Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan mengatakan, pemalsuan vaksin sangat menghawatirkan.
Dengan fakta tersebut, berarti anak-anak masih belum terlindungi dari ancaman penyakit berbahaya yang bisa ditangkal melalui vaksinasi. ”Kerugian paling parah justru anak tidak terlindungi,” tegasnya.
Aman meminta para orang tua yang berada di daerah-daerah terindikasi untuk segera membawa anaknya ke dinas kesehatan atau dokter anak.
Vaksin palsu ini diduga tersebar di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Dengan demikian sang anak bisa diverifikasi soal vaksinasi yang sudah dilakukan ataupun yang ketinggalan.
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Maura Linda Sitanggang meminta seluruh faskes lebih awas dalam membeli obat dan alat kesehatan. Mereka diimbau untuk membeli obat dan alkes melalui e-catalog yang sudah difasilitasi Kemenkes.
”Selanjutnya, akan kita wajibkan semua agar tidak terulang. E-catalog akan terus dilengkapi,” katanya.
Direktur Produksi Produk Terapetik BPOM Togi Junice Hutajulu enggan dinilai kecolongan atas kasus pemalsuan vaksin ini. Menurutnya, pihaknya terus berupaya melakukan pengawasan terhadap aksi pemalsuan obat ini.
Terbukti dari keberhasilan pihaknya menangkap oknum pemalsu vaksin pada 2013 lalu.
”Kami mendapat laporan pada 2013 lalu. Setelahnya ditelusuri dan berhasil ditangkap. Satu orang sudah dijatuhi hukuman, tiga lainnya tengah diproses,” ungkapnya.
Diakuinya, aksi kejahatan ini seringkali dilakukan oleh pihak yang sama. Meski, produk yang dipalsukan berbeda. Karenanya, ia berharap mereka bisa diproses hukum secara tegas. “Mereka ini memang on-off. Kita juga terus berusaha untuk melakukan pengawasan dengan adanya pemeriksaan di tempat produksi maupun sarana penjualan,” tuturnya.
Sumber: PojokSatu