HARI RIMAWAN: MEMBENTUK KOMUNITAS KARENA PERNAH MERASA KECEWA

Tak perlu kamera super canggih dan mahal untuk menghasilkan foto berkualitas bagus yang memanjakan mata. Kamera ponsel pun kini bisa dimanfaatkan jadi alat untuk menekuni kegiatan fotografi. Apalagi sekarang banyak bermunculan komunitas fotografi ponsel, yang menawarkan diri sebagai perkumpulan dan wadah belajar fotografi. Seperti salah satunya komunitas Mata Ponsel, yang didirikan Hari Rimawan.

Selain kecintaannya terhadap dunia fotografi, ia juga mendirikan komunitas atas kekecewaannya terhadap komunitas fotografi yang diikuti sebelumnya. Ia mengaku, komunitas yang diikutinya waktu itu tak terlalu aktif berkegiatan dan tak banyak memiliki variasi kegiatan, sehingga ia merasa tak bisa berkembang. Dan dari situ ia berpikir untuk mendirikan komunitas foto ponsel yang berbeda, kala itu tepatnya tahun 2014 ia mendirikan Komunitas Mata Ponsel.

“Saya ingin membuat komunitas foto khususnya di Instagram yang punya konsep unik dan beda dengan komunitas lainnya yang ada. Aktivitasnya tak terpaku pada kegiatan offline saja, tapi online juga, lewat grup media sosial yang dibentuk seorang admin, ” jelas Hari.

Untuk kegiatan offline, komunitas ini memiliki kegiatan seperti pameran foto, hunting foto, kegiatan foto bersama lainnya, hingga bakti sosial. Sementara itu untuk kegiatan online, komunitas ini rutin mengadakan kegiatan interaktif dalam ruang diskusi media sosial seperti workshop teknik fotografi, berbagi lokasi foto, informasi acara, hingga permainan.

Tantangan pendirian komunitas yang sudah menggaet ribuan anggota ini diakui Hari, letaknya ada di manajemen komunitas. Setelah dua tahun berjalan ada beberapa komunitas di daerah yang kelihatan tak aktif berkegiatan. Melihat hal ini Hari tak diam begitu saja.

“Untuk menyikapi komunitas yang kegiatannya mulai stuck, perlahan tapi pasti saya akan mengajak para moderator dan administrator bergerak lagi mengadakan kegiatan offline maupun online. Tujuannya agar komunitas ini tak berubah menjadi komunitas yang dulu pernah mengecewakan saya,” ujar alumnus AKPRIND Yogyakarta ini.

Tantangan juga datang dari bagian perekrutan member komunitas baru. Dikatakan Hari bahwa perekrutan member baru ini kadang sulit dilakukan, mengingat mereka pernah tergabung dalam komunitas foto lainnya.

“Kami kadang sulit memperkenalkan komunitas kami, termasuk kepada member yang sebelumnya sudah pernah atau masih menjadi member di sebuah atau beberapa komunitas foto khususnya yang sama-sama berbasis foto ponsel,” jujurnya.

Untuk menyikapinya, Hari menjelaskan, komunitasnya membentuk beberapa administrator dan moderator yang gunanya untuk memberikan penjelasan tentang konsep komunitas buesutannya ini.

Hingga saat ini dirinya masih aktif berperan sebagai public relations komunitas, yang tugasnya menangani proyek dan kerja sama, hingga pembentukan tim untuk proyek. Awalnya ia mengaku agak sulit membagi waktunya dengan pekerjaannya sebagai IT Support di sebuah perusahaan swasta, namun sekarang tidak lagi, karena ia sudah mendapat bantuan dari para administrator dan moderator komunitasnya.

Pria kelahiran Yogyakarta ini juga mengaku, pengetahuannya bertambah soal fotografi setelah membangun komunitas ini. Hal itu ia dapat karena sering mengobrol, bertukar ide dan teknik foto bersama para anggotanya, baik secara online maupun offline. Dari situ juga  ia jadi punya banyak teman di beberapa daerah di Indonesia.

Hingga saat ini komunitas Mata Ponsel telah memiliki beberapa cabang komunitas di berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Aceh, Medan, Bekasi, Bali, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Kalimantan Timur hingga Makassar.

Hari berharap komunitas ini bisa terus aktif berkegiatan, semakin dikenal dan berguna untuk banyak orang.

“Kami juga ingin mempromosikan keindahan Indonesia lewat media foto, sekaligus buka jasa ‘open trip’ untuk memandu siapa saja yang ingin berkeliling melihat keindahan Indonesia,” tutupnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *