Bermula dari keinginan menggandeng semua komunitas Pajero, lahirlah sebuah wadah yang dinamai Warkop (Warga Komunitas Pemilik Pajero). Warkop yang dibentuk awal Juni 2015 lalu, ternyata mampu merangkul beberapa komunitas Pajero dari berbagai kota seperti Cirebon, Jakarta, Banyumas, Bandung, Yogyakarta dan beberapa kota lainnya.
Penasehat Warkop, Ananta Tunggadewa Lokeswara, menuturkan, dibentuknya Warkop bermula saat obrolan santai sesama pemilik Pajero dari berbagai kota di Cirebon.
“Saya dan temen-temen tercetus, kenapa kenapa kita cuma satu baju padahal di luar kita banyak komunitas Pajaero lain. Kenapa kita tidak menggandeng semua baju untuk menjadi satu kesatuan,” kata pria yang akab dipanggil Om Ate ini, Jumat (15/1).
Dari obrolan santai itulah, lanjut Ate, beberapa pemilik Pajero yang sebelumnya telah membentuk kominitas di kota asalnya, menganggap ide yang dilontarkannya cukup bagus dan harus ditindaklanjuti. “Saat itu pun temen-temen saya yang berasal dari Jakarta, Banyumas, Bandung dan Yogyakarta, setuju untuk membentuk wadah yang kemudian dinamakan Warkop,” ungkap pria berpostur tinggi ini.
Saat itu juga, tambahnya, disahkan dengan membentuk AD/ART dan didaftarkan ke Kantor Kementrian Hukum dan Ham (Kemenhumham). “Sudah mendapat pengakuan dari Kemenhumham, itu poin yang sangat berarti bagi Warkop,” ujar Ate.
Menurutnya, di kepengrusan Warkop tidak ada struktur ketua. Yang ada hanya penasehat dan penanggung jawab. Dengan begitu, lanjut Ate, komunitas itu tidak ekslusif dan menjadikan satu komunitas Pajero yang memiliki “Satu Pajero Sejuta Saudara”.
”Jadi semua komunitas Pajero yang ada semuanya kita rangkul menjadi satu wadah silahturahmi antar pemakai Pajero, baik sudah mempunyai komunitas lokal maupun individu,” jelasnya.
Warkop, menurut Ate, tidak membuat wajah komunitas yang ekslusif dalam arti hanya untuk anggotanya saja, tapi juga untuk semua pemilik Pajero yang belum masuk komunitas sekalipun.
“Sehingga, apabila suatu saat ada pemilik Pajero mengalami musibah di jalan, maka kita akan tetap membantu,” ujar Ate.
Warkop yang dibentuk berdasarkan kekeluargaan, menurutnya, tidak membuat aturan ketat yang mengikat. Ia mencontohkan, jika komunitas Pajero Cirebon mau mengadakan even di luar daerah, maka komunitas Pajero di tempat yang akan dituju akan membantu bahkan bergabung ikut serta dalam even tersebut.
“Begitupun sebaliknya bila ada ada komunitas Pajero mengadakan kegiatan di Cirebon, maka akan kita bantu,” katanya.
Sejak berdirinya Warkop, beberapa even touring dan kegiatan sosial pernah dilakukan. Pada Juni 2015, Warkop menggelar touring ke Gunung Dieng dan terakhir pada Desember 2015 lalu touring ke Gunung Bromo. Di setiap touring, kataAte, selalu disertai dengan kegiatan sosial seperti pembagian sembako gratis dan satunan ke anak yatim.
“Ini yang kami namakan persaudaraan tanpa batas. Selain menjaga hubungan silahturahmi antar sesama anggota, juga dilakukan kegitan sosial untuk saudara-saudara yang membutuhkannya,” katanya.
Ia mengaku sebelum membentuk Warkop, pihaknya telah memiliki komunitas Pajero di Cirebon yang diberi nama POC (Pajero Owner Community). Beranggotakan antara 30 hingga 40 pemilik Pajero, sampai saat ini komunitas tersebut masih aktif berjalan. “Setelah dibentuk Warkop, saudara kami makin banyak yang terdapat di berbagai kota di Indonesia,” ujarnya bangga.
Ia berharap, anggota Warkop terus bertambah sehingga program ke depan lebih mengarah, ke kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. “Disamping even touring, juga kegiatan sosial selama touring dan akan diperbanyak, sehingga masyarakat tidak menilai sebagai ajang hura-hura,” pungkasnya.
sumber: fajarnews.com