Komunitas Lembu Suro; Angkat Cerita Lokal, Ciptakan Tari Rakyat

Solo selama ini dikenal dengan jargonnya sebagai Kota Budaya. Di Solo ini, juga banyak orang-orang kreatif  yang kemudian mengekspresikannya dalam berbagai hal termasuk seni. Salah satu buah kreatif  pemuda Solo adalah munculnya komunitas Lembu Suro di Kelurahan Jagalan,  Jebres, Surakarta. Komunitas ini dinamakan Lembu Suro karena mereka memiliki tarian rakyat yang mereka namakan Lembu Suro.

Ide awal terbentuknya tari rakyat Lembu Suro dimunculkan oleh Arnika Chandra. Sebagai seorang warga Dukuh Jagalan, dia bertanya kepada orangtuanya mengenai sejarah kampung Jagalan. Setelah dia mendengar bahwa kampungnya terkenal dengan penjagal sapi yang bekerja menyembelih dan sapi-sapi yang diarak oleh pawang dari luar kota, dia pun tertarik untuk menuangkan dalam bentuk tari rakyat.

“Setelah bertanya itu saya membayangkan waktu itu banyak sapi yang diarak sambil berjalan. Kemudian suasana pasti ramai karena sapi-sapi membawa bunyi suara klunthung-nya. Saya berpikir pasti bagus kalau dijadikan karya seni,” ungkapnya.

Lembu Suro memiliki arti sapi yang berani. Sapi di dalam tarian rakyat ini dilambangkan sebagai seorang rakyat. Sapi yang pada akhirnya disembelih dan dimanfaatkan oleh warga diartikan rakyat yang berani berkorban demi kepentingan orang banyak.

Keseluruhan tarian ini membutuhkan pemain sebagai sapi dan sebagai pawang. Kostum yang dipakai sapi seperti manusia biasa berkepala sapi. Dengan kostum serba hitam yang dipadukan dengan kepala sapi dan dilengkapi dengan klunthung. Sedangkan pawang sapi berwujud manusia dan mengenakan pecut.

Gerakan Sederhana

Keunikan pada kostum kepala sapi yang mereka gunakan yakni dibuat dari limbah kertas. Chandra sapaan akrab Arnika Chandra yang merupakan mahasiswi Fakultas Pertanian  (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sadar betul bahwa jika topeng yang selama ini dibuat dari kayu akan membuat banyak pohon yang ditebang.

“Saya ingin mengkreasikan topeng dari bahan limbah kertas. Di sekitar kami ini banyak sekali instansi sekolah. Sehingga banyak limbah kertas yang dihasilkan dan lebih baik kita manfaatkan. Pembuatan topeng ini dengan membuat bubur kertas bekas yang dicetak menjadi topeng. Dengan begitu, topeng ini semakin memiliki nilai artistik dan tahan banting,” jelasnya.

Tarian Rakyat ini memiliki ciri gerakan yang sederhana seperti halnya tarian rakyat lain. Gerakkan formasi yang sudah diatur seperti gerakan berbaris, memutar, menyebar dan berkumpul kembali. Sekali tampil tarian Lembu Suro bisa mencapai 21 pemain, yakni 20 orang menjadi sapi dan seorang pawang. Tarian ini disertai dengan musik berupa jinbe, tambur dan bonang. Komunitas ini di-launching bersamaan dengan Hajatan Akbar Jagalan (HAJ) yang diadakan pada 30 Desember 2012 lalu.

Kontribusi pada Kota Solo

Berdirinya komunitas Lembu Suro ini setelah Komunitas Barong Kemamang meraih kesuksesan. Sanggar Jagat kampung Jagalan membuat kembali tarian rakyat. Jika sebelumya Barong Kemamang melibatkan anak-anak, kini Lembu Suro hanya melibatkan orang dewasa.

“Barong Kemamang ini kami buat juga dengan cerita lokal di sekitar kami, dan kini kita buat tarian baru yang juga mengangkat cerita lokal,” ungkap Parjiyo Parsik selaku Pembina Sanggar Jagat, baru-baru ini.

Tarian Lembu Suro yang sudah launching pada 30 Desember ini, akan di-launching kembali pada awal Juli hari Minggu di Car Free Day  Jalan Juanda, Solo. Alasan launching kembali ini yakni karena ada konsep baru yang dibenahi baik dari gerak maupun kostum. Sedangkan alasan pemilihan tempat karena beredar kabar bahwa Car Free Day di jalan Juanda akan ditutup. “Kami ingin meramaikan kembali Car Free Day jalan Juanda,” ungkap Arnika Chandra, Pencetus Ide Lembu Suro.

Komunitas Lembu Suro, latihan setiap Minggu Sore di Kelurahan Jagalan. Anggota yang ikut biasanya adalah pemuda Karang Taruna. “Saya sebagai warga Solo ingin membeikan kontribusi pada kota Solo dengan karya saya ini. Saya ingin menambah kekayaan budaya kota Solo dan memberikan kreasi baru pada Solo Kota Budaya ini,” pungkasnya.

Sumber: Joglosemar

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *