Berawal dari banyaknya kasus kanker pada anak, beberapa dokter serta orang-orang yang peduli tentang kanker pun memutuskan untuk mendirikan sebuah komunitas yang diberi nama Childhood Cancer Care Solo atau lebih dikenal dengan nama 3C.
Salah seorang survivor 3C, Raka Bagaskara Santosa mengaku bergabung dengan komunitas yang bertempat pada salah satu ruangan di RSUD Dr Moewardi Solo itu lantaran pernah mengidap penyakit kanker darah.
Dia menceritakan di usia 15 tahun pada 2010 lalu, dirinya divonis dokter menderita kanker darah risiko tinggi. Gejala yang dia rasakan saat itu berupa mimisan, demam, dan pusing. Namun, dirinya tak pantang menyerah dan berhasil menjalani kemoterapi. Dokter pun menyatakan tubuhnya sudah bersih dari sel-sel kanker.
“Saya pun akhirnya bergabung dengan 3C dalam melakukan pendampingan kepada anak-anak penderita kanker. Karena menurut kami, anak-anak memerlukan perlakuan khusus bagaimana menjelaskan soal penyakitnya dan kemoterapi,” katanya beberapa waktu lalu.
Raka menjelaskan ada 30-an survivor yang berjuang memberikan semangat kepada anak-anak penderita kanker. 3C sendiri terdiri dari tiga divisi yang ada di 3C yakni fundraising untuk penggalangan dana dan pengadaan event, community relation yang menangani sosialisasi rutin dan media sosial, dan daily activity yang menangani kegiatan pendampingan fighter.
“Khusus pendampingan, kami menggunakan ruang bermain RS Dr Moewardi Solo yang diberi nama Maya Ananta. Di sana, ada buku cerita, permainan-permainan yang disediakan untuk menemani anak penderita kanker,” ujarnya lagi.
Kunci dari keceriaan anak-anak tersebut terletak pada pemberian penjelasan dari orangtua maupun 3C. Anak tidak diberikan pemahaman mengenai kanker yang sangat berbahaya dan juga kemoterapi yang dapat menyiksanya.
“Dengan bermain mereka mulai melupakan rasa sakit. Kami ceritakan jika kemoterapi adalah sekolah dan belajar. Jadi, mereka tidak takut menghadapi kemoterapi,” tegasnya.
Terbukti, sejak dibentuk 2013, banyak anak yang mereka dampingi bisa lolos dari penyakit itu. Yang harus menjadi perhatian adalah saat kontak dengan anak-anak penderita kanker harus steril dan dalam kondisi sehat.
Sumber: Joglosemar