Komunitas Pemilik Anjing Solo (Kopas); Bersemangat Ciptakan Solo Bebas Rabies

MY dog is not a pet, my dog my family (anjing bukan hewan peliharaan, anjing adalah keluarga saya). Itulah yang coba ditanamkan para pemilik anjing dalam wadah Komunitas Pemilik Anjing Solo (Kopas).

Lewat komunitas itu, warga yang memiliki anjing mendapatkan edukasi bagaimana memperlakukan anjing dengan baik.

Ketua Kopas, Ragil Bagus Putra, beberapa waktu lalu mengungkapkan awalnya dirinya menjadi anggota komunitas serupa di daerahnya, yakni Yogyakarta. Namun, dirinya pun terpanggil untuk melebarkan sayap untuk melindungi anjing-anjing yang ada di Nusantara.

Komunitas ini terbentuk bukan karena hobi atau senang dengan anjing, tapi karena memang lebih pada sisi kepemilikan. Hobi bukan berarti memiliki, tapi kalau memiliki pasti memang dia sayang dan cinta sama anjingnya. Kalau sudah sayang, pastinya anjing akan diperlakukan seperti anggota keluarga lainnya,” terang dia.

Meski usianya belum sampai setahun, namun anggotanya sudah berkisar antara 40-45 orang serta ada ratusan anjing dari segala macam ras. Para anggota biasanya berkumpul di Benteng Vastenburg pada Jumat malam.

Dalam acara itu, biasanya akan ada pemaparan tentang seluk-beluk memelihara anjing. Saat Joglosemar bergabung dengan Kopas, mereka tengah mendapatkan edukasi mengenai choke chain, yakni sejenis alat bantu yang dikenakan/ dikalungkan pada leher anjing dengan tujuan melatih anjing apabila melakukan kesalahan atau bisa juga dikatakan untuk mengoreksi anjing saat dilatih.

Ragil mengungkapkan setiap melakukan kumpul-kumpul, Kopas juga sudah mengantongi izin dari pihak kepolisian. Selain itu, keberadaan Kopas juga sudah dilaporkan kepada Dinas Pertanian (Dispertan) Solo.

“Kami dan Dispertan ingin mewujudkan program Solo bebas rabies tahun ini. Kami selalu dipantau dan sudah beberapa kali menggelar acara vaksinasi rabies. Tentunya, vaksinnya berasal dari Dispertan,” katanya lagi.

Di sisi lain, Kopas juga sedang mengampanyekan penolakan konsumsi daging anjing. “Tidak manusiawi. Membunuh anjing tanpa darah keluar. Padahal, darah anjing mengandung sejumlah bakteri sehingga membahayakan kesehatan manusia. Ini sedang kami kampanyekan kepada masyarakat,” ujar dia.

Sumber: Joglo Semar

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *