Komunitas Sedekah Habit Malang; Gerakan Kaum Muda Penyantun Lansia Pekerja

Setiap hari, dalam setahun terakhir, warga Kota Malang selalu menjumpai anak-anak muda keliling membawa nasi kotak di jalanan. Dengan telaten, mereka menghampiri dan memberikan nasi itu pada orang-orang lanjut usia yang sedang bekerja. Ada pedagang kaki lima, tukang parkir, pemulung dan lain-lain.

Saking seringnya melihat, warga jadi hafal betul dengan anak-anak muda penolong itu. Mereka adalah anggota komunitasSedekah Habit Malang (SHM). Komunitas kaum muda hobi sedekah ini dirintis Mutiara Priza Dinanti, Juli 2015 tahun lalu.

Dara 24 tahun ini sendiri tidak menyangka, gerakan yang diawalinya dengan sederhana itu ternyata bisa menggugah anak-anak muda lain untuk ikut bergandeng renteng menjadi penderma.

Sekarang sudah ada sekita 400 relawan dan 70 anggota aktif di kepengurusan. Kegiatan amalnya pun berkembang. Selain rutin memberi makan, mereka juga membantu modal usaha kecil. Juga membantu renovasi rumah. Semua dana berasal dari iuran dan sumbang masyarakat.

Mutiara Priza Dinanti bersedia menceritakan kisah terbentuknya komunitas SHM. Diceritakannya, kepedulian itu muncul secara tidak sengaja ketika ia sedang di cafe bareng dua orang sahabatnya. Mutiara dan dua sahabatnya itu memang punya kebiasaan kongkow di cafe. Setiap minggu dipastikan mereka kumpul dan bersantai di sana.

Saat asyik kongkouw. mereka melihat seorang lansia yang sudah tertatih, tapi masih bekerja. Hati Mutiaterketuk. Ide membantu pun muncul. Bertiga mereka lalu uruanan membeli nasi kotak untuk untuk kaum duafa yang masih semangat bekerja itu.

Sedekah nasi kotak itu, sejak Juli 2015, mereka rutinkan. Ia ajak teman yang tertarik untuk keliling tiap hari menjumpai para lansia.

“Awal-awal itu, yang bisa kami bagi cuma sekitar 30 kotak nasi. Belum ada uang karena donaturnya juga cuma beberapa orang,” tutur Mutiara sambil tersenyum.

Alumnus Akuntansi Universitas Negeri Malang (UM) ini terus bergerak. Ia sengaja memilih lansia pekerja sebagai sasaran bantuan. Alasannya, lansia yang masih bekerja merupakam bukti, dia dluafa (kaum lemah) yang tidak punya sandaran orang lain.

“Saya pikir para lansia yang masih bekerja itu menunjukkan dia tidak punya orang yang diandalkan atau menjadi tempat menggantungkan hidup. Dia harus menghidupi diri, bahkan keluarganya. Jadi sangat perlu untuk dibantu, meskipun mereka sendiri tidak pernah teriak-teriak minta bantuan” tutur dia saat ditemui di kediamannya di Jalan Opak, Rabu (22/6/2016).

Media sosial jembatan Mutiara dan kawan-kawan mengembangkan amal sosialnya. Ia unggah foto dan informasi setiap kegiatan sosial yang dilakukannya. Kabar kegiatan tersiar luas dan simpati pun mengalir, terutama dari kalangan mahasiswa.

“Biar habitat ini berkembang. Kami pun mulai berbagai peran. Sekarang ketua Komunitas SHM sudah saya serahkan pada teman lain. Harapan saya, komunitas bisa terus hidup, siapapun yang memegangnya,” katanya.

Meski tak lagi menjadi ketua. Mutia yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga freelance di sebuah Event Organizer (EO) tersebut tetap aktif mendampingi teman-temannya.

Leo Fiandra, yang kini menjadi Ketua Komunitas SHM berharap bisa lebih menghidupkan gerakan komunitasnya.
Saat ini selain rutin membagikan nasi kotak, mereka mulai memberikan bantuan usaha seperti uang dan  gerobak dagangan.

Juga membantu para lansia mengurus keperluannya seperti kartu BPJS kesehatan. Satu lagi amal yang terbilang fenomenal. Merenovasi rumah para lansia.

“Untuk program renovasi rumah, baru 15 rumah yang kami lakukan. Ada yang di Pakis, Singosari, Turen. Renovasinya beragama, ada yang hanya butuh WC, perbaikan atap bocor, dll” jelas Ketua Komunitas SHM, Leo Fiandra.

Leo menambahkan, renovasi rumah itu difokus untuk pemenuhan kebutuhan dasar rumah saja. Belum sampai menyentuh aspek kenyamanan, apalagi keindahan rumah. Plafon anggaran per rumah berkisar, Rp 7 juta – Rp 15 juta.

Di bulan Ramadan ini, anak-anak muda penolong ini makin getol beramal. Tiap hari bahu membahu memberikan tak’jil gratis. Malamnya mereka keliling membagikan paket sahur on the road.

Di luar itu mereka juga menggelar even besar. Tiga hari lalu misalnya, mereka menyantuni 270 lansia di Desa Ngantang, dengan paket sembako dan uang tunai.

Kegiatan serupa akan dilakukan Sabtu (25/6) lusa. Kali ini mereka akan memberikan santunan pada 100 pemulung se Kota Malang, di Gedung Muslimat NU Dinoyo. Lalu bersama dengan Arema mereka akan memberikan santunan kepada Panti Asuhan Taslimiyah Raya Krebet.

“Kalau kegiatan rutin, kami selalu adakan yang namanya memberikan sembako setiap bulan. Kalau setiap hari kami juga menberikan catering makanan untuk lansia yang benar-benar tinggal sendiri. Kalau ada lansia yang masih tinggal dengan keluarga, maka kami memberikan bantuan lepas,” imbuh Leo.

Target lokasi, ia menuturkan, merata se Malang Raya. Ada beberapa anggota yang menyebar dan mensurvei para lansia. Setiap melakukan kegiatan rutin, mereka selalu menupdate perkembangan kegiatan di media sosial seperti akun Instagram.

Di akun Instagram dengan nama @Sedekah.Habit. Malang ini banyak sekali postingan bahwa mereka selalu aktif memberikan donasi berupa barang dan juga uang tunai.

Sumber: Surya Malang

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *