Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK): Perempuan Bergerak Melakukan Perubahan

Gerakan ini dilahirkan atas sebuah keprihatinan. Keprihatinan yang disampaikan oleh sebuah survey yang dilakukan KPK pada tahun 2012 – 2013 di kota Solo dan Jogjakarta. Studi ini menyajikan fakta bahwa ternyata hanya 4% orang tua yang mengajarkan kejujuran pada anak-anaknya. Kejujuran yang dimaksud di sini bukan kejujuran dalam arti definisi kejujuran, tetapi lebih kepada bagaimana kejujuran tersebut dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua tidak bisa mengaitkan bahwa menyontek atau menyerobot antrian adalah bentuk-bentuk perilaku koruptif. Hal ini memberi pemahaman bahwa korupsi adalah mengambil hak orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Definisi ini bukan hanya memberikan gambaran pada apa yang sering diliput media sebagai tindak pidana korupsi, tetapi juga menyoroti masalah-masalah perilaku-perilaku koruptif. Dan bila kita percaya bahwa tindakan koruptif itu adalah bentukan atau evolusi dari perilaku-perilaku koruptif sejak kecil, maka fakta ini sungguh menakutkan.

Lantas bagaimana kita mencegahnya? Studi tersebut juga memberikan jawaban atas pertanyaan ini, bahwa perempuan atau ibu masih dianggap figur sentral dalam memberikan pendidikan moral pada anak dan keluarga. Fakta ini memberikan kesempatan untuk menggerakan pencegahan korupsi melalui perempuan. Hasil inilah yang kemudian menjadi landasan kuat untuk melahirkan gerakan Saya, Perempuan Anti-Korupsi. Perempuan dengan perannya sebagai ibu, sebagai profesional dengan karakternya yang khas untuk melahirkan, mengembangkan, memelihara dan berbagi serta kebutuhan berkumpul yang besar – membuat perempuan menciptakan kesempatan sosialisasi yang lebih banyak dalam masyarakat kita. Lihat saja kegiatan-kegiatan sosial seperti: pengajian, arisan, pertemuan orangtua di sekolah, kursus-kursus masak atau merajut dll, bisnis-bisnis rumahan seperti jilbab; baju muslim, dll, semuanya lebih banyak melibatkan lebih banyak perempuan. Fakta sosial psikologis inilah yang kami percaya dan menjadi dasar mengapa melibatkan perempuan menjadi sebuah kesempatan strategis dengan kemungkinan keberhasilan yang tinggi.

 

Foto: Antara via Republika

Sumber: Portal Pengetahuan Antikorupsi

Siarkan Beritamu Sekarang!
Redaksi komunita.id menerima tulisan berupa profil komunitas untuk dipublikasikan. Panjang tulisan minimal 2 paragraf. Kirim artikel ke [email protected]. Jika tulisan sudah pernah dimuat di blog atau situs media online lainnya, sertakan pula link tulisan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *