Kontatra; Komunitas yang Cinta Akan Kebudayaan Lokal

Komunitas Tari Tradisional atau Kontatra adalah sebuah komunitas yang berada di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara tepatnya di Jurusan Etnomusikologi. Kontatra ini terbentuk pada tanggal 23 Maret 2013. Tujuan dari komunitas ini adalah sebagai tempat menuangkan kreativitas sekaligus ingin melestarikan kebudayaan melalui tarian agar tidak habis dimakan waktu.

Komunitas seperti ini mungkin sangat jarang kita temui, terlebih di kota Medan ini. Sebagaimana kita tahu bahwa zaman sekarang dengan teknologi yang begitu pesat berkembang serta pengaruh globalisasi yang begitu kuat, jarang sekali kita temui pemuda-pemudi yang mau peduli dengan kebudayaan lokalnya sendiri apalagi ikut dalam melestarikan kebudayaan itu. Pengaruh globalisasi memang mengajarkan kita banyak budaya baru yang tentunya lebih menarik untuk diikuti namun hendaknya sebagai pemuda lokal kita jangan sampai melupakan budaya-budaya lokal kita sendiri. Sehingga komunitas-komunitas seperti ini sangat diperlukan untuk mengubah pola pikir anak-anak muda, terlebih kalangan Mahasiswa yang sering disebut sebagai Agent of Change, untuk lebih peduli lagi terhadap kebudayaan-kebudayaan lokalnya, terlebih di kota Medan ini.

Komunitas ini sendiri memiliki anggota sebanyak 19 orang yang semuanya adalah mahasiswa etnomusikologi namun dengan mayor yang berbeda. Ketertarikan mereka dengan kesenian tradisional mengumpulkan mereka di komunitas ini. Lewat komunitas ini mereka bisa menuangkan kreativitas mereka, sekaligus berpartisipasi dalam melestarikan kebudayaan-kebudayaan Sumatera Utara lewat tarian. Tarian-tarian yang mereka pelajari sendiri semuanya adalah tarian asli dari 7 suku yang ada di Sumatera Utara.

Lewat kemampuan mereka dalam membawakan tarian tradisional Sumatera Utara ini, komunitas ini sering mendapat undangan untuk tampil di acara-acara resmi seperti Diesnatalis Universitas Sumatera Utara, Natal Fakultas Ilmu Budaya, Ulangtahun TVRI Sumut, Rapat Kerja Nasional Punguan Simbolon se-Indonesia, Penyambutan Menteri di Hotel ASEAN Medan, Pagelaran Musik Gerejawi bernuansa Etnis ke VI tahun 2015 di Tarutung dan tampil di acara “The Story of Buku Ende” yang diadakan di 3 kota besar, yaitu Medan, Bandung dan Jakarta. Mereka juga pernah mengikuti Lomba Tari Etnik yang diselenggarakkan oleh Lembaga kesenian yang bertempat di Pendopo Universitas Sumatera Utara dan berhasil menduduki peringkat ketiga. Selain itu, komunitas ini juga sering mendapatkan tawaran pekerjaan untuk tampil di acara-acara pernikahan.

Selain piawai dalam membawakan tarian tradisional, anggota-anggota dari komunitas ini juga memiliki kemampuan dalam bermain musik seperti biola dan piano. Bahkan beberapa diantaranya memliki kemampuan dalam memainkan musik tradisional dan berkesempatan untuk tampil di acara International Gamelan & Caklempong Festival yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ini membuktikan kepada kita, anak-anak muda, bahwa lewat kecintaan terhadap kebudayaan tradisional dapat memberikan kita prestasi dan juga penghasilan tentunya. Seperti yang sudah dijalani oleh komunitas ini. Untuk itu mari kita peduli dan belajar mengenal kebudayaan lokal kita dan turut dalam melestarikannya agar di tengah-tengah pengaruh globalisasi yang kuat, kebudayaan-kebudayaan lokal kita dapat tetap berdiri kokoh.

Sumber: Cerita Tentang Medan

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *