Komunitas Tangan Di Atas; Komunitas Wirausaha Terbesar Di Indonesia

Komunitas Tangan Di Atas (TDA) adalah komunitas wirausahawan dan orang-orang yang berniat menjadi wirausahawan. Anggotanya terdiri atas pegawai, pegawai yang juga wirausahawan, serta wirausahawan total. Komunitas ini terbentuk atas niat baik Roni Yuzirman yang berbagi pengalaman jatuh bangun dalam berbisnis pakaian. Ia sempat diusir dari kiosnya di Tanahabang Jakarta karena persaingan bisnis. Bertumpuk-tumpuk pakaian disimpan di garasi tanpa tahu bagaimana memasarkannya.

Saat itu, Maret 2004, belum marak bisnis online. Namun Roni melihat bahwa internet merupakan satu-satunya jalan keluar bagi kebuntuannya dalam memasarkan pakaian yang ada di garasi. Ia pun berjualan melali web dan tak disangka, mulai meraih keuntungan. “Ternyata, melalui cara itu usaha saya bangkit kembali,” katanya.

Dari bisnis onlinenya itu ternyata Roni memperoleh manfaat lain: punya waktu berkualitas dengan keluarganya. Merasa memperoleh sesuatu yang berharga, Roni pun tergerak berbagi kiat bisnisnya melalui blog. Cerita kebangkrutan, lalu kebangkitan bisnisnya dicurahkan di dalam blog itu. Tak disangka, blog-nya menarik banyak peminat.

Roni tersadar. Pengusaha UKM seperti dirinya membutuhkan teman untuk berbagi. Kisah-kisah di blog-nya dapat menyemangati hari-hari mereka yang pernah jatuh bangun. Ia tidak ingin mereka sendirian seperti pengalamannya waktu jatuh dulu. Dengan semangat itu Roni semakin rajin memperbarui isi blognya.

Hanya beberapa bulan setelah Roni berbagi cerita di dunia maya, para pembaca setia blognya ingin menjalin hubungan lebih dekat melalui pertemuan offline. Istilahnya kopi darat. Roni setuju dan sepakat menggelar pertemuan di RM Sederhana Rawamangun, Jakarta, 12 Januari 2006. Di pertemuan itu Roni meminta Nuzli Arismal, seniornya dalam berbisnis yang biasa dipanggil Haji Ali atau Haji Alay, untuk menjadi pembicara. Nuzli merupakan pebisnis yang dikenal dermawan dengan memberdayakan para pedagang kecil.

Pada pertemuan itu Haji Alay mengungkapkan satu konsep yang akhirnya menjadi filosofi utama dari komunitas ini. Konsep itu bersumber dari perkataan Nabi Muhammad SAW, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Penafsirannya kemudian dikembangkan lagi oleh Haji Alay. Tangan di atas adalah mereka yang memiliki usaha sendiri, sedangkan tangan yang di bawah adalah mereka yang masih bekerja untuk orang lain.

“Orang yang berpendapatan Rp 5 ribu dengan berdagang, itu tangan di atas. Pekerja, walaupun gajinya Rp 20 juta, itu tetap tangan di bawah. Konsep itu sangat mengguncangkan kami,” kata Roni.

Dari kopi darat itu lahirlah milis yang diberi nama “Tangan Di Atas”. Dari 40 orang anggota tahun 2007, kini anggota milis mencapai sekitar 5.000 orang. Milis ini berkembang menjadi portal TDA yang sampai saat ini mengumpulkan 20.000 orang sebagai anggotanya.

Sumber; Intisari Online

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *