau corong promosi sebuah film atau yang lebih populer dengan sebutan buzzer. Zul dan kawan-kawan juga memiliki aktivitas membuat film pendek.
“Hingga saat ini sudah ada 3 judul film pendek yang dibuat. Tema film yang diangkat biasanya drama, mengikuti ketersediaan dana yang kami miliki. Nggak cuma film pendek, komunitas kami juga membuat filler atau materi singkat televisi yang biasanya berisi informasi atau iklan, bayarannya untuk menambah biaya penggarapan film kami yang ke-4,” jujurnya.
Sebagai penggagas komunitas ini, ia juga sering diundang ke forum-forum diskusi film dan pemutaran perdana sebuah film. Dari situ ia kemudian menuliskan review atau ulasannya dalam website. Tak hanya film-film populer Box Office, Zul juga sering menghadiri pemutaran film-film alternatif yang tak tayang di bioskop besar melainkan di micro cinema dan kedutaan-kedutaan besar luar negeri di Indonesia.
Pantang Menyerah Ajak Masyarakat untuk Nonton Film Lokal
Dalam perjalanan bersama komunitasnya, ia mengaku tak ada kendala yang berarti. Namun kata Zul, ada satu cerita menarik tentang anggota komunitasnya setiap kali diajak menonton film Indonesia di bioskop.
“Biasanya akan terjadi penolakan dan negosiasi alot setiap kali aku menyarankan untuk menyaksikan film Indonesia. Mengapa demikian? Karena mereka berpikir, toh sebentar lagi film itu juga pasti tayang di televisi,” ujar Zul.
Untuk menyikapinya, Zul tak pantang menyerah. Ia terus mengajak anggota komunitasnya ini untuk membuang jauh-jauh stigma negatif tersebut, salah satu cara adalah dengan gencar mengajak mereka menonton film Indonesia di bioskop di kala kegiatan nobar rutin.
Zul menambahkan, “Jangan berpikiran negatif dulu sebelum nonton film Indonesia. Banyak kok yang kualitasnya ternyata bagus setelah ditonton dan ditelusuri.”
Miliki Sudut Pandang Baru dengan Berkomunitas
Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama Komunitas Penggila Film selama enam tahun belakangan, ia mengaku mendapat banyak sudut pandang baru mengenai dunia perfilman. Wawasannya bertambah luas karena ia sering bertukar pikiran dengan banyak orang, mulai dari ahli hingga penikmat film sepertinya. Tak hanya itu, pintu kesempatan pekerjaan baginya juga makin luas karena ia mengenal banyak orang dari kegiatannya.
Selanjutnya, pria ini berharap komunitasnya akan semakin aktif dan bergema di beberapa daerah lainnya di Indonesia, selain Jakarta dan Manado. Lewat Komunitas Penggila Film ia juga ingin terus menebarkan budaya menonton film di bioskop dan menonton karya-karya anak bangsa. Tak hanya itu, ia juga berharap masyarakat Indonesia untuk tak lagi membeli dan menonton film bajakan.
Satu lagi, dalam pembicaraan lewat telepon malam itu Zul turut menyelipkan secercah harap kepada film yang sedang digarapnya, “Aku ingin film yang sedang kami kerjakan ini bisa tembus festival film nasional dan internasional.”