Kecintaannya terhadap musik sudah tumbuh sejak ia duduk ia di bangku sekolah dasar. Kala itu alat musik pertama yang ia mainkan adalah gitar. Ia tak pernah bayar mahal untuk les, ia melakukannya secara autodidak, hanya belajar melalui teman-teman yang sudah lebih mahir darinya. Alhasil sekarang tangannya terampil memetik gitar klasik dan memainkan lagu-lagu pop akustik.
Kecintaannya bermain musik inilah yang membawa Teguh Pribadi dan kelima temannya mendirikan sebuah komunitas hobi musik bernama “Music Box Jakarta”. Komunitas yang resmi didirikan pada 12 Desember 2014 ini fokus jadi wadah bagi siapa saja untuk menuangkankan kecintaannya terhadap musik.
Padukan Konsep Nongkrong dan Bermusik
Mulanya, sebelum komunitas ini terbentuk, lima sekawan ini memang suka berkumpul bersama di Taman Menteng, Jakarta Pusat. Mereka kerap bermain musik dan bernyanyi bersama . Namun lama-kelamaan dalam diri mereka muncul keinginan memiliki sebuah basecamp untuk menyalurkan hobi. Hal itu yang akhirnya menjadi titik balik dan akhirnya mereka pun memutuskan untuk membuat komunitas.
Tak perlu minder, semua orang yang ingin bergabung dengan komunitas ini, siapapun itu, tanpa atau dengan kemampuan bermain alat musik diterima dengan tangan terbuka oleh Teguh dan kawan-kawan.
“Tempat ini dibuat untuk siapa saja. Yang ingin belajar alat musik dan bernyanyi atau sekadar nongkrong menikmati musik sekali pun boleh gabung sama kita di Taman Menteng, Jakpus,” ajaknya.
Ketika ditanya mengapa diberi nama “Music Box Jakarta”, pria yang punya kesibukan sebagai seniman tiga dimensi di sebuah perusahaan swasta di Jakarta ini menjelaskan sedikit filosofinya.
Katanya, “Music itu ibarat orang-orang yang ada di dalamnya, kemudian ‘Box’ itu adalah wadah atau tempatnya. Jadi, kalau digabungkan akan bermakna, wadah yang isinya musik dan musisi yang bernyanyi bersama-sama.”
Perjalanan Penuh Tantangan
Dua tahun berjalan bersama komunitas dan teman-teman anggotanya, ia mengaku makin punya banyak teman dan pengetahuan musiknya pun bertambah. Bahkan lebih dari itu, ia menganggap komunitas ini sebagai keluarga keduanya.
“Music Box menurut saya adalah keluarga. Saya bilang seperti itu karena sudah sangat cinta dengannya. Saya bangun ini dari nol sama teman-teman. Bahkan saya menemukan tambatan hati yang kini sudah sah menjadi istri ya di dalam komunitas ini,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Perjalanan ini, dikatakan Teguh juga dihiasi oleh beragam tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan lapak untuk bermusik. Hal ini dikarenakan mereka menggunakan tempat umum, yang terkadang sudah lebih dulu digunakan oleh orang lain. Ia juga menambahkan, tantangan lain berasal dari anggota yang suka menghilang tiba-tiba.
“Kadang ada orang yang nonton kami bermusik di Taman Kodok, tapi tujuan mereka untuk melihat mana anggota kami yang potensial dalam bermusik. Kalau mereka menemukannya, pasti keesokan harinya ada anggota kami yang “hilang” dan tak lagi bermusik dengan kami. Hmmm..mungkin karena diajak orang itu ya?” ceritanya menyayangkan.
Percaya Kekuatan Besar di Balik Musik
Hingga saat ini dirinya aktif bermusik bersama Music Box Community di Taman Kodok seminggu sekali. Meski lelah dan mesti berbagi waktu dengan pekerjaannya sehari-hari, ia berharap bisa terus berkarya dengan para anggota lainnya. Karena baginya, musik itu bukan sekadar untuk dinikmati, kekuatan besar di balik musik diyakininya dapat menguatkan dan menyatukan orang banyak.
“Saya berharap kelak Music Box Community tak hanya jadi tempat nongkrong dan menyalurkan hobi bermusik. Kami ingin serius berkarya, menghasilkan karya musik, rekaman, hingga tampil di ajang-ajang musik bergengsi,” tutupnya penuh harap.