Pada bulan puasa seharusnya konsumsi masyarakat terutama makanan mengalami penurunan. Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu karena tingkat konsumsi masyarakat pada bulan puasa justru meningkat 20-30 persen dibanding hari biasa.
Ini diungkapkan Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Jawa Barat Netty Prasetiyani, di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (24/6). Netty mengatakan, berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), saat bulan puasa seperti ini terdapat peningkatan konsumsi masyarakat sekitar 20 hingga 30 persen dibandingkan dengan bulan-bulan biasa.
Menurut Netty, adanya peningkatan konsumsi ini diketahui saat Aprindo melakukan fast moving terhadap kebutuhan pokok masyarakat. Hasilnya, saat bulan puasa masyarakat menyetok makanan dan minuman di rumah dalam jumlah yang besar.
“Seperti sirup bisa berkarton-karton,” katanya. Netty menilai, terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan signifikan pada konsumsi masyarakat saat bulan puasa.
Pada waktu itu, katanya, masyarakat mengedepankan aspek soliditas dan komoditas. “Sehingga warga banyak yang mengundang orang untuk berbuka puasa bersama, mengundang anak yatim piatu atau bahkan mengundang masyarakat untuk sahur bersama. Saat buka puasa bersama, biasanya disajikan berbagai macam makanan dan minuman,” kata Netty.
Faktor kedua, lanjutnya, adanya daya tarik lebaran saat Bulan Suci Ramadhan sehingga warga sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut Idul Fitri. Kebutuhannya sudah dipenuhi walaupun bulan puasa belum selesai.
“Faktor ketiga adalah karena bulan puasa ini bulan spirit bagi umat muslim untuk saling berbagi dan membangun kepedulian,” katanya. Oleh karena itu, Netty mengapresiasi Bazar Ramadhan di Halaman Gedung Sate, pada Rabu dan Kamis kemarin.
Dalam Bazar Ramadhan tersebut dijual berbagai kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang jauh lebih murah. Sementara itu, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengajak masyarakat untuk mengganti konsumsi daging sapi dengan daging lainnya seperti ayam, kambing, dan ikan.
Ini sebagai solusi untuk menyikapi tingginya harga daging sapi. Seperti diketahui, saat ini harga komoditas daging sapi di pasaran tergolong mahal. “Di antara komunitas pangan yang cukup bergejolak adalah daging sapi,” katanya.
Heryawan menjelaskan, masyarakat sebenarnya tidak perlu khawatir karena daging sapi merupakan barang elastis. Keberadaannya bisa digantikan oleh yang lain seperti daging ayam, ikan, atau kambing.
“Artinya bisa disubtitusi dengan daging ayam, kambing atau bahkan ikan,” kata Heryawan. Gubernur dua periode inipun mengajak masyarakat untuk menyebarluaskan informasi ini agar masyarakat mengganti konsumsi daging sapi dengan daging ayam, kambing, atau ikan selama bulan puasa ini.
“Kandungan protein pada ikan juga tak kalah dari daging sapi atau kambing. Selain itu ikan juga rasanya tak kalah lezat,” pungkasnya.
Sumber: PojokJabar.com