ALI ZAENAL: “PAHLAWAN SUPER” PENGGERAK MINAT BACA ANAK-ANAK INDONESIA

Pria ini memang bukan pahlawan super, tapi ia punya kekuatan super  yang bisa membangkitkan kembali sebuah komunitas yang mati suri selama satu tahun. Kekuatan itu nampaknya ia dapatkan dari tekad dan keyakinan yang ia miliki. Ya, namanya ialah Ali Zaenal. Awalnya ia memang hanya ikut jadi relawan gerakan membaca buku ini, tapi tak disangka kini ia jadi penggerak roda Komunitas Buku Berkaki.

“Komunitas ini berfokus pada penyebaran minat baca anak-anak, khususnya anak-anak prasejahtera. Kami meminjamkan buku-buku pemberian para donatur kepada mereka dalam kurun waktu tertentu,” jelasnya.

Komunitas Sempat Mati Suri

Komunitas ini awalnya diceritakan Ali Zaenal berawal dari inisiatif beberapa orang pada 2011 silam, namun pada tahun 2012 kegiatan komunitas ini mendadak mandek dan  terhenti selama satu tahun. Dari situlah Ali kemudian merasa gelisah,

“Kegiatan komunitas ini sempat terhenti karena kesibukan para pengurusnya, bahkan ada yang pindah ke luar negeri. Selama komunitas ini vakum, hati saya gelisah. Pasalnya sudah banyak buku terkumpul dari donasi masyarakat yang belum didistribusikan kepada yang membutuhkan. Semuanya menumpuk di kamar kosan saya kala itu,” tukasnya.

Tak tinggal diam, akhirnya pada tahun 2013, tepatnya pada akhir November, Ali putuskan untuk menggerakan kembali roda aktivitas komunitasnya dalam sebuah acara buka puasa bersama dengan komunitas fotografi. Disitu ia umumkan bahwa komunitas ini beroperasi kemabli dan siap menyebarkan nilai gemar membaca di Indonesia.

Membangun Kembali dari Nol

Pembangunan kembali komunitas ini diakuinya tak mudah. Ia harus mengumpulkan kembali orang-orang baru, menyusun sistem baru, dan menyusun pembagian kerja anggota, serta merekrut relawan. Namun karena kegigihannya, Buku Berkaki pun kembali berjalan dan hingga kini terus gencar menyebarkan pengaruh kepada anak-anak agar rajin membaca buku sekaligus membuka akses bacaan kepada anak-anak prasejahtera.

Namun untuk menyebarkan pengaruh itu juga sulit, pasalnya ditambahkan Ali, tingkat minat baca anak-anak Indonesia itu masih sangat rendah. Hal ini diperparah oleh kehadiran teknologi komunikasi dan gadget yang dianggap lebih seru oleh anak-anak daripada membaca buku.

“Sebenarnya anak-anak cukup antusias kok kalau diajak membaca bersama. Tapi karena terbiasa oleh kehadiran gadget yang serba instan, modern dan dinamis, mereka cepat bosan dengan kegiatan membaca buku,” jelas Ali prihatin.

Tapi pria kelahiran tahun 80-an paham betul bahwa anak-anak tak bisa dipaksa untuk menyukai buku. Harus ada pendekatan khusus, salah satunya dengan cara mendongeng dan menyelinginya dengan berbagai permainan seru. Dengan cara ini Ali optimis anak-anak lambat laun terpancing untuk mencintai buku.

Belajar dari Anak-anak dan Komunitas

Pria yang sedang sibuk bekerja di sebuah penerbitan buku anak ini merasa jadi lebih mengenal dan memahami anak-anak setelah lima tahun berkegiatan bersama Buku Berkaki. Ia juga mendapat banyak pelajaran dari anak-anak, terutama dalam hal kejujuran.

Ia menambahkan, “Selama beraktivitas dengan Buku Berkaki, saya juga mendapat banyak teman baru. Tak hanya itu, saya juga belajar mengorganisir dan menyatukan belasan kepala yang kadang berdebat karena beda pendapat.”

Ajak Anak-anak Bermimpi Setinggi Langit Melalui Buku

Ali berharap anak-anak Indonesia semakin antusias dan menjadikan kegiatan membaca buku sebagai kebiasaan yang menyenangkan.

“Selain menjadi jendela dunia dan menambah pengetahuan, buku juga bisa jadi pemacu anak-anak untuk bermimpi dan berusaha keras untuk mewujudkannya. Di dalam buku cerita pasti ada tokoh panutan dan pesan moral yang disampaikan. Dari situ anak-anak bisa terinspirasi untuk menggantungkan cita-citanya setinggi langit,” ujar Ali.

Hingga saat ini Komunitas Buku Berkaki aktif meminjamkan buku-bukunya kepada lapak-lapak anak pemulung dan berbagai panti asuhan di kawasan Jabodetabek. Dan gerakan ini juga terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung menyebarkan minat baca kepada anak-anak Indonesia.

Ali juga berharap gerakan Komunitas Buku Berkaki ini makin meluas hingga ke pelosok nusantara sehingga bisa membuka lebih luas lagi akses anak-anak terhadap buku-buku bacaan.

“Saya nggak mau berharap banyak dengan pemerintah. Menurut saya, apa yang saya dan komunitas bisa berikan, ya lakukan sekarang juga,” tutupnya.

 

Dokumentasi: Ali Zaenal 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *