Masih relevankah mendongeng di era yang serba digital ini? Mungkin itulah pertanyaan yang muncul di kepala kita ketika pertama kali mendengar sebuah komunitas yang menamakan diri mereka Indonesia Bercerita.
Komunitas ini berasal dari kisah Ayunda Damai, putri Budi Setiawan, biasa dikenal dengan Bukik, yang sering dibacakan cerita Toto Chan. Pada 2010, Damai, yang merupakan nama panggilannya, masih berusia 10 tahun. Suatu ketika, Damai meminta buku Toto Chan dan ingin membacanya sendiri. Karena pada saat itu Damai belum fasih membaca, tentu saja ia menceritakan isi buku dengan sesuka hatinya.
Singkat cerita, semangat Bukik untuk berbagi cerita anak bagi pendidikan, mendapat respon dari banyak pihak. Akhirnya, Bukik mengajak Rudi dan beberapa rekannya untuk mendirikan Indonesia bercerita. Setelah pertemuan awal, maka disepakati berdirinya Indonesia Bercerita adalah 28 Oktober 2010, ditandai dengan diluncurkannya indonesiabercerita.org. Yang mendasari adalah semangat untuk mendidik dengan cara berbagi cerita. Dengan kata lain, mendidik melalui bercerita. Itu yang menjadi tagline mereka waktu awal berdiri.
Salah satu tujuannya, mempromosikan dan memberikan dukungan untuk mendidik anak-anak melalui cerita. Pasalnya, menurut Rudi, kegiatan bercerita dianggap lebih mendidik dibanding hanya memberikan pelajaran dari tempat pendidikan formal seperti sekolah.
Rudi menjelaskan, membangun karakter bangsa tidak cukup melalui pendidikan formal. Banyak anak yang tidak terjangkau, ada banyak proses belajar yang tidak efektif, kualitas guru yang kurang memadai dan banyak lagi. Keadaan ini butuh terobosan agar karakter bangsa lebih terbentuk.
Namun cara yang ditawarkan komunitas ini jauh dari kesan konvensional. Mereka menyediakan berbagai pilihan dongeng yang bisa diunduh melalui internet. Komunitas Indonesia Bercerita ingin memberi kemudahan bagi para orang tua dan juga guru untuk memberikan bahan dongeng bagi anak-anak. Media audio dirasa menjadi sarana yang tepat dalam mengenalkan dan mempopulerkan kembali dongeng bagi anak dengan cara yang mudah dan juga murah.
Selain berbagi cerita melalui website dan twitter, Indonesia Bercerita juga kerap mengadakan workshop dan kelas pencerita. Menurut Rudi, workshop dimaksudkan untuk melatih kemampuan bercerita dan membuat cerita, serta memanfaatkannya untuk berbagai tujuan. Sedangkan kelas pencerita adalah berbagi dengan tema spesifik, misalnya bercerita untuk anak super aktif, bercerita untuk belajar di sekolah dan sebagainya.
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.