Nalia Rafika: Bertekad Bantu Muslimah Hilangkan Keraguan untuk Berhijab

Setelah mendapat kemantapan hati untuk menggunakan hijab pada tahun 2010 silam, perempuan kelahiran tahun 80-an ini makin semangat menyebarkan keberanian kepada para muslimah Indonesia untuk tak ragu mengenakan hijab. Dorongan ini juga membuatnya membentuk komunitas, yang bernama Hijabers Community. Ia adalah Nalia Rafika.

Awal Pendirian Komunitas Pengayom Muslimah

Komunitas hijab ini dibentuk Fika –begitu ia biasa dipanggil- bersama 29 temannya yang saat itu bertemu di suatu acara buka puasa bersama, yang diinsiasi oleh Dian Pelangi lewat sebuah blog hijab. Dari pertemuan itulah mereka mulai aktif berinteraksi di grup media sosial yang mereka buat. Dan akhirnya pada tahun 2010, tepatnya pada 27 November, mereka bertatap muka di rumah seorang teman dan memutuskan mendirikan Hijabers Community.

“Kita kan ada grup BBM yang bisa menampung 30 orang. Kami aktif berbicara di sana hingga kami bertemu secara langsung di acara halal bihalal di rumah salah satu dari 30 orang ini dan kami sepakat untuk membentuk komunitas ini,” jelas Fika.

Tujuan didirikannya komunitas ini adalah menjadi wadah untuk para muslimah berbagi, bertukar pikiran, dan memberikan dukungan kepada sesama hijabers. Bahkan lebih dari itu, komunitas ini juga jadi tempat para muslimah mengembangkan diri dan ilmu agamanya. Pasalnya, komunitas ini rutin mengadakan kegiatan yang bersifat sosial dan pengajian rutin. Dan tak ketinggalan, komunitas ini  juga mendorong para muslimah menggunakan hijab dan menumbuhkan rasa bangga serta rasa percaya diri memakai hijab.

Tambah Fika, “intinya, komunitas ini ada untuk untuk mengayomi para muslimah berhijab di Indonesia dan mendorong mereka untuk berhijab.”

 Ragu Berhijab dan Keinginan Jadi Pembawa Berita

Seperti sebelumnya disebutkan, Fika baru mengenakan hijab pada 2010 lalu. Cita-citanya menjadi seorang pembawa berita-lah yang kala itu jadi faktor mengapa dirinya belum mau menutup auratnya. Namun, lambat laun ia akui keinginannya jadi pembawa berita makin pudar setelah dirinya terjun ke lapangan menjadi seorang wartawan untuk harian Tempo, memutuskan untuk menikah dan memulai bisnis pakaian muslimnya sendiri.

“Dulu aku ingin sekali jadi pembawa berita, jadi aku belum mau pakai hijab saat itu. Zaman dulu kan nggak ada ya pembawa berita berhijab? Namun keinginan itu lama-kelamaan pudar. Ternyata aku lebih menikmati buka bisnis sendiri. Nggak ada cerita yang istimewa di balik alasanku berhijab ,” tukasnya.

Awalnya ia juga ragu dan tak percaya diri dengan hijab yang baru ia kenakan waktu itu, rasanya ia ingin melepasnya saja ketika bertemu dengan teman-teman lamanya. Namun, setelah ia bertemu dan sering berkumpul dengan teman-teman yang juga berhijab, ia langsung merasa punya rumah yang terbuka menerimanya dan membuat hatinya kian mantap untuk menggunakan hijab hingga kini.

Pandangan Miring dari Sosialita hingga Terlalu Fashion

Awal-awal pembentukan komunitas perempuan berhijab ini dikatakan Fika, diwarnai pandangan-pandangan miring dari masyarakat dan orang sekitar. Pandangan miring itu mulai dari cap komunitas sosialita atau komunitas yang hanya boleh diikuti orang kaya saja dan komunitas yang terlalu fashion karena anggotanya rata-rata punya profesi yang bergerak di bidang fashion dan menggunakan hijab yang penuh warna dan asesoris.

“Komunitas ini dianggap sosialita pada awalnya, padahal kan nggak begitu. Komunitas ini diikuti muslimah dari berbagi latar belakang pekerjaan kok. Nah kalau yang soal fashionable itu karena latar belakang pekerjaan anggotanya, rata-rata di bidang fesyen,” ujarnya.

Namun dikatakan Fika, kini Hijabers Community sudah menambah sejumlah kegiatan baru yang bermanfaat yang berfokus pada pengembangan diri dan memperkaya ilmu agama anggotanya.

Networking dan Memudarnya Stereotip Perempuan Berhijab

Setelah mendirikan komunitas ini Fika merasakan banyak hal baru yang ia dapatkan, mulai dari mendapat banyak sudut pandang baru ketika sharing dan berbagi cerita, serta banyak mendapat teman-teman baru. Bahkan bisnis fashion muslim yang ia tekuni makin berkembang karena ia punya networking yang cukup luas.

Tak hanya itu, dirinya juga bersyukur bisa jadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Dalam penggunaan hijab misalnya, dalam percakapan lewat telepon ini ia menceritakan bahwa ada temannya yang banyak bertanya padanya soal menggunakan hijab dan menceritakan keraguan mereka.

“Ada tuh teman aku yang sebelumnya nggak pakai hijab dan mau pakai hijab, tapi dia masih ragu-ragu sama seperti aku dulu. Ya, aku sharing sama dia dan dia juga sharing. Eh pada akhirnya dia memantapkan pilihannya untuk pakai hijab,” cerita Fika.

Tak ketinggalan, Fika juga membagikan pandangannya soal stereotip yang menggelayuti perempuan berhijab hingga saat ini, mulai dari banyaknya batasan-batasan dan tertutupnya pintu-pintu kesempatan. Tapi perempuan yang pernah mengambil kuliah hubungan internasional ini justru merasa sebaliknya, ia justru merasa makin banyak pintu kesempatan yang terbuka baginya setelah mengenakan hijab. Stereotip tentang perempuan berhijab pun sudah pudar, hal itu ia nilai dari banyaknya muslimah yang sudah mulai sadar untuk menggunakan hijab meski awalnya hanya ikut-ikutan tren semata.

“Mengikuti tren menurut aku nggak masalah kok. Aku yakin itu adalah sebuah proses belajar para muslimah. Semoga setelah pakai hijab mereka semakin dituntun dan sadar menggunakan hijab yang benar,” kata Fika.

Harapan Fika untuk Para Muslimah

Dalam percakapan panjang ini ia juga menyelipkan harapannya untuk para muslimah. Ia berharap semoga perempuan-perempuan muslim terus bisa berproses hingga mengenakan hijab yang benar dan tak malu-malu menunjukan diri, serta menghilangkan stereotip perempuan berhijab.

Ia juga berharap komunitas yang ia bangun bersama teman-temannya ini terus mengayomi para muslimah, tak lelah menuntun muslimah memperbaiki diri dan menambah ilmu agamanya lewat pengajian rutin, serta bisa semakin menginspirasi perempuan-perempuan muslim untuk berhijab.

“Semoga muslimah berhijab terus belajar. Aku juga berharap para publik figur bisa jadi role model untuk para perempuan dan memacu mereka untuk tak ragu mengenakan hijab,” tutupnya.

Hingga saat ini Hijabers Community sudah memiliki cabang di beberapa daerah di Indonesia. Selain kegiatan pengajian, komunitas ini juga mengadakan kegiatan sosial, seperti penyerahan donasi, hijab tutorial, workshop.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *